Pasukan Abadi (dari bahasa Yunani: Ἀθάνατοι, Athánatoi, "abadi", dari awalan a ("tidak") + thanatos ("mati"); kadang disebut "Pasukan Abadi Persia" atau "Sepuluh Ribu Tentara Abadi") adalah nama yang diberikan oleh Herodotos untuk menyebut pasukan khusus dari Kekaisaran Persia Akhemeniyah.[1][2][3] Pasukan Abadi bertugas sebagai Garda Imperial dan juga sebagai pasukan tempur. Sebagai Garda Imperial, Pasukan Abadi bertugas melindungi kekaisaran jika ada serangan dari luar, sedangkan sebagai pasukan tempur, Pasukan Abadi ikut serta dalam penyerangan yang dilakukan oleh Kekaisaran, salah satunya adalah ketika ekspansi Kekaisaran Persia dan pada Perang Yunani-Persia. Dalam masa damai, Pasukan Abadi bertugas sebagai pengawal kaisar.[4] Nama pasukan ini dalam bahasa Persia kemungkinan adalah Anûšiya ('rekan').[5]
Herodotos menggambarkan Pasukan Abadi sebagai infantri berat yang dipimpin oleh Hydarnes. Jumlah tentaranya adalah 10.000 prajurit. Yang boleh masuk ke dalam Pasukan Abadi hanya orang Persia, Medes, dan Elam. Pasukan Abadi memperoleh pelatihan yang lebih baik dan lebih berat daripada infantri ringan biasa. Para prajurit dalam Pasukan Abadi sudah dilatih dengan keras sejak kecil. Siasat yang biasa digunakan oleh Pasukan Abadi yaitu barisan depan menyerang musuh sedangkan barisan belakang menembakkan panah ke arah musuh. Para prajurit yang menjadi tentara Abadi adalah pria-pria yang sangat setia pada kaisar dan akan melindungi kaisar bahkan sampai mati.
Pasukan ini disebut sebagai "Pasukan Abadi" hanya oleh Herodotos. Sementara sumber dari Persia sendiri tidak menyebutkan nama pasukan ini.[5] Kemungkinan, Herodotus telah keliru membedakan Anûšiya ('rekan') dengan Anauša ('Pasukan Abadi').[5]
Selain oleh Herodotos, Pasukan Abadi disebutkan pula oleh Athenaios[6] (yang mengutip Herakleides dari Kyme); Hesykhios[7] (yang secara keliru menyebut Pasukan Abadi sebagai detasemen kavaleri); Procopius;[8] serta sumber-sumber lain yang mengambil data dari Herodotos, sedangkan Cassius[9] menyebut Pasukan Abadi dengan mengambil rujukan dari Romawi, dan menyebutnya sebagai pasukan tempur.[10]
Nama
Menurut Herodotos dan Xenofon, pasukan ini dinamai Pasukan Abadi (Athanatoi) karena jumlahnya selalu tetap, yakni 10.000 prajurit. Mereka punya tradisi dan aturan bahwa jika ada tentara Abadi yang terbunuh, terluka parah, cacat serius, atau sakit, maka akan langsung digantikan oleh tentara baru sehingga jumlah pasukan ini selalu 10.000, tidak kurang dan tidak lebih,[11] karena itulah pasukan ini dinamai Pasukan Abadi.[11][12][13]
Menurut seorang ahli sejarah Persia, Ardeshir Radpour, selain karena jumlahnya selalu tetap, pasukan ini dinamai Pasukan Abadi juga karena mereka tidak pernah meninggalkan mayat prajurit yang mati di medan pertempuran. Mereka selalu memindahkan prajurit Pasukan Abadi yang terbunuh dan menjauhkannya dari pantauan musuh, dengan demikian musuh jarang melihat prajurit Pasukan Abadi yang mati. Ini seolah-oleh membuat prajurit Pasukan Abadi terlihat tidak dapat mati.[14]
Nama lain dari Pasukan Abadi adalah Melophoroi (Para Pembawa Apel). Nama ini digunakan oleh para sejarawan pengikut Aleksander yang Agung. Pasukan Abadi membawa tombak yang memiliki penyeimbang berupa logam kecil berbentuk bulat untuk menyeimbangkan titik berat tombak. Bentuk penyeimbang tersebut mirip apel sehingga mereka disebut Para Pembawa Apel.[11][12][15] Penyeimbang tombak itu juga dapat digunakan sebagai senjata untuk memukul musuh.
