Halaman ini berisi artikel tentang perang saudara di Irak. Untuk perang saudara sebelumnya di Irak, lihat Perang saudara Irak. Untuk peperangan lain di Irak, lihat Perang Irak (disambiguasi).
Pasukan ISIS: 25,000+ tewas dan 5,841 ditangkap[61][62][63]
29,470 warga sipil tewas dan 54,111 terluka (angka dari PBB, Januari 2014 – Agustus 2017)[64] 66,737 warga sipil tewas (angka korban Irak, Januari 2014 – Oktober 2017)[65] 4,525,968 mengungsi (angka dari IOM Irak, Januari 2014 – Februari 2017)[66][67]
Total kematian: 80,456–117,723 (hingga bulan Oktober 2017)
a Angka ini termasuk anggota Peshmerga yang tewas dan terluka, dan tidak termasuk anggota ISF yang tewas dan terluka di Kegubernuran Al Anbar
Pada awal Juni 2014, setelah melakukan serangan besar-besaran di Irak, NIIS menguasai Mosul kota terpadat kedua di Irak,[77] dekat kota Tal Afar[78] dan sebagian besar provinsi Ninawa dan sekitarnya [79].NIIS juga merebut beberapa bagian dari Provinsi Kirkuk dan Diyala,[80] dan pusat administrasi pemerintahan Kegubernuran Salahuddin Tikrit,[81] dengan tujuan akhir dari merebut Baghdad.[82]NIIS diyakini hanya mengerahkan 2.000-3.000 pejuang dalam kampanye Mosul, kekuatan yang secara jelas awalnya tidak diperhitungkan oleh musuh mereka.[83] Selama kampanye ini dilaporkan juga bahwa terdapat sejumlah kelompok Sunni di Irak yang menentang pemerintah dominasi Syiah di Irak telah bergabung dengan NIIS, sehingga memperkuat jumlah mereka.[84] Namun disebagian besar wilayah Kurdi (penganut Sunni di timur laut Irak) tidak mau dilibatkan ke dalam konflik, dan dilaporkan pecah bentrokan di wilayah ini antara NIIS berhadapan dengan Kurdi Peshmerga.[85][86]
Selama berlangsung kampanye ini NIIS diperkirakan telah mengeksekusi 1.700 tentara Irak yang menyerah selama pertempuran itu dan merilis banyak gambar dari eksekusi massal yang mereka lakukan melalui saluran mereka di Twitter dan berbagai situs.[87]
Hingga akhir Juni, militan NIIS merebut dua lintasan utama di Anbar, sehari setelahnya mereka merebut pos lintas batas di Al-Qaim. Menurut analis, tujuan NIIS merebut lintasan ini untuk membuka jalur suplai senjata dan peralatan untuk medan perang lainya.[88] Dua hari kemudian, Angkatan Udara Suriah membom posisi NIIS di Irak. Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki menyatakan: "Serangan ini tidak melibatkan koordinasi denganIrak, tapi Irak menyambut aksi tersebut dan setiap serangan Suriah terhadap NIIS karena kelompok ini menargetkan Irak dan Suriah"[89]
Pada saat yang sama, The Jerusalem Post melaporkan bahwa pemerintahan Obama telah meminta anggaran US$ 500 juta dari Kongres AS untuk digunakan untuk melatih dan mempersenjatai "kelompok moderat" dari kalangan pemberontak Suriah yang sedang menentang pemerintah Suriah, Pihak AS melakukan hal itu dengan tujuan melawan ancaman yang ditimbulkan oleh NIIS di Suriah dan Irak.[90]
Pada tanggal 29 Juni, NIIS mengumumkan pembentukan kekhalifahan baru di mana Abu Bakr al-Baghdadi diangkat sebagai khalifah, serta kelompok secara resmi mengubah nama menjadi Negara Islam.[91] Empat hari kemudian Abu Bakr al-Baghdadi, atas nama khalifah memproklamirkan diri sebagai pemimpin Negara Islam yang baru, ia menyerukan bahwa umat Islam harus bersatu untuk merebut Roma guna menguasai dunia.[92][93] Ia menyerukan umat Islam di seluruh dunia untuk bersatu di belakangnya serta mengakui ia sebagai pemimpin.[94]
