Sotoudeh ialah salah satu tahanan politik paling terkenal di Iran, selain menjadi pengacara, ia juga telah membela hak perempuan untuk tidak mengenakan jilbab.
Sotoudeh ditangkap pada September 2010 atas dakwaan menyebarkan propaganda dan berniat mencederai keamanan negara[1] dan dihukum kurungan tunggal di Penjara Evin.[3] Pada Januari 2011, otoritas Iran menjatuhi Sotoudeh dengan hukuman 11 tahun pernjara, selain melepasnya dari praktik hukum dan meninggalkan negara tersebut selama 20 tahun. Pengadilan banding kemudian mengurangi masa tahanan Sotoudeh menjadi enam tahun, dan ia dilarang bekerja sebagai pengacara sampai sepulutuh tahun.
Kehidupan dan pendidikan
Nasrin Sotoudeh lahir pada 1963 dalam sebuah keluarga Iran "relijius, kelas menengah".[4] Ia berharap mempelajari filsafat di kolese dan meraih peringkat ke-53 dalam ujian kelulusan universitas nasional Iran namun tempatnya kurang dan berganti menjadi belajar hukum di Universitas Shahid Beheshti di Tehran.[5] Setelah menyelesaikan gelarnya dalam hukum internasional dari universitas tersebut, Sotoudeh mengambil dan melaksanakan ujian kelulusan dengan sukses pada 1995 namun menunggu delapan tahun untuk diberi ijin praktik hukum.[4]
Sotoudeh menikah dengan Reza Khandan. Mereka memiliki dua anak.[6] Sotoudeh menyebut Reza sebagai "benar-benar pria modern," yang berdiri di sebelahnya dan karyanya pada saat perjuangannya.[5]
Setelah keras melawan sistem peradilan negara hingga dipenjara, ancaman terus-menerus terhadap keluarganya, namun Sotoudeh tetap menjadi pendukung supremasi hukum yang menantang.[7]
Penangkapan dan pengadilan
Pada 28 Agustus 2010, otoritas Iran memergoki kantor Sotoudeh. Pada waktu itu, Sotoudeh mewakili Zahra Bahrami, seorang warga negara ganda Belanda-Iran yang didakwa melanggar keamanan; tidak jelas apakah pemergokkan tersebut berkaitan dengan Bahrami.[8][9] Pada 4 September 2010, otoritas Iran menangkap Sotoudeh atas dakwaan menyebarkan propaganda dan berupaya mencederai keamanan negara.[1]Washington Post menyebut penangkapan tersebut sebagai "penyorotan tindakan keras intensif terhadap pengacara yang membela jurnalis, akticis dan politikus oposisi berpengaruh ."[10]
Pada 9 Januari 2011, otoritas Iran menjatuhkan Sotoudeh dengan hukuman 11 tahun penjara atas dakwaan "aktivitas melawan keamanan nasional" dan "propaganda melawan rezim." Selain itu, ia dilepaskan dari praktik hukum dan meninggalkan negara tersebut selama 20 tahun.[11] Pada pertengahan September 2011, sebuah pengadilan banding mengurangi masa tahanan Nasrin Sotoudeh menjadi enam tahun; pelarangannya dari bekerja sebagai pengacara dikurangi menjadi sepuluh tahun.[12]
Mogok makan
Pada 25 September 2010, ia mulai mogok makan untuk memprotes ditolaknya kunjungan dan panggilan telepon dari keluarganya.[3][13] Menurut suaminya, Sotoudeh mengakhiri mogok makannya empat minggu kemudian, pada 23 Oktober.[3]
Pada 17 Oktober 2012, Sotoudeh mulai mogok makan dalam memprotes penolakan kunjungan keluarganya lagi.[14] Pada 4 Desember 2012, Sotoudeh berhenti mogok makan setelah 49 hari setelah kunjungan pendek beberapa anggota parlemen di penjara Evin dimana ia mengetahui dan merestui permintaannya untuk mengangkat larangan kunjungan putrinya.[15]
Pada Agustus 2020, Nasrin Sotoudeh, kembali melakukan mogok makan selama lebih dari 40 hari, dan menghabiskan beberapa waktu di rumah sakit karena kondisinya yang melemah. Dia mengatakan pemogokannya dirancang untuk meningkatkan tekanan pada Iran untuk membebaskan tahanan politik dan menarik perhatian terhadap kondisi mereka selama pandemi virus corona.[16]
Pembebasan
Sotoudeh dibebaskan pada 18 September 2013 bersama dengan sepuluh tahanan politik lainnya, termasuk pemimpin oposisi Mohsen Aminzadeh, berhari-hari sebelum Presiden Iran Hassan Rouhani datang ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.[17] Tidak ada persyaratan yang diberikan untuk pembebasan awalnya.[18]
Bentuk protes
"The hijab is obligatory [in Iran] – and if they can force this half-metre of fabric on us, they can do anything with us." - dalam protesnya, Sotoudeh mengatakan kalau Pemerintah Iran bisa memaksa perempuan menggunakan kain / hijab, mereka bisa saja melakukan apapun yang mereka inginkan (bentuk opresi terhadap perempuan Iran)