Keuskupan Agung Semarang meliputi 378 ribu umat Katolik pada tahun 2021 dalam suatu wilayah seluas 19.189 km2. Takhta Keuskupan Agung Semarang sejak 18 Maret 2017 dipegang oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko.[6]
Sejarah
Kontak awal agama Katolik di wilayah ini terjadi pada 1640 ketika dua orang imam Dominikan, yaitu Manuel de St Maria, O.P., dan Pedro de St Joseph, O.P., mendapat sebidang tanah dari SultanMataram untuk tempat melayani umat Katolik yang terdiri dari para pedagang Portugis di Jepara. Tetapi komunitas awal itu cerai berai karena ditindas VOC. Pada tahun 1808 Semarang adalah suatu stasi dari Prefektur Apostolik Batavia (Jakarta) yang dilayani oleh Pastor L. Prinsen. Pada 1818 Pastor L. Prinsen ditarik ke Jakarta dan diangkat menjadi Prefek Apostolik Batavia. Semarang kemudian dilayani oleh dua pastor baru. Pada 1859 Ambarawa menjadi stasi baru dengan datangnya imam-imam Serikat Jesus (SJ). Pada 1865 Jogjakarta menjadi stasi baru, disusul Magelang. Pada 1904 Pastor van Lith, S.J., mendirikan sekolah guru di Muntilan dan penyebaran para guru selanjutnya menyebabkan Gereja Katolik berkembang lebih pesat di Jawa Tengah khususnya dan hampir secara menyeluruh di Pulau Jawa. Seminari Menengah didirikan di Muntilan pada 1911 dan nantinya pindah ke Mertoyudan. Pada 1936 didirikan Seminari Tinggi di Yogyakarta.
Vikariat Apostolik Semarang didirikan pada 1940, dan dengan berdirinya hierarki Gereja Katolik di Indonesia pada 3 Januari 1961 berubah statusnya menjadi Keuskupan Agung Semarang. Umat Katolik bertumbuh jumlahnya dari 47.000 di 23 paroki pada 1950, menjadi 204.000 pada 1970, selanjutnya 302.000 pada 1980, 424.000 di 79 paroki pada 1990 dan 483.000 di 88 paroki pada 2000. Menurut statistik 2005, umat Katolik Keuskupan Agung Semarang berjumlah 504.000 pada 2004.
Pada tahun 2020, terdapat rencana untuk memekarkan Kevikepan Yogyakarta menjadi Kevikepan Yogyakarta Barat dan Kevikepan Yogyakarta Timur.[7][8]
Garis waktu
Didirikan sebagai Vikariat Apostolik Semarang pada tanggal 25 Juni 1940, memisahkan diri dari Vikariat Apostolik Batavia
Ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 3 Januari 1961
Perkembangan jumlah imam praja (diosesan) di Keuskupan Agung Semarang
1950: 15
1970: 46
1980: 62
1990: 76
2000: 124
2004: 142
Imam tarekat religius di Keuskupan Agung Semarang
1950: 65
1970: 167
1980: 164
1990: 191
2000: 192
2004: 202
Buku liturgi
Di Keuskupan ini, terdapat setidaknya tiga buku nyanyian yang beredar di kalangan umat. Tiga buku tersebut meliputi Puji Syukur, Madah Bakti, dan Kidung Adi. Adapun buku Nguntapake Layon hanya digunakan sebagai buku dalam misa-misa dan ibadah-ibadah rekuiem.