MargaretAlice Murray (13 Juli 1863 - 13 November 1963) adalah seorang egiptolog (pakar kebudayaan mesir) berkebangsaan Anglo-india, arkeolog, antropolog, sejarawan, dan folkloris (ahli cerita rakyat).[1]
Murray menghabiskan masa kecilnya di India dan Inggris serta sempat berdomisili di Jerman. Latar belakang pendidikan awalnya adalah seorang tenaga medis dan sempat menjadi perawat. Selain itu Murray juga menjadi pekerja sosial sebelum memulai kuliahnya di London. Pada tahun 1894 Murray kuliah di University College London jurusan linguistik dan egyptologi (sejarah Mesir kuno). Murray adalah ahli sejarah Mesir kuno wanita pertama yang bekerja di Museum Manchester di Universitas Manchester.[2][3][4]
Murray adalah bagian dari kelompok yang dibuat oleh ahli Mesir kuno Inggris yang paling terkenal sepanjang sejarah, William Flinders Petrie.[3][4] Awal bergabung dengan William Flinders Petrie, Murray membantunya menyalin dan membuat ilustrasi dari setiap kegiatan penggalian situs yang mereka lakukan. Salah satunya adalah publikasi buku Petrie yang berjudul Koptos.[3]
Murray kemudian menjadi asistennya dan mulai mengajar ilmu bahasa. Muridnya yang kemudian menjadi ahli Mesir kuno juga adalah Guy Brunton, Myrtle Broome dan Reginald Engelbach. Murray juga mengajar kelas malam di Museum Inggris. Popularitas di bidang Mesir kuno didapatkannya saat bergabung dalam penggalian di Abydos. Murray juga terlibat di dalam penggalian situs di Petra, Malta dan banyak tempat yang lain. Dia menemukan Osireion, kuil Osiris yang terkenal di Abydos dari tahun kekuasaan Seti I.[3]
Pada tahun 1908, Murray membuka peti dan pembungkus mumiKhnum-nakht. Dia adalah wanita pertama yang membuka peti dan pembungkus mumi.[3]
Di luar bidang akademisi yang ditekuninya, Murray tertarik untuk menuliskan cerita rakyat dan hubungannya dengan ilmu sihir. Tiga buku yang diterbitkannya membahas tentang hal ini serta tentang Wiccan dan neopaganisme.[4][5]
Kehidupan Awal
Margaret Murray lahir di CalcuttaIndia pada tanggal 13 Juli 1863 dari keluarga kerajaan Inggris yang berada. Murray adalah anak bungsu, ayahnya bernama James Charles Murray dan ibunya Margaret Carr. James Murray dan keluarganya telah hidup di India selama beberapa generasi dan bekerja sebagai manajer mitra dari perusahaan di Manchester sedangkan Margaret Carr berasal dari keluarga Northumbrian yang relijius yang dulunya datang ke India sebagai misionaris dan pekerja sosial yang memfokuskan diri untuk perbaikan kondisi bagi wanita-wanita di India. Keluarga Murray adalah keluarga yang memegang nilai dan idealisme era victoria yang konservatif. Meskipun demikian dia tetap bergaul dekat dengan penduduk asli India yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumahnya dari kasta sudra. Di rumahnya ada kurang lebih sepuluh orang pembantu dan dia bersimpati dengan situasi hidup mereka terutama para wanita. Sikapnya ini banyak dipengaruhi oleh latar belakang keluarga ibunya.[2][3]
Semasa kecil, Murray menghabiskan waktunya di India dan Inggris serta sempat tinggal di kota Bonn, Jerman antara tahun 1873-1875. Selama di India, Murray dididik oleh ibunya. Namun saat berkunjung ke Inggris, dia tinggal dengan pamannya John Murray, seorang Vicaris Lambourn di Berkshire dan setelahnya menjadi pemimpin di Rugby, Warwickshire, daerah konstituen parlemen Inggris serta bibinya Harriet. Pamannya inilah yang mengajarinya banyak hal. Pamannya juga yang memberinya minat dan ketertarikan pada sejarah kuno dan monumen.[2]
Saat kembali ke India tahun 1883, Murray memilih sekolah menjadi perawat dan menjalani pelatihan selama tiga bulan di rumah sakit umum Calcutta. Murray merupakan wanita bangsawan pertama yang menjalani masa percobaan bekerja di rumah sakit. Tahun 1886, Murray kembali ke Inggris dan harus merelakan karier keperawatannya karena perawakannya. Tingginya yang hanya 4 kaki 10 inci (147,3 cm) membuatnya dianggap pendek untuk memenuhi syarat menjadi seorang perawat. Murray lalu mencoba bekerja di bidang sosial. Pertama di Rugby, lalu di Bushey Heath, Hertfordshire hingga saat orang tuanya kembali ke Inggris dan menetap pada tahun 1887.[2]