Dia memikirkan kepada siapa dia dapat mempercayakan keamanan istananya........ Dia memilih di antara mereka sepuluh ribu prajurit, yang berkemah di sekitar istana, menjaganya siang dan malam, dan ikut menemaninya jika dia pergi, mengiringi di dekatnya.
Aleksander yang Agung berhasil mengalahkan Pasukan Abadi dalam Pertempuran Issos pada 333 SM. Setelah Kekaisaran Persia Akhemeniyah runtuh, Pasukan Abadi pun dibubarkan.
Dalam Perang Yunani-Persia, Pasukan Abadi berpartisipasi dalam Pengepungan Eretria dan Pertempuran Marathon pada 490 SM dalam invasi yang pertama, serta Pertempuran Thermopylae pada 480 SM dan Pertempuran Plataia pada 79 SM dalam invasi yang kedua. Di Thermopylae, Pasukan Yunani menghalangi jalan sempit di pesisir dan mencegah pasukan Persia memasuki kota-kota Yunani. Namun Pasukan Abadi mengambil jalan memutar dan berhasil mengepung pasukan Yunani sebelum kemudian mengalahkannya. Pasukan Abadi juga terlibat pada tahun kedua perang, pada 479 SM. Ketika itu pasukan Persia mengalami kekalahan di Salamis,[19] sehingga Xerxes memutuskan untuk pergi dari Yunani dan menugaskan Mardonios untuk meneruskan kampanye militer.[20] Mardonios memilih untuk membawa seluruh Pasukan Abadi kecuali pemimpin mereka, Hydarnes, karena Hydarnes lebih suka mengikuti Xerxes untuk pulang.[21] Maka Pasukan Abadi pun menjadi bagian dari pasukan pendudukan Persia di Yunani di bawah pimpinan Mardonios.[22] Namun Pasukan Abadi tidak pernah disebutkan kaitannya dengan operasi pada tahun 479 SM sehingga ada kemungkinan bahwa mereka sebenarnya kembali ke Asia bersama Xerxes dan Hydarnes.[10][23]
Keterlibatan Pasukan Abadi dalam Pertempuran Thermopylae adalah yang paling terkenal.[24]Xerxes dan pasukannya yang berjumlah sangat banyak datang ke Yunani untuk menaklukan Athena dan kota-kota di sekitarnya. Bangsa Yunani memutuskan untuk bersekutu untuk menghadapi Persia.[25] Persekutuan tersebut dipimpin oleh Sparta. Raja Sparta, Leonidas I, memutuskan untuk menghalangi Persia di "Gerbang Panas", sebuah celah sempit yang hanya bisa dilalui oleh sedikit prajurit. Pasukan Yunani terdiri dari sekitar 7,000 prajurit, di antaranya adalah 300 prajurit Sparta. Menurut sumber-sumber kuno, pasukan Persia berjumlah jutaan, suatu klaim yang sangat mungkin terlalu dilebih-lebihkan. Kalah jumlah, pasukan Yunani mampu menahan pasukan Persia selama tiga hari. Pasukan Yunani menjalani tiga pertempuran di Thermopylae sebelum akhirnya dikepung dan dikalahkan.[26]
Pada hari pertama pertempuran, Xerxes terkejut karena pasukan Yunani, yang berjumlah lebih sedikit, mau melawan pasukannya. Pasukan Yunani memakai formasi yang disebut "Formasi Phalanx." Para hoplites (infantri berat Yunani) merapatkan perisai mereka, dan beberapa barisan terdepan mengarahkan tombaknya ke depan. Formasi ini merupakan paduan dinding perisai dan tombak-tombak yang terarah ke musuh. Formasi ini sulit ditembus oleh pasukan Persia. Xerxes menawarkan Leonidas untuk menyerah. Leonidas menolak dan Xerxes pun mengirim pasukan Medes untuk menyerang pasukan Yunani. Pasukan Medes adalah infantri ringan yang mengenakan baju zirah kulit dan membawa tombak serta perisai. Pasukan Medes dibantai oleh pasukan Yunani. Karena serangan pertamanya gagal, Xerxes pun bersiap untuk mengirimkan Pasukan Abadinya. Xerxes merasa yakin bahwa Pasukan Abadi akan mampu mengalahkan pasukan Yunani.
