Perang antara Kerajaan Siak dan VOC mulai berkobar di bawah pimpinan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah. Setelah Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat, perlawanan dilanjutkan oleh putranya, Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzhaffar Syah atau dikenal sebagai Tengku Buwang Asmara. Untuk menghadapi serangan pasukan Siak, VOC melakukan blokade ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan membangun benteng-benteng pertahanan di sepanjang jalur pelayaran menuju Sungai Siak.
Kapal-kapal dagang yang akan menuju Sungai Siak ditahan VOC di benteng-benteng tersebut hingga akhirnya membuat perekonomian kerajaan terganggu. Siak pun menyiapkan kekuatan lebih besar dengan mengirim kapal perang yang dilengkapi persenjataan lengkap ke Pulau Guntung untuk melawan aksi VOC. Nama kapal perang Kerajaan Siak untuk melawan VOC ini disebut "Harimau Buas". Namun, pertahanan berlapis VOC di Pulau Guntung masih membuat Siak kewalahan.
[2]