Sebagai bentuk toleransi beragama, pada tanggal 11 Februari 2013, Yang Mulia Raja Hamad bin Isa bin Salman Al-Khalifa dengan murah hati menyumbangkan 9.000 meter persegi (97.000 sq ft) tanah untuk katedral.[2] Pada 19 Mei 2014, Raja Hamad bin Isa bin Salman Al-Khalifa bertemu dengan Paus Fransiskus di Istana Apostolik di Vatikan dan mempresentasikan model skala[3] gereja terbesar[4] yang akan dibangun di Jazirah Arab, sebagai simbol komitmen Kerajaan terhadap toleransi dan koeksistensi.[5]
Pekerjaan konstruksi dimulai pada 31 Mei 2014, setelah Pemberkatan Batu Fondasi. Batu Fondasi diambil dari Pintu Suci[6]Basilika Kepausan Santo Petrus[7] di Vatikan; itu diberikan kepada umat Arab sebagai tanda persatuan yang mendalam dengan Takhta Roma. Upacara peletakan batu pertama diadakan pada tanggal 10 Juni 2018, di hadapan Vikaris Apostolik, Camillo Ballin; Nuncio Kepausan, Francisco Padilla; dan pejabat Kerajaan Bahrain.[8] Menyusul kematian Monsinyur Ballin pada 12 April 2020, pembangunannya diawasi oleh Mgr. Paul Hinder, yang Paus Fransiskus tunjuk sebagai Administrator Apostolik Arabia Utara.
Desain katedral dibuat oleh perancang dan arsitek Italia Mattia Del Prete dan Cristiano Rosponi. Bentuknya menyerupai tenda, mengacu pada "kemah pertemuan" atau tabernakel di mana hadirat Allah dinyatakan kepada nabi Musa[9] sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Lama.[a][11] Katedral memiliki kapasitas tempat duduk 2300, dengan dua kapel dan dua ruangan besar dengan bilik untuk pengakuan dosa. Atap katedral memiliki kubah segi delapan.[12]
Di salah satu kapel terungkap pelindung Vikariat Apostolik Arab Utara, "Bunda Maria dari Arab" – Perawan Maria duduk di singgasana dengan mahkota di kepalanya, menggendong bayi Yesus di tangan kanannya dan rosario di tangan kirinya. "Mahkota karya seni misteri" di katedral adalah mahakarya Kiko Argüello.
Pada tahun 2013, Raja BahrainHamad bin Isa al-Khalifah secara sukarela menghibahkan sebidang tanah seluas 9.000 m2 kepada komunitas umat Katolik di Bahrain untuk pembangunan gedung gereja baru. Keputusan ini diambil sebagai bentuk upaya Bahrain untuk merawat kebebasan beragama dan penghargaan untuk semua agama. Syekh Hamad menyampaikan keputusannya tersebut kepada Vikaris Apostolik Arab UtaraMgr. Camillo Ballin, MCCJ pada tanggal 11 Februari 2013, bertepatan dengan Perayaan Bunda Maria dari Lourdes. Pada kesempatan yang sama, Syekh Hamad memuji perilaku Mgr. Camillo yang selalu mempromosikan persaudaraan antar umat beragama di Jazirah Arab. Mgr. Camillo menerima keputusan tersebut dengan senang hati dan berniat mempersembahkan lahan tersebut dan katedral, yang akan dibangun di atas lahan itu, kepada Bunda Maria dari Arabia.
Kunjungan Kepausan Paus Fransiskus
Pada tanggal 4 November 2022, Paus Fransiskus melakukan kunjungan bersejarah ke Katedral Bunda Maria dari Arabia di Bahrain. Dalam kunjungannya, Paus mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada masyarakat Bahrain atas kepedulian mereka terhadap komunitas Katolik negara itu. Dia juga membahas masalah persatuan dalam keragaman dalam komunitas Kristen dan menekankan pentingnya pujian dan penyembahan dalam mempersatukan umat Kristiani.[13]
Kunjungan Paus ke Katedral Bunda Maria dari Arabia penting karena beberapa alasan. Kunjungan ini merupakan pertama kalinya seorang Paus mengunjungi Bahrain. Kunjungan tersebut juga berfungsi sebagai simbol komitmen Gereja Katolik untuk dialog antaragama dan keinginannya untuk mempromosikan persatuan yang lebih besar dalam komunitas Kristen.[14]
Kontroversi & Penolakan Pembangunan
Rencana pembangunan bangunan gereja Katolik Roma terbesar di Teluk dimaksudkan untuk menunjukkan tradisi toleransi beragama Bahrain di wilayah di mana gereja menghadapi keterbatasan yang signifikan. Namun, ini menjadi titik ketegangan lain di negara yang telah memecah komunitas Muslim. Ulama garis keras menentang pembangunan kompleks gereja.[15]
Lebih dari 70 ulama menandatangani petisi yang menyatakan bahwa pembangunan gereja di Jazirah Arab dilarang. Pemerintah memerintahkan pemindahan seorang ulama terkemuka, Sheikh Adel Hassan al-Hamad,[16] keluar dari masjidnya sebagai tanggapan atas oposisi, tetapi protes oleh para pendukungnya memaksa pemerintah untuk membatalkan perintah tersebut.
Lebih dari 50 orang tewas dan ratusan lainnya ditahan dalam hampir 19 bulan kerusuhan di negara itu. Vatikan berencana membentuk distrik apostolik baru yang meliputi Kuwait, Bahrain, Qatar, dan Arab Saudi. Markas administrasi baru diharapkan untuk berpindah dari Kuwait ke Bahrain.[15] Bahrain memiliki tradisi toleransi yang unik di antara berbagai agama, sekte, dan ras, dengan komunitas asli Katolik, Yahudi, dan Hindu.
^Hayward, C. T. R. (2022). "Tabernakel (Yahudi)". Dalam Andrew Louth. The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-Fourth). Oxford: Oxford University Press. ISBN9780191744396.Parameter |url- akses= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)