Dengan perintah Xerxes, Pasukan abadi pun maju. Komandan Pasukan Abadi adalah Hydarnes (bahasa Persia Kuno: Vidarna ("penyobek”)). Pasukan Abadi bergerak menyerang pasukan Yunani dan barisan depan mereka berhasil dipatahkan oleh kumpulan tombak pasukan Yunani, formasi pasukan Yunani tetap tak tertembus.[10] Ini karena kuatnya para prajurit Yunani dan Sparta, selain juga karena para prajurit Yunani mengenakan baju zirah perunggu dan helm Korinthos yang kuat. Senjata-senjata Pasukan Abadi, yang berhasil mengalahkan pasukan-pasukan di Asia, tidak mampu menembus pertahanan pasukan Yunani. Perlengkapan pelindung Yunani memberi perlindungan yang kuat dan sulit ditembus oleh Pasukan Abadi. Sebaliknya, tombak dory pasukan Yunani terbukti fatal bagi Pasukan Abadi. Bahkan perisai Pasukan Abadi dapat hancur jika diserang dengan sudut dan kecepatan yang tepat.
Pasukan Abadi tidak mampu mengalahkan pasukan Yunani karena perisai mereka lebih lemah, selain itu mereka tidak memakai helm dan pelindung kaki. Pasukan Abadi memiliki kelebihan karena membawa panah, tetapi panah-panah mereka juga tidak terlalu berguna terhadap pasukan Yunani yang memiliki pelindung kuat. Perlindungan Pasukan Abadi yang lebih sedikit ini disebabkan Kekaisaran Persia lebih mengutamakan penggunaan kavaleri dan pemanah dalam jumlah yang sangat banyak. Di kemudian hari, infantri Persia mulai mengadopsi perisai hoplon Yunani.[4] Selain itu tempat pertempuran yang sempit lebih menguntungkan pasukan Yunani, dan karena mereka bertempur untuk membela tanah air, maka moral pasukan Yunani juga lebih tinggi.[4]
Pada hari kedua, Xerxes kembali mengirimkan Pasukan Abadi untuk menyerang pasukan Yunani, tetapi seperti halnya pada hari pertama, serangan ini tidak banyak membuahkan hasil. Karena kegagalan ini, Xerxes mulai kebingungan memikirkan langkah selanjutnya dan mempertimbangkan tentang kekalahan. Pada hari kedua itu pula, Xerxes didatangi oeh seorang pengkhianat bangsa Yunani bernama Ephialtes dari Trakhis.[27] Dia memberi informasi mengenai jalan gunung di sekitar Thermopylae yang dapat digunakan untuk mengepung pasukan Yunani.[28] Atas tindakannya, di kemudian hari nama "Ephialtes" di Yunani menjadi bermakna "mimpi buruk" dan disamakan dengan pengkhianat. Setelah mendapat informasi itu, pada petang hari Xerxes mengirim Hydarnes bersama 20.000 prajurit untuk mengepung pasukan Yunani melalui jalur tersebut. Kemungkinan dalam pasukan yang dipimpin oleh Hydarnes itu, dimasukkan pula sisa-sisa Pasukan Abadi yang belum terluka.[29] Jalur itu dimulai dari arah timur kamp pasukan Persia dan terbentang di sepanjang punggung gunung Anopaia, yang berada di sisi celah yang dijaga oleh pasukan Yunani. Jalur itu bercabang, yang satu menuju Phokis dan yang lainnya menuju Teluk Malia tempat pasukan Yunani bersiaga.[30] Dengan menggunakan jalur itu, pasukan Persia dapat menjepit pasukan Yunani.