Pada tahun 1893, Murray mengunjungi Mary saudaranya yang menikah dua tahun sebelumnya dan berdomisili di Madras (sekarang Chennai) India. Mary membaca pengumuman di London Times bahwa Petrie akan membuka kelas di departemen baru egyptologi di UCL. Departemen ini didirikan tahun 1892 atas bantuan penulis dan penjelajah Inggris, Amelia Edwards (yang telah sejak lama tertarik dengan Mesir). Departemen ini mengalami transformasi dari sekadar hobi di antara para kolektor barang kuno Mesir menjadi mata kuliah tentang sejarah dan budaya Mesir yang serius.[1]
Mary jugalah yang mendorong Murray untuk pulang dan kuliah di UCL dan mengambil jurusan egyptologi yang baru saja dibuka. Mary memintanya untuk mengambil kelas itu mengingat dirinya sudah menikah dan mempunyai anak karena itu tidak mungkin bagi dirinya untuk kuliah.[6] Pada masa itu, kaum wanita sulit untuk mengambil kuliah spesialis lanjutan seperti yang dilakukan oleh Murray. UCL adalah universitas pertama di Inggris yang memberikan gelar untuk wanita saat Universitas Oxford dan Universitas Cambridge tidak menerima mahasiswa wanita. Inilah yang sedikit banyak membuatnya menjadi salah seorang perintis hak-hak kaum wanita untuk memilih. Murray juga mengambil jurusan linguistik yang mendorongnya untuk mempelajari hieroglif Mesir dan ilmu Mesir kuno yang memberinya akses pada Sir William Matthew Flinders Petrie.[1][2] Yang membuatnya mampu masuk di dalam lingkaran Petrie walaupun dia seorang wanita, adalah kemampuan berbahasa Jerman yang dimiliki dan didapatnya saat bermukim di Bonn dulu. Murray mampu membaca dan menerjemahkan buku dan jurnal berbahasa Jerman untuk Petrie.[1]
Masa di UCL
Di UCL, walaupun sebelumnya tidak memiliki pendidikan formal, Murray menarik perhatian Petrie. Murray mengesankan Petrie dengan antusiasme dan kecerdasannya. Tapi terutama karena kemampuan Murray untuk membuat enkripsi relief dari kuil dan makam kuno dengan akurat, yang sangat membantu Petrie karena tulisan-tulisan arkeologi yang Petrie buat menyertakan banyak ilustrasi tentang kuil dan makam. Kemampuan ini diperoleh Murray saat mengikuti kelas memahat kayu sekitar tahun 1887. Murray mahir membuat enkripsi hieroglif, Latin, Yunani dan Koptik hanya bermodalkan foto (yang karena mahal hanya berjumlah sangat sedikit) atau kertas (yang merupakan perkiraan kasar, dibuat dengan cara menekan kertas filter basah lalu dikeringkan) yang dibawa Petrie dari penggalian situs. Selain tentu saja kemampuannya menerjemahkan jurnal dan buku arkeologi dalam bahasa Jerman. Karya Murray sangatlah akurat sehingga dia kemudian menjadi kepala ilustrator dan asisten Petrie.[1][7]
Tahun 1896, Murray mulai mengajar. Dimulai dengan mengajar bahasa Mesir tingkat dasar kemudian meningkat meliputi sejarah, budaya dan agama di Mesir. Tahun 1898 dia secara resmi adalah seorang dosen junior di bidang arkeologi di Inggris. Kemudian berturut-turut menjadi asisten dosen pada tahun 1909, dosen pada tahun 1921, dosen senior dan dosen peneliti di University College London tahun 1922.[1][2][7]
Posisi-posisi ini diperolehnya karena waktu yang dicurahkan Murray untuk menjalankan departemen Ilmu Mesir selama Petrie berada di Mesir untuk penggalian. Murray juga merancang kurikulum panduan yang memudahkan mereka sebelum melakukan penggalian, termasuk antropologi, anatomi, geologi, mineralogi dan bahasa.[1][2][7]
Ekskavasi
