KRI Teluk Bintuni di Pelabuhan Tenau, Kupang pada 29 Juli 2017
|
Sejarah |
Indonesia
|
Nama |
Teluk Bintuni |
Asal nama |
Teluk Bintuni |
Pembangun |
PT Daya Radar Utama, Lampung[1] |
Nomor galangan |
AT-3 |
Pasang lunas |
18 Juni 2013 |
Diluncurkan |
27 September 2014 |
Mulai berlayar |
17 Juni 2015 |
Identifikasi |
Nomor lambung: 520 |
Motto |
- Rarowafe Mamowa Fiinia Manes
- (Ksatria Laut, Pembela Tanah Air)[1]
|
Status |
Aktif |
Ciri-ciri umum
|
Kelas dan jenis |
Landing Ship Tank kelas Teluk Bintuni |
Berat benaman |
2,300 ton |
Panjang |
120 m (393 ft 8 in) |
Lebar |
18 m (59 ft 1 in) |
Tinggi |
11 m (36 ft 1 in) |
Sarat air |
3 m (9 ft 10 in) |
Pendorong |
- 2 x 3.285 kW (4.405 hp) mesin utama
|
Kecepatan |
16 knot (30 km/h; 18 mph) |
Jangkauan |
7,200 nmi (13,334 km; 8,286 mi)[1] |
Daya tahan |
20 hari[1] |
Kapal dan pesawat yang diangkut |
4 LCVP[1] |
Kapasitas |
- 10 tank tempur utama Leopard 2 atau
- 14 kendaraan tempur infanteri BMP-3F atau
- 45 kendaraan pengangkut pasukan[1]
|
Tentara |
361 |
Awak kapal |
- 113 kru kapal
- 6 kru helikopter
|
Senjata |
1 x Meriam Bofors 40 mm/L70 1 x Meriam 20 mm 2 x Senapan mesin 12.7 mm |
Pesawat yang diangkut |
2 x helikopter[1] |
KRI Teluk Bintuni (520) adalah landing ship tank (LST) TNI Angkatan Laut. Ditugaskan pada tahun 2015, dia adalah kapal ketiga di kelasnya dan merupakan kapal pertama yang ditugaskan.[2] dia juga senama di kelasnya.
Desain
Teluk Bintuni memiliki panjang 120 meter (393 ft 8 in), lebar balok berukuran 18 meter (59 ft 1 in), dan tinggi 78 meter (255 ft 11 in) dengan draft 3 meter (9 ft 10 in). Kapal ini mampu menampung 476 penumpang, termasuk awak, bersama 10 tank tempur utama Leopard 2 dan sebuah helikopter. Kapal tersebut didesain mampu bertahan di laut selama 20 hari.[3]
Dengan awak 119 orang, terdiri dari 113 pelaut dan 6 awak helikopter, kapal ini memiliki bobot perpindahan 2.300 ton dan kecepatan maksimum 16 knot (30 km/jam; 18 mph). Kapal ini dipersenjatai dengan senjata pertahanan ringan berupa meriam Bofors 40 mm dan dua senapan mesin berat 12,7 mm.[4]
Kapal tersebut juga dapat mengangkut empat perahu LCVP, dan dilengkapi dengan crane untuk bongkar muat kargo.[5]
Sejarah layanan
Teluk Bintuni dibangun oleh pembuat kapal Indonesia PT Daya Radar Utama (DRU) dengan menggunakan baja yang bersumber dari Krakatau Steel untuk lambungnya.[3] Kapal tersebut dipesan dari DRU sebagai bagian dari pesanan tiga kapal untuk LST (di mana DRU hanya diberikan satu), dan DRU adalah pembuat pertama yang mengirimkan kapal tersebut. Pada saat peluncurannya, kapal ini merupakan LST terbesar yang dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut, dengan kapal lain berbobot 1.500 atau 1.800 ton.[4] Kapal tersebut dibangun dengan biaya sebesar Rp 160 miliar (US$13 juta pada tahun 2014).[6] Lunas pertama kapal tersebut diletakkan pada 18 Juni 2013, dengan nomor halaman AT-3.[7][2] Dia diluncurkan pada 27 September 2014 di galangan kapal DRU di Bandar Lampung, dengan Letnan Kolonel TNI Angkatan Laut Ahmad Muharam ditunjuk sebagai komandan pertamanya.[8] Dia kemudian ditugaskan pada 17 Juni 2015.[9]
Pada Januari 2018, saat latihan pendaratan angkatan laut di Selat Berhala, Teluk Bintuni mendapat sinyal dari kapal tunda yang sedang dibajak oleh bajak laut. Kapal tersebut meluncurkan LCVP dan menangkap para pembajak.[10] Ia kemudian membawa perbekalan ke daerah-daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami Sulawesi pada tahun 2018.[11]
Referensi
Link eksternal
Media tentang KRI Teluk Bintuni (520) di Wikimedia Commons