Hari ketiga sekaligus terakhir dari pertempuran tersebut merupakan kehancuran bagi pasukan Yunani. Ketika sadar bahwa pasukan Persia akan berasil mengepung mereka, Leonidas memerintahkan sebagian pasukan Yunani untuk mundur dan menyelamatkan diri, sedangkan sebagian lainya, dengan dipimpin oleh Leonidas, tetap bertahan. Ketika pasukan Persia berdatangan, pasukan Yuani mencoba bertahan dan membunuh sebanyak mungkin serdadu Persia. Ketika Pasukan Abadi ikut maju, pasukan Yunani semakin terdesak. Sebagian prajurit Thebes menyerah dan dijadikan tawanan, sedangkan para prajurit Yunani lainnya terus melawan dan dibantai. Dalam baku hantam itu, korban juga berjatuhan di pihak Pasukan Abadi; dua orang adik Xerxes, yang menjadi prajurit Pasukan Abadi, gugur.[29] Seusai pertempuran, Xerxes memerintahkan semua mayat prajurit Persia untuk dikubur supaya tidak mempengaruhi mental pasukan. Xerxes, yang sangat marah terhadap Leonidas, memerintahkan juga supaya mayat Leonidas untuk dipenggal, kepalanya ditancapkan pada sebuah galah, dan tubuhnya disalibkan.[29]
Pelatihan
Hanya anak laki-laki keturunan Persia yang bisa masuk ke dalam pelatihan Pasukan Abadi. Di kemudian hari persyaratannya bertambah, yaitu seseorang harus setia pada ajaran Zoroaster jika ingin menjadi tentara Pasukan Abadi.[31] Berdasarkan Strabo, para calon tentara Pasukan Abadi harus menjalani pelatihan sejak masa anak-anak. Pelatihan mereka sangat berat dan keras baik secara fisik maupun psikologis. Mereka barangkali sudah dilatih sejak usia 5 atau 7 tahun. Mereka harus belajar bertahan hidup dalam kondisi yang sulit, misalnya bertahan hidup dengan memakan buah-buahan liar semacam pistachio (kenari hijau), acorn (buah pohon ek), delima, dan pir liar. Mereka juga harus punya kemampuan untuk menjinakkan kuda liar. Anak-anak itu dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 50 orang dan mereka dilatih menunggang kuda, bertarung, menggunakan senjata, memanah, berenang, melempar tombak, berlari, dan berbaris.[32] Mereka juga dilatih untuk dapat bertahan dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung. Herodotos menyebutkan bahwa usia para prajurit yang termasuk Pasukan Abadi berkisar antara 15 tahun sampai 50 tahun. Ketika sudah berusia sekitar 50 tahun, seorang tentara Abadi boleh pensiun dan diberi semacam tunjangan pensiun.[33]
Sebelum menjadi kaisar, Darius pernah bertugas sebagai prajurit Pasukan Abadi pada masa pemerintahan kaisar Kambises II, dan Darius pernah mengatakan bahwa berkat pelatihan yang diperolehnya, dia dapat menjadi seorang petarung yang sangat tangguh. Darius berkata dengan bangga:[32]
Aku terlatih menggunakan tangan dan kaki. Sebagai penunggang kuda, aku adalah penunggang kuda yang hebat. Sebagai pemanah, aku adalah pemanah yang hebat, baik sambil berdiri maupun sambil menunggang kuda. Sebagai penombak, aku adalah penombak yang hebat, baik sambil berdiri maupun sambil menunggang kuda.
