Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah.
Joker ditayangkan secara perdana di Festival Film Venesia pada tanggal 31 Agustus 2019[4] serta ditayangkan di Amerika Serikat pada 4 Oktober 2019 dan Indonesia dua hari sebelumnya.[5][6]Joker adalah film laga hidup pertama Batman yang mendapatkan klasifikasi R dari Motion Picture Association of America karena kekerasan berdarah yang kuat, perilaku mengganggu, bahasa dan gambar seksual singkat.[a]
Alur
Pada 1981, Arthur Fleck, seorang badut yang berusia 40 tahun tinggal bersama ibunya, Penny di Kota Gotham yang kacau balau. Dia menderita kelainan otak yang menyebabkan dia tertawa pada waktu yang tidak tepat dan dia sering mengunjungi pekerja layanan sosial untuk mendapatkan obatnya. Setelah sekelompok anak jalanan mencuri papan milik Arthur dan mengeroyokinya di lorong, salah seorang rekan kerjanya meminjamkan pistol sebagai alat perlindungan diri. Suatu saat, penyakitnya kambuh ketika ia sedang menaiki kereta api, sehingga Sophie keheranan dengan tingkahnya dan Arthur memberikan sebuah kartu untuk menjawab keheranannya. Arthur kemudian menjalin hubungan baik dengannya, yang kemudian baru disadarinya bahwa Sophie tinggal di apartemen yang sama dengannya.
Selama kunjungan ke rumah sakit anak-anak, pistol Arthur terjatuh dari sakunya, sehingga ia dipecat dari pekerjaannya. Arthur juga mengetahui bahwa program layanan sosial ditutup, sehingga dia tidak memiliki cara untuk mendapatkan obat. Dalam perjalanan pulang menggunakan kereta bawah tanah, Arthur dirundung oleh tiga pebisnis muda Wall Street, sehingga ia menembak mati ketiganya dengan pistol yang ia pinjam itu. Arthur tidak menyadari pembunuhan itu akan memulai gerakan unjuk rasa terhadap orang kaya di kota itu dengan menggunakan topeng badut. Beberapa hari sebelumnya, Thomas Wayne mencalonkan dirinya sebagai wali kota karena merasa resah dengan kekacauan di kota itu yang tidak kunjung berhenti.
Sophie menghadiri acara lawakan tunggal Arthur yang berlangsung sangat buruk. Arthur tertawa tak terkendali dan kesulitan menyampaikan kelakarnya. Seorang pembawa acara gelar wicara populer, Murray Franklin, menayangkan video itu secara langsung sebagai ejekan. Arthur mencuri surat yang ibunya tulis kepada Thomas Wayne yang merupakan salah satu orang terpandang di kota itu dan menemukan dirinya adalah putra tidak sah Wayne. Dia memaki-maki ibunya karena merahasiakan ini darinya dan tak lama setelah itu, Penny jatuh sakit sehingga dirawat di rumah sakit. Arthur juga dilecehkan oleh dua detektif yang curiga dengan keterlibatannya dalam penembakan kereta bawah tanah, tetapi ia menyangkalnya.
Keadaan kota menjadi semakin kacau dengan pengunjuk rasa yang tumpah ruah di mana-mana. Ketika para pengunjuk rasa mulai berkelahi dengan petugas keamanan, Arthur menyelinap ke sebuah gedung tempat sebuah acara khusus untuk tokoh ternama dihelat. Arthur berjumpa dengan Thomas Wayne dan mempertanyakan status dirinya dengan Thomas. Thomas mengatakan bahwa Penny gila dan bahkan bukan ibu kandung Arthur, sembari menampar Arthur setelahnya. Arthur mengunjungi Rumah Sakit Arkham untuk mencari tahu akan kebenaran perkataan Thomas. Arthur mencuri berkas kasus Penny dan menemukan bahwa dia memang diadopsi setelah ditinggalkan ketika bayi. Dia juga mengetahui bahwa Penny berlaku kasar kepadanya ketika dia masih kecil, termasuk trauma kepala yang serius yang mengakibatkan tawa patologisnya. Arthur kembali ke rumah sakit dan langsung menutup kepala ibunya dengan bantal hingga tewas kehabisan udara. Dia kembali ke gedung apartemennya dan memasuki kamar Sophie. Sophie kaget dengan kehadirannya dan memintanya pergi. Arthur kemudian menyadari bahwa pengalamannya dengan Sophie hanyalah ilusi.