Petrie memberinya kesempatan untuk ikut dalam penggalian situs bersejarah pada tahun 1902 untuk dua musim dingin. Penggalian pertamanya adalah di Abydos, sebuah kota kuno tempat banyak makam serta kuil kerajaan sekitar 300 mil di sebelah selatan Kairo, saat dia bergabung dengan istri Petrie, Hilda yang juga seorang arkeolog. Awalnya, Murray hanya berperan sebagai perawat saat pekerja yang menggali ada yang terluka atau sakit. Belum lagi diskriminasi yang didapatnya karena dia adalah seorang perempuan dengan postur tubuh pendek membuat pekerja menolak perintah darinya. Namun seiring waktu dia belajar bagaimana menggali yang baik dan benar, dan mampu menggunakan ekskavatornya sendiri. Saat di Abydos ini, Murray menemukan Osireion, sebuah kuil bagi dewa Osiris. Laporannya mengenai situs ini diterbitkan tahun 1904.[1][2]
Penggalian independennya dilakukan pada tahun 1920-an dan 1930-an di pulau MaltaMediterania, tempat dia menggali situs penting prasejarah Borg in-Nadur, dan di Menorca tempat dia menggali dua situs megalitikum zaman perunggu di Trepuco dan Sa Torreta. Murray menerbitkan catatan penggalian di Malta dan Menorca masing-masing dalam 3 volume.[1][7]
Tahun 1937 Murray melakukan penggalian di PetraYordania dan menulis buku panduan ke situs ini berjudul A Rock City of Edom (tahun 1939) dan A Street in Petra (tahun 1940).[1][7]
Pekerjaan lapangan lain yang dilakukan Murray selain terlibat langsung dalam penggalian situs bersejarah adalah menyalin pahatan patung pada dinding kapel di Saqqara pada tahun 1903-1904. Murray juga membuat katalog koleksi museum termasuk Museum Nasional Benda Antik Skotlandia di Edinburgh, Museum Nasional Irlandia di Dublin, Museum Ashmolean di Oxford dan Museum Nasional Malta di Valletta. Kegiatan Murray lain yang terkenal adalah saat dia dan John Cameron membuka peti dan pembungkus mumi di hadapan lima ratus audiens.[7] Ini dianggap sebagai studi interdisiplin mumi yang pertama dan menjadi terobosan dan mempelopori jalan bagi ilmu pengetahuan dalam teknik membuka mumi di masa yang akan datang.[1][2][6][7]
Pergerakan Wanita
Margaret Murray adalah pendukung gerakan hak wanita untuk memilih walaupun dia bukan seorang aktifis militan. Aktifitasnya ini dilatarbelakangi berbagai hal. Mulai dari latar belakang keluarga ibunya yang memperjuangkan hak wanita India, kedekatannya dengan pembantu rumah tangganya, diskriminasi yang dia rasakan bagi perempuan yang ingin bersekolah dan diskriminasi dalam pekerjaan lapangan. Dia adalah anggota Serikat Sosial dan Politik Perempuan yang diketuai oleh Emmeline Pankhurst dan ikut berpartisipasi dalam prosesi pertama protes ke gedung parlemen pada tahun 1907.[1][7]
Di UCL sendiri, dia senantiasa menjadi pendukung kegiatan wanita, baik staf maupun mahasiswi. Semasa Perang Dunia I, Murray ikut aktif dalam komite yang dibentuk oleh Elsie Inglis untuk membawa perempuan Serbia ke Inggris untuk dididik menjadi dokter (organisasi ini kemudian dikenal dengan nama Dana Beasiswa Kedokteran untuk Wanita Yugoslavia). Feminismenya ini meluas kepada beasiswanya yang mencakup studi tentang berbagai aspek kehidupan wanita di zaman Mesir kuno termasuk kondisi sosial, dan peran wanita dalam agama.[7]
Cerita Rakyat dan Ilmu Sihir
Meletusnya Perang Dunia I pada tahun 1914 menghentikan untuk sementara pekerjaan para arkeolog Inggris di luar negeri. Murray awalnya bekerja sebagai perawat sukarela di St. Malo Prancis. Namun karena terlalu lelah (saat itu usia Murray 51 tahun), Murray memutuskan untuk pergi ke Glastonbury di barat daya Inggris untuk beristirahat. Saat di sana, Murray tertarik dengan cerita rakyat setempat khususnya tentang cawan suci (yang menurut dugaan diambil oleh Yusuf dari Arimatea) serta adanya ide yang mengaitkan cerita tersebut dengan elemen Mesir.[1][8]