Perlengkapan
Herodotos menggambarkan persenjataan tentara Abadi sebagai berikut: tombak pendek, pedang pendek atau belati besar yang bergantung di pinggang kanan, busur dan panah, serta perisai yang kecil dan ringan.[34] Mereka mengenakan jubah yang penuh dengan hiasan dan sulaman, dan diwarnai dengan warna ungu, biru, kuning, dan putih.[4] Di balik jubahnya mereka memakai baju zirah sisik, yaitu baju zirah berat yang bentuknya menyerupai sisik. Zirah sisik tersebut ternyata memberikan perlindungan yang kurang efektif melawan tentara Yunani yang memakai baju zirah linen dan perunggu. Pasukan Abadi juga memakai baju zirah kulit yang tebal dan dibuat dari kulit hewan yang direbus.[33]
Perisai Pasukan Abadi disebut gerron, dibuat dari kayu yang dilapisi kulit atau kain, dan bentuknya mirip biola. Ada pula tentara Abadi yang membawa perisai berbetuk persegi panjang atau bulat.[35] Mereka menggunakan perisainya untuk perlindungan dan penyerangan. Perisai ini cukup kuat menahan panah, tetapi tidak dapat menghentikan tusukan tombak dory tentara Yunani.[4] Pada awalnya, perisai ini berbentuk oval.[31] Tombak mereka merupakan senjata jarak menengah dengan panjang sekitar 2 sampai 2,5 meter. Batang tombaknya dibuat dari kayu pohon abu dan ujungnya adalah belati yang tajam. Tombak tersebut digunakan dengan cara ditusukkan pada musuh. Tombak ini dapat dengan mudah dihentikan oleh perisai hoplon Yunani.[4] Pada masa awal, Pasukan Abadi membawa tombak ganjur kavaleri yang pendek.[31] Senjata jarak jauh mereka adalah busur panah yang panjang yang kuat. Busur ini panjangnya sekitar satu meter dan ujunga dihias dengan bentuk kepala binatang.[32] Di pungungnya, para tentara Abadi membawa tempat panah yang berisi banyak anak panah. Anak panah mereka memiliki mata panah yang dibuat dari besi atau perunggu.[32] Para tentara Abadi lihai dalam menggunakan panah, serdadu Pasukan Abadi yang sangat terampil bahkan mampu memanah musuh sambil bergerak. Ada kemungkinan bahwa panah mereka dicelup dalam racun kobra India supaya menjadi lebih mematikan, tetapi tak ada cukup bukti untuk hal ini. Untuk pertempuran jarak dekat, Pasukan Abadi mempergunakan pedang bermata ganda yang disebut akinaka.[32] Pedang ini memiliki panjang sekitar 35–45 cm. Pegangannya mungkin dihiasi dengan ukiran kepala singa dari emas. Pedang ini digunakan untuk memotong, mencincang, dan menusuk musuh. Namun, pedang ini jarang digunakan terhadap musuh dan lebih sering dipakai untuk berduel dengan prajurit tingkat tinggi dan prajurit elit lain. Senjata lainnya adalah sagaris, yaitu kapak yang digunakan untuk menjatuhkan musuh yang menunggang kuda. Kapak ini juga berfungsi untuk menembus perlengkapan pelindung musuh dan digunakan melawan kavaleri Skithia dan hoplitesYunani yang memiliki baju pelindung tebal dan kuat. Kapak ini berguna untuk melawan pertahanan yang tidak dapat ditembus oleh tombak ataupun pedang.
Para perwira tinggi tidak membawa senjata yang berbeda dengan prajurit biasa, tetapi senjata mereka memiliki hiasan dan dekorasi yang lebih banyak dan rumit.[31] Menurut beberapa sejarawan, Pasukan Abadi memakai rantai dan gelang emas, kemungkinan sebagai tanda status sosial atau pangkat militer.[33] Penyeimbang tombak prajurit biasa dibuat dari perak, sedangkan perwiranya menggunakan penyeimbang tombak dari emas.[12] Dari sepuluh ribu tentara Abadi, sembilan ribu di antaranya adalah prajurit biasa dan seribu lainnya adalah perwira.[13] Menurut Herakleides dari Kyme, seribu orang perwira ini dipilih dari orang-orang kelahiran bangsawan (aristindên) dan harus orang Persia.
Hiasan kepala yang dipakai oleh Pasukan Abadi dipercaya sebagai tiara Persia. Bentuk pastinya tidak diketahui namun beberapa sumber menggambarkannya sebagai penutup kepala atau topi yang dapat ditarik menutupi wajah untuk melindungi dari angin dan debu di daratan Persia yang gersang dan juga untuk mengintimidasi musuh.[12] Ada kemungkinan bahwa Pasukan Abadi memiliki semacam helm logam, mungkin dari perunggu, yang digunakan dalam pertempuran.