Seorang pegawai dari acara Murray Franklin menelepon dan meminta Arthur untuk tampil di acara itu. Arthur setuju dan berencana bunuh diri di acara itu. Saat ia bersolek dan mengenakan pakaiannya, ia yang memegang gunting kecil dikunjungi oleh dua rekan kerja lama yang ingin memberikan belasungkawa atas kematian ibunya. Arthur malah menusuk leher dan mata salah seorang di antaranya dengan gunting itu, lalu membenturkan kepalanya berkali-kali hingga tewas saat itu juga. Arthur membiarkan salah satu yang lain tetap hidup karena kebaikan kepadanya pada masa lalu. Dalam perjalanan ke studio, ia dikejar oleh dua detektif ke sebuah kereta yang penuh dengan pengunjuk rasa badut. Salah satu detektif secara tidak sengaja menembak mati seorang pengunjuk rasa, sehingga pengunjuk rasa lain mulai mengeroyoki kedua detektif itu hingga kritis, dan Arthur melarikan diri dari kegaduhan itu.
Sebelum acara itu dimulai, Arthur meminta Murray memperkenalkannya sebagai Joker, sebuah olok-olok Murray beberapa waktu yang lalu terhadapnya. Acara itu berlangsung dengan lancar seperti biasanya, tetapi Arthur malah terus-menerus mengakui pembunuhan di kereta bawah tanah itu dan mempertanyakan kemunafikan masyarakat yang menyanjung ketiga pemuda itu sembari merendahkannya, dengan menyebut masyarakat lebih memilih menginjak mayatnya di jalan raya alih-alih menguburkannya secara layak. Murray berusaha menenangkan suasana, tetapi Arthur tidak menggubrisnya. Arthur langsung menembak mati Murray tepat di kepalanya saat itu juga, sehingga banyak penonton yang lari ketakutan dan ia ditangkap polisi karenanya. Dalam perjalanan ke kantor polisi, Arthur melihat Gotham sedang dirundung kekacauan oleh pengunjuk rasa. Satu di antara pengunjuk rasa mengejar keluarga Wayne hingga ke sebuah lorong dan menembak mati Thomas serta Martha, sehingga Bruce hanya bisa terpaku dengan keadaan itu sembari menangisi kepergian orang tuanya. Mobil yang ditumpangi Arthur ditabrak ambulans yang dikemudikan sejumlah pengunjuk rasa, sehingga kedua polisi di mobil itu tewas, sementara Arthur selamat dengan sejumlah luka di tubuhnya. Mereka langsung menyelamatkan Arthur saat itu juga dan membaringkannya di sebuah mobil. Arthur tersadar dan bangkit dari siumannya, sehingga pengunjuk rasa merayakannya dengan penuh gegap gempita, yang ditanggapi dengan tarian Arthur.
Beberapa waktu kemudian, Arthur diinterogasi oleh seorang pekerja sosial di Rumah Sakit Arkham dan tertawa terpingkal-pingkal. Ketika ditanya, Arthur hanya mengatakan bahwa mereka tidak akan mengerti. Arthur angkat kaki dari tempat itu dengan meninggalkan jejak berdarah dari sepatunya.