Pada tanggal 24 Juli, NIIS meledakkan Masjid dan makam Nabi Yunus di Mosul,[95] dilaporkan tidak ada korban yang jatuh dalam peristiwa itu.[96] Warga di daerah tersebut mengatakan bahwa NIIS telah menghancurkan sepotong warisan sejarah Irak.[97] Beberapa hari kemudian, NIIS juga meledakkan kuil Nabi Set di Mosul. Sami al-Massoudi, wakil kepala badan wakaf Syiah yang mengawasi tempat-tempat suci, menegaskan kehancuran tempat tersebut dan menambahkan bahwa NIIS telah memindahkan artefak dari kuil tersebut ke lokasi yang tidak diketahui.[98]
Dalam serangan di bulan Agustus, NIIS merebut Sinjar dan sejumlah kota lainnya di utara negara itu. Hampir 200.000 warga sipil sebagian besar dari etnis Yazidi berhasil melarikan diri dari pertempuran di kota Sinjar,[99][100] sekitar 50.000 dari mereka melarikan diri ke Pegunungan Sinjar.[100] di mana dilaporkan para pelarian ini terjebak tanpa makanan, air atau perawatan medis,[101] menghadapi bencana kelaparan dan dehidrasi.[100] Selain itu mereka juga dilaporkan telah diancam akan dibunuh jika mereka menolak konversi ke Islam. Seorang wakil PBB mengatakan bahwa "tragedi kemanusiaan sedang berlangsung di Sinjar"[102] Sampai akhir bulan, NIIS dilaporkan telah membantai 5.000 orang Yazidi, dan terus melakukan pembunuhan di ratusan di desa-desa yang berbeda.[103] Selain itu, dalam serangan terbaru Negara Islam berhasil maju hingga 30 km dari ibu kota Kurdi Irak Erbil di Irak utara.[104][105]
Menanggapi pengepungan dan pembunuhan Yazidi, pada tanggal 7 Agustus, Presiden AS Obama memerintahkan dilancarkannya serangan udara menargetkan NIIS di Irak, bersamaan dengan menjatuhkan bantuan dari udara.[106] Sementara Inggris menawarkan bantuan kepada AS dengan pengisian bahan bakar, dan ikut merencanakan suplai udara bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Irak.[107] Amerika Serikat menegaskan bahwa penghancuran sistematis terhadap orang Yazidi oleh Negara Islam adalah genosida.[108] Liga Arab juga menuduh Negara Islam telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.[109][110]
Pada 13 Agustus, serangan udara pasukan AS yang dibantu oleh pasukan Kurdi berhasil memecahkan pengepungan Gunung Sinjar oleh NIIS.[111][112][113] Lima hari kemudian, pasukan darat Kurdi Peshmerga dengan bantuan Pasukan Khusus Irak dan kampanye udara AS, menargetkan posisi NIIS di dam Mosul.[114][115]
Pada akhir bulan Januari, pasukan Irak merebut kembali seluruh provinsi Diyala dari ISIS.[116] Juga menandai awal Serangan Mosul, dimana pasukan Peshmerga berhasil mengontrol sejumlah besar wilayah di sekitar Mosul.[117]
Pada tanggal 2 Maret, Pertempuran Kedua Tikrit dimulai[118] dan setelah lebih dari satu bulan pertempuran sengit, pasukan pemerintah dan milisi Syiah pro-Iran mampu mengatasi militan ISIS dan mengambil alih Tikrit. Keberhasilan ini di luar dugaan pada akhir bulan Mei, oleh penangkapan ISIS atas Ramadi ibu kota Anbar.