Jubah Pasukan Abadi berbeda-beda seiring waktu dan pangkat prajurit. Pada awalnya, Pasukan Abadi mengenakan jubah putih panjang dengan sisik besi dan emas, celana panjang yang longgar, penutup kepala berwarna ungu dan violet. Di kemudian hari, tipe pakainnya tidak berubah namun warnanya yang berubah. Jubahnya menjadi kuning terang dengan kerah ungu dan garis ungu yang memanjang di bagian depan jubah. Penutup kepalanya menjadi berwarna kuning terang juga, sedangkan celana panjangnya berwarna ungu. Mantel besar berwarna ungu juga menjadi bagian dari pakaian mereka. Untuk perwira tinggi, pakaiannya tidak banyak terdapat perbedaan namun memiliki lebih banyak hiasan. Pada masa awal, para perwira memang mengenakan pakaian yang berbeda dari prajurit biasa, termasuk memakai tiara emas. Di kemudian hari, hanya tiara para perwira yang tetap berbeda dari prajurit biasa.[31]
Pasukan Abadi membuat para penulis Yunani terkesan dengan kemewahan mereka. Herodotos menyebut bahwa Pasukan Abadi "melampaui semua pasukan lainnya dalam hal keindahan," dan bahwa "mereka berkilau melalui banyak ornamen emas yang menghiasi mereka." Quintus Curtius juga menyebut, "Kalung emas mereka, pakaian mereka yang bersulam emas, dan jubah berlengan, juga dihiasi permata."[36]Aelianus menyebut bahwa Pasukan Abadi mengenakan pakaian berwarna "ungu dan kuning."[37]
Sangat mungkin bahwa para penombak dan pemanah yang digambarkan pada relief berukir dan batu bata warna dari masa Akhemeniyah di istana Darius I di Susa adalah Pasukan Abadi. Relief itu menggambarkan prajurit yang mengenakan jubah yang rumit dan perhiasan emas, meskipun pakaian tersebut sangat mungkin dipakai hanya untuk keperluan ritual upacara.[38] Sementara dalam pertempuran, mereka mengenakan pakaian yang lebih memudahkan untuk bergerak.[4]
Organisasi
Pasukan Abadi terbagi ke dalam beberapa resimen berdasarkan kualitas dan status sosial. Pangkat tertinggi adalah "resimen ungu" dan bertugas paling dekat dengan kaisar. Mereka memakai warna ungu yang dikenal sebagai "ungu Tyre". Warna tersebut didapat dari siput laut dan amat sangat mahal. Resimen ini berjumlah 1.000 prajurit dan penyeimbang tombak mereka terbuat dari emas. Resimen lainnya adalah resimen kuning, biru, dan merah. Resimen Pasukan Abadi diiringi oleh karavan berupa kereta tertutup, unta, dan bagal yang membawa suplai, makanan, budak wanita, pelayan, dan juru masak untuk melayani pasukan.[39] Kereta suplai tersebut membawa makanan khusus yang disediakan hanya untuk para tentara Abadi.[40][41]
Beberapa perwira pangkat tinggi biasanya membunuh singa, cheetah atau macan tutul untuk menunjukkan kemampuan dan keberanian mereka. Mereka kemudian akan mengenakan bulu dari hewan yang telah mereka bunuh.[33] Komandan Pasukan Abadi disebut "hazarapat".[32][42] Jabatan komandan Pasukan Abadi merupakan suatu jabatan yang cukup tinggi di Kekaisaran Persia Akhemeniyah, dan orang yang memegang jabatan ini selain mengatur Pasukan Abadi juga memperoleh kekuasaan politik yang cukup besar.[32] Pada invasi kedua Persia ke Yunani, yang menjadi komandan Pasukan Abadi adalah Hydarnes.[43][44] Orang lainnya yang pernah menjadi komandan Pasukan Abadi adalah seorang wanita bernama Pantea Arteshbod.[45][46]
Mengenai kemewahan yang diperoleh Pasukan Abadi, Herodotos menulis:[41]
Dari semua pasukan dalam angkatan perang Persia, penduduk asli Persia (Pasukan Abadi) bukan hanya yang terbaik tetapi juga yang paling dilengkapi secara mewah; pakaian dan baju zirah mereka sudah aku sebutkan, tetapi aku harus menambahkan bahwa setiap serdadu berkilau dengan emas yang di bawanya dalam jumlah yang sangat banyak. Mereka juga ditemani oleh kereta tertutup berisi pelayan dan budak wanita mereka, semuanya dihias secara rumit. Makanan spesial, dipisahkan dari pasukan lainnya, dibawakan untuk mereka dengan unta dan bagal.