Antara 2014 dan 2015, Joaquin Phoenix menyatakan tertarik berperan dalam sejenis film "studi karakter" berbiaya rendah tentang penjahat dalam buku komik, seperti karakter Joker dari DC Comics.[24] Sebelumnya, Joaquin menolak berperan di Marvel Cinematic Universe karena dia akan diminta memerankan peran seperti Hulk dan Doctor Strange di beberapa film.[25] Ia tidak percaya pemikirannya untuk sebuah film harus menceritakan Joker, karena ia rasa karakter itu telah ditampilkan dengan cara yang sama sebelumnya, dan mencoba memikirkan sesuatu yang berbeda. Agennya menyarankan untuk mengadakan pertemuan dengan Warner Bros., tetapi ia menolak permintaan agennya.[24] Demikian pula dengan Todd Phillips yang sudah ditawari menyutradarai film berdasarkan komik untuk kesekian kalinya, tetapi ditolak karena ia pikir tawaran itu membuatnya merasa bising dan tidak membuatnya tertarik. Menurut Todd, Joker diciptakan dari pemikirannya untuk menciptakan film yang berbeda dan lebih bersandarkan kepada komik.[26] Dia tertarik dengan Joker karena dia tidak berpikir ada penggambaran definitif dari karakter, yang dia tahu akan memberikan kebebasan kreatif yang cukup besar.[27]
Todd mengajukan gagasan untuk Joker kepada Warner Bros. setelah karyanya War Dogs ditayangkan perdana pada Agustus 2016.[26] Sebelum War Dogs, Todd dikenal terutama karena film komedi karyanya, seperti Road Trip (2000), Old School (2003), dan The Hangover (2009).[28] Selama penayangan perdana, Todd menyebut: "War Dogs tidak akan melakukan sesuatu yang sensasional dan saya berpikir, 'apa yang orang benar-benar ingin lihat?'"[26] He proposed that DC Films differentiate its slate from the competing Marvel Studios' by producing low-budget, standalone films.[29][30] After the successful release of Wonder Woman (2017), DC Films decided to deemphasize the shared nature of its DC-based film franchise, the DC Extended Universe (DCEU).[31] In August 2017, Warner Bros. and DC Films revealed plans for the film, with Phillips directing and co-writing with Scott Silver, and Martin Scorsese set to co-produce with Phillips.[32]
Menurut Kim Masters dan Borys Kit dari The Hollywood Reporter, Jared Leto, yang memerankan Joker di DCEU, tidak senang dengan adanya proyek yang terpisah dari penafsirannya.[33][34] Pada Oktober 2019, Kim melaporkan bahwa Leto merasa 'terasing dan kesal' ketika dia mengetahui bahwa Warner Bros. yang telah menjanjikannya film DCEU Joker yang berdiri sendiri, membiarkan Todd tetap terlibat dala film ini, bertanya kepada manajer musiknya Irving Azoff untuk memastikan proyek itu batal.[34]
Warner Bros. mendorong Todd untuk memerankan Leonardo DiCaprio sebagai Joker,[28] berharap menggunakan kolaborator setia Leonardo, Martin Scorsese, untuk menarik minat Martin.[33] Namun, Todd mengatakan bahwa Joaquin adalah satu-satunya aktor yang ia pertimbangkan,[35] dan bahwa dia dan Silver menulis naskah dengan pemikiran Joaquid, "Tujuannya bukanlah memperkenalkan Joaquid Phoenix ke dalam semesta film berdasarkan komik, melainkan memperkenalkan film berdasarkan komik ke dalam semesta Joaquin Phoenix."[36] Joaquin berkata ketika ia mengetahui film itu, ia menjadi bersemangat karena film itu adalah film yang ingin ia terlibat di situ; ia menggambarkannya sebagai unik dan menyatakan film itu tidak terasa seperti "film studio" biasanya.[24] Joaquin berpikir selama beberapa waktu demi peran di film itu, sehingga mengganggu dirinya dan berkata: "Seringkali, dalam film-film ini, kita memiliki arketipe yang disederhanakan dan reduktif ini, dan yang memungkinkan penonton untuk menjauh dari karakter ini, sama seperti yang akan kita lakukan dalam kehidupan nyata, di mana mudah untuk menyebut seseorang sebagai kejahatan, dan karena itu berkata, 'Yah, aku tidak seperti itu.'"[36]
Penulisan
Itu adalah proses yang panjang sejak kami menyelesaikan naskah hanya agar orang-orang baru bergabung dengan visi ini, karena saya mengirimkannya ke tim yang sama sekali berbeda daripada membuatnya. Ada surel tentang: "Anda sadar kami menjual baju tidur Joker di Target." Ada miliaran rintangan dan Anda hanya semacam harus menavigasi satu per satu [...] Pada saat itu, saya akan mengutuk mereka di kepala saya setiap hari, tetapi kemudian saya harus meletakkannya dalam perspektif dan berkata, "Mereka cukup berani bahwa mereka melakukan ini."
