Mamminasatapa atau akronim dari "Makassar—Maros—Sungguminasa—Takalar—Pangkep" adalah sebuah wilayah metropolitan yang berada di Indonesia. Wilayah ini meliputi Kota Makassar dan wilayah penyangganya seperti Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Wilayah ini juga menjadi ikon provinsi Sulawesi Selatan dan wilayah metropolitan terbesar di Indonesia Timur. Bukan hanya sekadar akronim, dalam bahasa Makassar, kata Mamminasata(p)pa terdiri dari dua morfem, yakni minasa (perasaan harapan) dan tappa (terpercaya). Jadi Mamminasata(p)pa dapat diartikan sebagai "ungkapan cita-cita, perasaan dari lubuk hati yang mendalam, atau harapan yang didambakan bisa dipercaya". Sebelumnya, wilayah metropolitan ini bernama Mamminasata dari akronim "Makassar—Maros—Sungguminasa—Takalar". Dalam bahasa Makassar, kata Mamminasata memiliki makna "ungkapan cita-cita, perasaan, atau harapan yang didambakan untuk kita semua".
Demografi
Pembagian Administratif
|
Jml. Kecamatan
|
Wilayah (km²)
|
Populasi (2019)
|
Penduduk (/km²)
|
Kota Makassar
|
15
|
175,77
|
1.526.677
|
8685,3
|
Sungguminasa (Kabupaten Gowa)
|
11
|
686,51
|
609.277
|
887,4
|
Kabupaten Maros
|
12
|
1237,84
|
331.000
|
267,4
|
Kabupaten Takalar
|
12
|
566,51
|
298.688
|
527,2
|
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
|
5
|
TBA
|
TBA
|
TBA
|
Mamminasatapa
|
55
|
2.666,63
|
2.765.642
|
1.037,1
|
Dinamika
Pertumbuhan penduduk Kawasan Mamminasata diperkirakan tumbuh dari 2,5 juta jiwa menjadi 3.5 juta jiwa pada tahun 2024. Hal ini memberikan implikasi yang kompleks terhadap kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan. Dengan volume penerbangan 480 kali sehari, menjadikan -Kota Makassar sebagai pintu gerbang pada wilayah-wilayah Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar, sehingga secara ekonomis dapat memberikan pertumbuhan dan perkembangan bagi wilayah disekitarnya melalui dukungan pembangunan Infrastruktur di bidang jalan & jembatan, Irigasi, Jaringan air bersih di wilayah Mamminasata, yang telah didesain melalui studi yang dilaksanakan atas kerjasama dengan Pemerintah Indonesia dan JICA.
Sebagai suatu konsep pengelolaan wilayah metropolitan yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan serta ramah lingkungan secara berkelanjutan, tentu saja pengelolaan wilayah Mamminasata diarahkan dengan upaya-upaya pemanfaatan ruang, pemanfaatan sumber daya alam dan daya dukung lingkungan secara efisien dan berdaya guna, melalui keseimbangan antar wilayah dan antar sektor serta pencegahan kerusakan fungsi dan tatanan lingkungan hidup.
Pembangunan Mamminasata yang berkelanjutan, dilakukan upaya-upaya antara lain pengelolaan sampah yang dilakukan dengan cara integrasi pada satu pusat TPA, alternatif-alternatif pemecahan masalah permukiman yang semakin padat di wilayah Mamminasata yang saat ini tidak tertata dengan baik, sehingga diperlukan adanya rencana pemanfaatan ruang yang baik dan terpadu agar pemanfaatan ruang dapat terkendali secara efektif dan efisien dalam penggunaannya.
Dalam tanggapannya, Dirjen Penataan Ruang Hermanto Dardak, mengemukakan pentingnya menjadikan kota di Indonesia menjadi best practice di Indonesia yang dalam pengembangannya mengambil contoh terbaik dari negara lain yang setara, misalnya pengembangan Kota Curitiba di Brasil.
Dirjen Cipta Karya Agoes Widjanarko, mengemukakan dalam hal masalah penanganan sampah dapat dicarikan alternatif pemecahan dengan membentuk koorporasi institusi, dimana pemerintah propinsi secara integrasi regional dengan pemerintah kabupaten/kota melaksanakan pengelolaan sampah dengan cara mengurangi volume sampah dari sumbernya, dapat dipisahkan antara sampah organik dan anorganik sehingga dapat dimungkinkan sampah organik dikelola menjadi pupuk dan dapat bernilai ekonomis, sampah anorganik dilakukan ‘sanitary landfill’.
Dirjen Bina Marga Hendrianto Notosoegondo, mengemukakan bahwa penyediaan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah Metropolitan Mamminasata adalah termasuk wilayah yang luas sehingga harus dilatarbelakangi dengan studi komprehensif menyangkut pula masalah pembebasan tanah yang jelas dan pasti, untuk itu diperlukan skenario pendanaan karena memerlukan investasi yang sangat besar.