Pada tanggal 17 Juli, seorang pengebom bunuh diri meledakkan sebuah bom mobil di pasar yang ramai di kota Khan Bani Saad saat perayaan Idul Fitri, menewaskan 120 hingga 130 orang dan melukai 130 orang lainnya. Dua puluh lebih orang dilaporkan hilang sejak peristiwa tersebut.[119][120]
Pada tanggal 27 Agustus, seorang pengebom bunuh diri membunuh Jenderal Abdel Rahman Abu Ragheef, wakil komandan operasi di provinsi Anbar, dan Brigadir Amanen Abdel Majeed, seorang komandan divisi.[122]
Pasukan ISIS kehilangan Sinjar pada tanggal 13 November ke tangan pasukan Kurdi.[123]
Pada tanggal 16 hingga 17 Desember, pasukan ISIS melancarkan sebuah serangan besar-besaran di arah timur laut Mosul dari posisi pasukan Kurdi namun berhasil digagalkan.[124]
Mulai dari tanggal 22 Desember, Angkatan Darat Irak memulai sebuah kampanye untuk merebut kembali Ramadi. Pada tanggal 28 Desember, Irak mengumumkan bahwa Ramadi berhasil dibebaskan dari militan ISIS dan berada di bawah kendali pemerintah Irak.[125]
Angkatan Darat Irak menguasai Rawah sepenuhnya pada tanggal 17 November.[126]
Angkatan Darat Irak secara resmi mengontrol seluruh wilayah negara pada tanggal 9 Desember setelah mengambil alih benteng pertahanan terakhir yang diduduki militan di gurun al-Jazira yang berbatasan dengan Suriah, sekaligus mengakhiri Perang Saudara Irak.[127]
Militan ISIS melanjutkan perang gerilya setelah mereka dikalahkan di Irak.
Hak asasi manusia
Hampir sekitar 19.000 warga sipil telah terbunuh di Irak dalam kekerasan yang terkait dengan ISIS antara bulan Januari 2014 hingga Oktober 2015.[128]ISIS mengeksekusi hingga 1.700 kadet Angkatan Laut Irak yang beragama Islam Syiah dari Camp Speicher di dekat Tikrit pada tanggal 12 Juni 2014.[129]Genosida Yazidi oleh ISIS telah mengakibatkan terjadinya pengusiran, pelarian dan pengasingan yang secara efektif berdampak buruk terhadap orang-orang Yazidi dari tanah leluhur mereka di Irak utara.[130]
Menurut Newsweek, Amnesty International mengklaim bahwa "pasukan pemerintah Irak dan milisi paramiliter telah menyiksa, menahan dengan sewenang-wenang, dan secara paksa melenyapkan dan membunuh ribuan warga sipil yang telah lari meninggalkan kekuasan kelompok militan ISIS".[131] Laporan tersebut, yang berjudul ‘Dihukum atas kejahatan Daesh’, menuduh bahwa ribuan pria dan anak laki-laki Islam Sunni Irak secara paksa dilenyapkan oleh pasukan pemerintah Irak dan milisi.[132]
Lihat juga
2
The unnamed parameter 2= is no longer supported. Please see the documentation for {{columns-list}}.
^"The Rise and Fall of the Islamic State of Iraq and Al-Sham (Levant) ISIS"(PDF). Diakses tanggal 11 Juni 2017. Ketegangan sektarian yang berlanjut dan bahkan meningkat dan aksi-aksi seperti pembongkaran kamp-kamp demonstrasi mengakibatkan terjadinya pemberontakan habis-habisan terhadap institusi pemerintah menjelang Tahun Baru 2014 di provinsi barat Ramadi. ISIS merebut kesempatan emas ini dan menguasai sebuah wilayah di provinsi Anbar, terutama dua kota besar, Ramadi dan Fallujah.