Nama "Pasukan Abadi" dimunculkan kembali oleh Pasukan Sassaniyah. Unit Savaran yang paling terkenal adalah Zhayedan (Pasukan Abadi) dan berjumlah 10.000 prajurit, seperti halnya pendahulu Akhemeniyahnya. Bedanya adalah bahwa mereka adalah pasukan kavaleri. Tugas utama mereka adalah mengamankan penerobosan dalam pertempuran dan memasuki pertempuran pada saat yang krusial. Pasukan Zhayedan ini dipimpin oleh seorang komandan dengan gelar "Varthagh-Nighan Khvadhay."[47] Pasukan ini adalah pasukan katafrakt dan sering dikerahkan untuk melawan pasukan Arab.[48] Para serdadunya menunggangi kuda-kuda yang kuat dan tangguh, yang berasal daerah Iran barat.[49]
Pada masa Kekaisaran Bizantium, nama Pasukan Abadi digunakan sebagai nama pasukan yang terdiri dari orang-orang bangsawan dan pada awalnya dibentuk oleh kaisar Yohanes I Tzimiskes untuk melawan bangsa Rus'.[50] Para sedadunya disebutkan mengenakan baju zirah dari emas dan perak.[51] Pasukan ini kemungkinan dibubarkan tidak lama setelah itu. Namun di kemudian hari, Pasukan Abadi dibentuk kembali di bawah kekuasaan kaisar Mikhael VII Doukas (1071–1081).[50][52] Jenderalnya, Nikephoros, mereorganisir pasukan daerah tengah ("Tagmata") di Kekaisaran Bizantium seiring kekalahan di Manzikert oleh Turki pada 1071. Sisa-sisa pasukan provinsi di Themes (provinsi militer) dikumpulkan kembali dalam resimen Garda Imperial baru bernama Pasukan Abadi Persia dan dilaporkan berjumlah sekitar 10.000 prajurit.[53] Kemungkinan Pasukan Abadi ini dibubarkan pada tahun 1200.[50]
Berabad-abad kemudian selama Perang Napoleon/Perang Koalisi, Napoleon memiliki kesatuan tentara elit yang disebut Garda Imperial. Pasukan ini dibagi menjadi tiga bagian (Garda Tua, Garda Tengah, dan Garda Muda) dan berisi tentara-tentara Prancis terbaik. Para tentara Prancis lainnya menyebut Garda Imperial ini sebagai "Pasukan Abadi".[54]
Pasukan Iran modern di bawah pimpinan Shah terakhir meliputi semua sukarelawan Garda Javidan, juga dikenal sebagai "Pasukan Abadi." Pasukan Abadi yang ini bermarkas di Barak Lavizan di Teheran.[55] Pada tahun 1978, pasukan elit ini meliputi satu brigade yang terdiri dari 4,000–5,000 tentara, termasuk satu batalion tank Chieftain. Seiring penggulingan rezim Imperial pada 1979, Pasukan Abadi pun dibubarkan.[33]
Dalam budaya populer
Film
Film 300 tahun 2007, yang diadaptasi dari buku komik 300 karya Frank Miller, menampilkan versi yang sangat fiktif dari Pasukan Abadi pada Pertempuran Thermopylae.[13] Pasukan Abadi yang ini memakai topeng besi bergaya menpō dan membawa sepasang pedang yang mirip wakizashi.[33] Film tahun 1962 berjudul The 300 Spartans memperlihatkan versi yang agak akurat dari Pasukan Abadi, yang membawa tombak dan perisai kecil. Akan tetapi mereka mengenakan pakaian yang berwarna hitam dan warna-warna gelap lainnya, bertentangan dengan penggambaran sejarahnya.[33]
Program televisi