Sekjen Departemen PU Roestam Sjarief mengemukakan, bahwa keterkaitan wilayah Metropolitan Mamminasata harus diciptakan menjadi ikatan yang sangat kuat dan saling menguntungkan sebagaimana contoh ikatan yang terjadi antara wilayah Jabodetabek, bukan hanya tren pemanfaatannya sehingga diharapkan dapat terbentuk trickle down effect dan multiplier effect.
Sedangkan dalam hal pengelolaan air bersih Dirjen SDA Siswoko mengatakan, harus dapat dilihat dan ditinjau secara holistik dan terintegrasi antara air minum, kebutuhan irigasi dan industri. Suplai air dari Bili-bili ke Makassar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Mamminasata mengacu pada UU Nomor 7/2004 tentang SDA, melalui review pola dan perencanaan induk wilayah sungai.
Dalam arahannya Menteri Pekerjaan Umum RI, menjelaskan bahwa kota-kota yang terbentuk di wilayah Indonesia umumnya karena natural dan sprawl, tidak didesain sehingga dapat nyaman, produktif dan berkelanjutan. Kota Makassar adalah termasuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana kota-kota besar di wilayah lain seperti Jakarta, Bandung, Banjarmasin, Pontianak dan lain-lain, sehingga harus ditata secara terpadu dan komprehensif dengan dukungan infrastruktur yang memadai.
Definisi
Kawasan Metropolitan Mamminasatapa memiliki total luas area sekitar TBA km2 dan mencakup 5 wilayah administrasi kabupaten/kota, yaitu:
No
|
Nama
|
Ibu Kota
|
Luas Wilayah (km2)
|
Keterangan
|
1 |
Kota Makassar (Seluruhnya, 15 Kecamatan) |
—
|
175,77 |
Pusat
|
2 |
Kabupaten Maros (Sebagian, 12 Kecamatan) |
Turikale
|
1237,84 |
Terletak di sebelah utara dan timur Kota Makassar
|
3 |
Kabupaten Gowa (Sebagian, 11 Kecamatan) |
Sungguminasa
|
686,51 |
Terletak di sebelah selatan dan tenggara Kota Makassar
|
4 |
Kabupaten Takalar (Seluruhnya, 12 Kecamatan) |
Pattallassang
|
566,51 |
Terletak di sebelah selatan Kota Makassar
|
5 |
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Sebagian, 5 Kecamatan) |
Pangkajene
|
TBA |
Terletak di sebelah utara dan barat Kota Makassar, berbatasan langsung dengan perairan di Selat Makassar
|
Keunggulan
Mamminasatapa sebagai pintu gerbang Indonesia Timur. Metropolitan ini dibangun untuk menopang perdagangan via laut di timur Indonesia. Setelah diresmikannya Makassar New Port oleh Presiden Republik Indonesia pada 22 Februari 2024, pelabuhan tersebut menjadi pelabuhan terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok. Keberadaan Mamminasatapa juga memberikan peran dan dampak pada pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai pemasok utama bahan pangan karena terdekat potensi pertanian dan peternakan.
Prospek pembangunan
Pada 27 Februari 2024, presiden Joko Widodo menghadirkan lima kepala daerah di wilayah Mamminasatapa dan enam pejabat Forkopimda Sulsel di Istana Negara. Lima kepala daerah tersebut, yakni Danny Pomanto (wali kota Makassar), Adnan Purichta Ichsan (bupati Gowa), Chaidir Syam (bupati Maros), Muhammad Yusran Lalogau (bupati Pangkep), dan Setiawan Aswad (Pj. bupati Takalar) dan enam pejabat Forkopimda Sulsel tersebut, yakni Bahtiar Baharuddin (Pj. Gubernur Sulsel), Mayjen TNI Bobby Rinal Makmun (Pangdam XIV/Hasanuddin), Irjen Pol Andi Rian Ryacudu Djajadi (Kapolda Sulsel), Leonard Eben Ezer Simanjuntak (Kajati Sulsel), Marsma TNI Budhi Achmadi (Pangkoopsud II), dan Laksma TNI Ivan Gatot Prijanto (Danlantamal VI). Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 2 jam di ruang Oval Istana Negara tersebut, presiden menggali dan mendengarkan penjelasan Pj. Gubernur, Wali kota Makassar dan para Bupati terkait rencana pembangunan kawasan aglomerasi Mamminasatapa (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar, dan Pangkep). Selain itu, Presiden Jokowi juga mendalami kesiapan daerah terkait rencana pembangunan stadion di Sudiang. Presiden juga memastikan keberlanjutan pembangunan jalan poros Maros-Bone dan penyelesaian jalur Kereta Api (KA) Makassar-Parepare.[1]
Referensi
Lihat pula