Kelas Teluk Bintuni, sebutan Indonesia AT-117M adalah kelas kapal pendarat tank yang dibangun secara lokal untuk Angkatan Laut Indonesia oleh berbagai galangan kapal lokal di Indonesia. Diumumkan bahwa TNI Angkatan Laut bermaksud mengakuisisi total dua belas kapal sekelas dengan beberapa modifikasi dari kapal utama untuk meningkatkan kemampuan kapal.[2]
Desain
Teluk Bintuni memiliki panjang 120 meter (393 ft 8 in), lebar balok berukuran 18 meter (59 ft 1 in), dan tinggi 78 meter (255 ft 11 in) dengan draft 3 meter (9 ft 10 in). Kapal ini mampu menampung 476 penumpang, termasuk awak, bersama 10 tank tempur utama Leopard 2 dan sebuah helikopter. Kapal tersebut didesain mampu bertahan di laut selama 20 hari.[3]
Dengan awak 119 orang, terdiri dari 113 pelaut dan 6 awak helikopter, kapal ini memiliki bobot perpindahan 2.300 ton dan kecepatan maksimum 16 knot (30 km/jam; 18 mph). Kapal ini dipersenjatai dengan senjata pertahanan ringan berupa meriam Bofors 40 mm dan dua senapan mesin berat 12,7 mm.[4]
Kapal tersebut juga dapat mengangkut empat perahu LCVP, dan dilengkapi dengan crane untuk bongkar muat kargo.[5]
Kapal di kelasnya
Sejarah operasional
Pada Januari 2018, saat latihan pendaratan angkatan laut di Selat Berhala, Teluk Bintuni mendapat sinyal dari kapal tunda yang sedang dibajak oleh bajak laut. Kapal tersebut meluncurkan LCVP dan menangkap para pembajak.[6] Ia kemudian membawa perbekalan ke daerah-daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami Sulawesi pada tahun 2018.[7]
Pada bulan Agustus 2019, Teluk Lada diberangkatkan untuk menyelamatkan sandera di atas kapal MV Mina Sejati, kapal penangkap ikan cumi dengan 36 awak yang dibajak oleh beberapa awaknya sendiri di lepas pantai Tual, Maluku.[8][9] Mina Sejati kemudian ditemukan kosong oleh Teluk Lada, dengan sebelas orang yang selamat bersaksi bahwa tiga awak kapal telah membantai yang lain.[10]
Referensi