Kontak pertama para imam dengan sejumlah warga di Keuskupan Timika terjadi pada Mei 1896. Mula-mula, Imam Cornelius Johannes Franciscus Le Cocq d'Armandville, S.J.,[8][9] bersama dengan dua siswa dari Daerah Kapaur, Fakfak, berkunjung ke Kipia,[10][11]Mimika, selama 10 hari dan kemudian berencana kembali ke Daerah Kapaur pada 27 Mei. Namun, kapal yang ditumpanginya menghadapi cuaca buruk dan Le Cocq d'Armandville tewas tenggelam.[12]
Peristiwa pembaptisan pertama dilakukan oleh Imam Kowatzky, M.S.C., pada 11 Agustus1928 di Paroki Kokonao.[13] Selanjutnya, perluasan wilayah keuskupan dilakukan oleh Herman Tillemans, M.S.C., pada 27 Desember1929 manakala ia mengunjungi Kokonao sebagai persiapan dalam mengunjungi sejumlah daerah di DanauWisselmeren, Paniai.[14][15] Sesudah Paniai, misi Tillemans kemudian berlanjut ke Kamu, Mapia, Moni, dan Dogiyai.
Perjalanan Tillemans ini dibantu oleh Auki Tekege. Auki Tekege mempertemukan antara Mgr Tillemans beserta rombongan dari OFM dengan tokoh-tokoh adat dari Kamu, Mapia, Moni/Migani, maupun Dogiyai dengan memanfaatkan Paroki Modio sebagai titik awal pertemuan, yakni pada tanggal 26 Desember1936.[5][16][17]
^Mulyadi (Agustus 2019). Etnografi Pembangunan Papua (dalam bahasa (Indonesia)). Sleman: Deepublish. hlm. 45. ISBN9786232099678.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Magay, Benyamin (September 2020), "Problem Perdamaian di Keuskupan Timika", Problematika Perdamaian dan Pastoral Kemanusiaan di Keuskupan Timika (dalam bahasa (Indonesia)), Denpasar: Pustaka Larasan, ISBN9786025401855Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)