Film dokumenter di History Channel yang berjudul Last Stand of the 300 juga menampilkan Pasukan Abadi, sebagai bagian dari rekonstruksi Pertempuran Thermopylae. Dalam versi yang ini, tiara yang dipakai oleh Pasukan Abadi berbentuk topeng kain berwarna hitam yang menutupi seluruh wajah namun cukup tembus pandang.[33] Dengan topeng ini, musuh tidak dapat melihat wajah para prajurit Pasukan Abadi tetapi Pasukan Abadi tetap dapat melihat musuh. Pasukan Abadi dalam film ini juga disebutkan mampu berarak mendekati musuh secara sunyi. Pasukan Abadi serupa ditampilkan dalam film dokumenter Battles BC pada episode "Judgement Day at Marathon". Acara televisi Deadliest Warrior mempertandingkan Pasukan Abadi dengan prajurit Kelt, dan Pasukan Abadi keluar sebagai pemenangnya.[33] Pasukan Abadi juga ditampilkan dalam segmen "Spartan" pada musim pertama dan segmen "Alexander the Great" pada musim kedua.
Permainan video
Pasukan Abadi muncul dalam beberapa permainan komputer strategi, termasuk Rome: Total War Alexander, yang menampilkan mereka dengan cukup akurat kecuali kurangnya baju zirah dan kedisiplinan. Pasukan Abadi juga muncul dalam permainan Civilization III yang memperlihatkan Pasukan Abadi sebagai unit infantri unik yang tersedia untuk Persia;[33]Civilization IV, yang menampilkan mereka sebagai unit berkuda;[33] dan Civilization V, yang menampikan mereka sebagai infantri berat yang membawa perisai dan tombak pendek. Dalam Empire Earth, Pasukan Abadi muncul sebagai unit senjata tusuk unik untuk peradaban Persia dan merupakan musuh dalam dua misi terakhir pada Kampanye Yunani. Mereka ditampilkan sebagai prajurit berjubah kuning-putih, membawa perisai, dan menyerang dengan menggunakan tombak.
^ abcdLendering, Jona. "'Immortals'". Livius. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-25. Diakses tanggal 09-04-2011.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
^ abcTrikeriotis, John. "The Immortals". 300 Spartan Warriors. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-17. Diakses tanggal 10-09-2011.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
^"Ten Thousand Immortals". Britannica Online Encyclopædia. Diakses tanggal 08-08-2011.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
^"HYDARNES". Encyclopaedia Iranica. Diakses tanggal 07-10-2011.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
^Lendering, Jona. "Hydarnes (2)". Livius.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-27. Diakses tanggal 07-10-2011.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
A. Pagliaro, Fortuna di parole iraniche in occidente, Asiatica 9, 1943, hlm. 36-42.
Bauer, Susan W. (2010). Sejarah Dunia Kuno. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 978-979-27-9043-6.
Toynbee, Arnold (2007). Sejarah Umat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN 979-377-74-1.
Erlangga, Ardyan M. (2011). Sejarah & Kebudayaan Dunia. Yogyaakarta: Familia. ISBN 978-602-97660-5-9.
Briant, Pierre (1996). Histoire de l'Empire perse, de Cyrus à Alexandre (dalam bahasa Prancis). Paris: Fayard. ISBN2-213-59667-0.
Romero, Javier (2005). Cuerpos de élite, Misión Imposible (dalam bahasa Spanyol). Madrid: Circle Digital. ISBN84-609-6758-1.
Farrokh, Kaveh (2005). Sassanian Elite Cavalry. Oxford: Osprey Publishing. ISBN1841767131.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Hignett, C. (1963). Xerxes’ Invasion of Greece. Oxford: Clarendon Press. ISBN0198142471.