Nyanyian Debora

Nyanyian Debora adalah bagian dari Kitab Hakim-hakim di dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen yang berisi nyanyian kemenangan Debora, satu-satunya perempuan yang menjadi hakim Israel sebelum terbentuknya kerajaan. Nyanyian ini dinyanyikan setelah kemenangan Debora dalam memimpin bangsanya mengalahkan Sisera, seorang jenderal Kanaan.

Nyanyian ini terdapat dalam Hakim–hakim 5:1–31, dan diduga disusun pada abad ke-12 SM sebagai salah satu komposisi yang paling tua di dalam Alkitab. Kisah peperangan Debora bersama Barak bin Ahinoam melawan Sisera untuk melepaskan umat Israel dari penjajahan Yabin, raja Hazor, dan kepahlawanan Yael, istri Heber orang Keni itu, digambarkan pula dalam Hakim-hakim 4 dalam bentuk prosa.

Teks

Sumber: Hakim-hakim 5:1-31

Karena pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang,

karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela, pujilah TUHAN!

Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka!

Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi TUHAN, bermazmur bagi TUHAN, Allah Israel.

TUHAN, ketika Engkau bergerak dari Seir,

ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom,

bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya;

gunung-gunung--yakni Sinai--bergoyang di hadapan TUHAN,
di hadapan TUHAN, Allah Israel.

Dalam zaman Samgar bin Anat, dalam zaman Yael,

kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit.

Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel,

ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel.

Ketika orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang.

Sesungguhnya, perisai ataupun tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel.

Hatiku tertuju kepada para panglima Israel,

kepada mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela di antara bangsa itu. Pujilah TUHAN!

Kamu, yang menunggang keledai betina putih,

kamu, yang duduk di atas permadani,

kamu, yang berjalan di jalan,

ceriterakanlah hal itu!

Di tempat-tempat penimbaan air, menurut suara orang-orang yang berdendang,

di sanalah orang menyanyikan perbuatan TUHAN yang adil,

perbuatan-Nya yang adil terhadap orang-orang-Nya di pedusunan di Israel.

Pada waktu itu turunlah umat TUHAN ke pintu gerbang.

Bangunlah, bangunlah, Debora!

Bangunlah, bangunlah, nyanyikanlah suatu nyanyian!

Bangkitlah, Barak!

dan giringlah tawananmu, hai anak Abinoam!

Lalu turunlah para bangsawan yang terluput,

umat TUHAN turun bagi-Nya sebagai pahlawan.

Dari suku Efraim mereka datang ke lembah,

mengikuti engkau, ya suku Benyamin, dengan laskarmu;

dari suku Makhir turunlah para panglima

dan dari suku Zebulon orang-orang pembawa tongkat pengerah.

Juga para pemimpin suku Isakhar menyertai Debora,

dan seperti Isakhar, demikianlah Naftali menyertai Barak.

Mereka menyusul dia dan menyerbu masuk lembah.

Tetapi pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan.

Mengapa engkau tinggal duduk di antara kandang-kandang sambil mendengarkan seruling pemanggil kawanan?

Di pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan!

Orang Gilead tinggal diam di seberang sungai Yordan;

dan suku Dan, mengapa mereka tinggal dekat kapal-kapal?

Suku Asyer duduk di tepi pantai laut,

tinggal diam di teluk-teluknya.

Tetapi suku Zebulon ialah bangsa yang berani mempertaruhkan nyawanya,

demikian juga suku Naftali, di tempat-tempat tinggi di padang.

Raja-raja datang dan berperang,

pada waktu itu raja-raja Kanaan berperang dekat Taanakh, pada mata air di Megido,

tetapi perak sebagai rampasan tidak diperoleh mereka.

Dari langit berperang bintang-bintang,

dari peredarannya mereka memerangi Sisera.

Sungai Kison menghanyutkan musuh,

Kison, sungai yang terkenal dari dahulu kala itu.

--Majulah sekuat tenaga, hai jiwaku! --

Ketika itu menderaplah telapak kuda, karena berpacu lari kuda-kudanya.

"Kutukilah kota Meros!" firman Malaikat TUHAN,

"kutukilah habis-habisan penduduknya,

karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan."

Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu,

melebihi perempuan-perempuan lain,
diberkatilah ia, melebihi perempuan-perempuan yang di dalam kemah.

Air diminta orang itu, tetapi susu diberikannya;

dalam cawan yang indah disuguhkannya dadih.

Tangannya diulurkannya mengambil patok,

tangan kanannya mengambil tukul tukang,

ditukulnya Sisera, dihancurkannya kepalanya,

diremukkan dan ditembusnya pelipisnya.

Dekat kakinya orang itu rebah, tewas tergeletak,

dekat kakinya orang itu rebah dan tewas,

di tempat ia rebah,

di sanalah orang itu tewas, digagahi.

Dari jendela ibu Sisera menjenguk dan berseru dari tingkap:

"Mengapa keretanya tak kunjung datang?
Mengapa kereta-keretanya belum kedengaran?"

Yang paling bijak di antara dayang-dayangnya menjawabnya,

dan ia sendiri juga membalas perkataannya itu:

"Bukankah mereka mendapat jarahan dan membagi-baginya,

gadis seorang dua untuk setiap orang jarahan

kain berwarna sehelai dua untuk Sisera,

jarahan kain sulaman aneka warna sehelai dua untuk leherku?"

Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN!

Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya.

Lihat pula

Pranala luar