Saat melakukan riset tentang ini, Murray juga menjadi tertarik dan mulai menulis tentang sejarah ilmu sihir di Eropa. Sebagian orang menduga bahwa ini adalah caranya untuk melepaskan diri dari bayang-bayang nama besar Petrie hingga memutuskan untuk masuk ke dalam bidang yang sangat berbeda. Menjawab ini, Murray mengatakan "Agama kuno selalu menjadi subyek yang sangat saya sukai, dan cerita rakyat atau ilmu sihir ini berada di jalur yang sama". Murray menerbitkan artikel tentang ilmu sihir dalam jurnal Folk-lore diikuti dengan tiga buah buku, The Witch Cult in Europe (1921), The God of Witches (1931) dan The Divine King in England (1954). Murray juga menulis artikel "Ilmu Sihir" untuk Encyclopedia Britannica edisi ke-14 yang diterbitkan pada tahun 1929.[1][2][4][7][8]
Dalam catatannya, premis utama Murray adalah bahwa ilmu sihir adalah agama pra-kristen kuno yang berasal dari zaman paleolitikum. dengan para anggota yang menghadiri pertemuan yang disebut sabat yang mengadakan ritual kesuburan dan ritual lainnya. Murray percaya bahwa dalam bentuk aslinya, agama ini memuja dewa wanita dan didominasi juga oleh wanita namun tidak lama kemudian diambil alih oleh kaum pria yang kemudian memuja tuhan laki-laki yang bertanduk yang lebih lanjut digambarkan sebagai iblis oleh umat Kristen.[1][5][7]
Murray sedikit banyaknya dipengaruhi oleh folkloris Skotlandia, James Frazer yang teorinya mengatakan bahwa orang-orang modern selalu mengikuti kebiasaan dan kepercayaan kuno. Frazer juga menekankan ritual pembunuhan pemimpin pada beberapa kelompok untuk pembaruan dan mempertahankan kesuburan di dalam kelompok tersebut. Teori Frazer ini membawa Murray pada satu kecurigaan bahwa ritual serupa mendasari beberapa kejadian yang terjadi dalam sejarah Inggris seperti eksekusi beberapa raja dan pemimpin termasuk Joan of Arc.[1][2][5]
Reaksi kaum terpelajar atas pernyataan Murray ini awalnya bermacam-macam. Namun lama kelamaan bernada negatif, menganggap penggunaan referensi untuk tulisannya sangat ceroboh dan mengkritik kecenderungan Murray untuk menggeneralisir dari bukti-bukti yang sangat sedikit. Tetapi di lain pihak, buku dan artikelnya sangat menarik. Murray yang sering kali dianggap sebagai orang yang berpikiran rasional mengabaikan dan menyepelekan reaksi negatif sehubungan dengan bukunya. Walaupun didiskreditkan oleh pihak akademisi, Murray diangkat menjadi presiden Folklore Society pada tahun 1953 hingga 1955. Tulisannya terbukti memainkan peranan penting dalam pergerakan Wiccan dan Neopaganisme lainnya.[1][2][4][7]
Masa Tua
Setelah Perang Dunia II pecah, Murray pindah ke Cambridge lalu kembali ke London. Murray seharusnya pensiun pada tahun 1927 namun karena dia adalah pemberi kuliah yang popular, dia terus memperbaharui kontrak mengajarnya tiap tahun hingga tahun 1935. Murray kemudian menyewa pondokan di dekat UCL agar bisa tetap meminjam buku dari perpustakaan Inggris. Murray tetap belajar dan mengajar di kelas untuk orang-orang dewasa tentang kebudayaan dan sejarah Mesir kuno di Institut Perpustakaan Kota. Tahun 1949 dia menerbitkan buku The Splendour that was Egypt.[1][7]
Buku terakhir Murray adalah autobiografinya berjudul My First Hundred Years. Di dalamnya dia berkisah tentang masa kecilnya di India dan Inggris, jalannya mempelajari Egyptology, karyanya di bidang arkeologi, gerakan feminismenya, mentornya Flinders Petrie dan tahun-tahunnya di UCL. Dia tidak menulis banyak tentang penelitian ilmu sihirnya.[1][2]
Pada musim semi 1963, diadakan perayaan ulang tahunnya yang ke-100 di UCL. Dokter yang merawatnya mengantar Murray dari rumah sakit ke tempat acara dan kembali ke rumah sakit lagi. Murray tidak pernah menikah. Dia mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan. Empat bulan setelah perayaan ulang tahun ke-100, kondisi kesehatan Murray menurun dan dirawat di rumah sakit Queen Victoria Memorial, WelwynHertfordshire dan menutup mata di sana pada tanggal 13 November 1963. Pemakamannya dilakukan pada tanggal 20 November 1963 dan jasadnya dikremasi di krematorium Golden Green, Middlesex.[1][2]