Todd dan Scott menulis Joker sepanjang 2017 dan proses penulisan ini berlangsung selama sekitar setahun.[37] Menurut produser Emma Tillinger Koskoff, butuh beberapa saat untuk mendapatkan persetujuan untuk naskah dari Warner Bros., sebagian karena kekhawatiran atas isi. Demikian pula dengan Todd yang berkomentar bahwa ada satu miliar rintangan selama proses penulisan karena visinilitas karakter.[26] Todd said that while the script's themes may reflect modern society, the film was not intended to be political.[37] While Joker had appeared in several films before, Phillips thought it was possible to produce a new story featuring the character. "It's just another interpretation, like people do interpretations of Macbeth," he told The New York Times.[35]
Naskah ini juga merujuk film Martin semisal Taxi Driver (1976), Raging Bull (1980), dan The King of Comedy (1983),[28][32] serta Trilogi The Hangover arahan Todd sebagai ilham.[38] Film Todd lainnya juga digunakan termasuk kajian tokoh yang diluncurkan pada 1970-an—sepertiSerpico (1973) dan One Flew Over the Cuckoo's Nest (1975)—film bisu The Man Who Laughs (1928), dan beberapa film musikal. Todd mengatakan bahwa selain dari nadanya, ia tidak menganggap Joker berbeda dari karya sebelumnya, seperti seri The Hangover.[37] Sementara premis film ini terilhami dari novel grafik Alan Moore dan Brian BollandBatman: The Killing Joke (1988), yang menggambarkan Joker sebagai pelawak tunggal yang gagal,[26] Todd mengatakan ia tidak mengikuti apapun dari komik.[39] Todd kemudian mengklarifikasi bahwa maksudnya mereka tidak melihat ke komik tertentu untuk mencari ilham, melainkan memilih apa yang disukai dari riwayat watak.[40]
Todd dan Scott menemukan cerita asal-muasal Joker yang paling umum, ketika Joker cacat setelah terjatuh ke tong asam, terlalu tidak realistis.[26] Sebagai gantinya, mereka menggunakan unsur-unsur tertentu dari latar belakang Joker untuk menghasilkan cerita asli,[41] yang diinginkan Todd agar terasa seotentik mungkin.[26] Karena Joker tidak memiliki cerita asal-muasal yang pasti dalam komik, Todd dan Scott diberi kebebasan kreatif yang cukup besar dan mendorong satu dengan lainnya setiap hari untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar gila.[37] Namun, mereka mencoba untuk mempertahankan sifat "pilihan ganda" masa lalu Joker yang tidak jelas dengan menempatkan watak sebagai pengisah lancung dengan seluruh alur cerita hanyalah delusinya.[27][28] Karena itu, Todd mengatakan film ini terbuka untuk ditafsirkan.[27]
Praproduksi
Menyusul penerimaan Justice League (2017) yang mengecewakan, Walter Hamada menggantikan Jon Berg sebagai kepala produksi film yang didasari dari DC di Warner Bros. pada 2018.[42] Hamada memilah pelbagai film DC yang sedang dikembangkan, membatalkan beberapa di antaranya, sementara mempercepat pekerjaan pada film lainnya; Joker akan memulai pengambilan gambar pada akhir 2018 dengan anggaran yang kecil sebesar $55 juta.[1] Kim melaporkan Warner Bros. enggan membiarkan Joker bergerak ke depan dan memberinya anggaran kecil dalam upaya menghalangi Todd.[34] Pada bulan Juni, Robert De Niro sedang dipertimbangkan menjadi pemeran pendukung di film ini.[43] Kesepakatan dengan Joaquin berakhir pada Juli 2018,[44] setelah Todd mengajaknya selama empat bulan.[26] Segera setelah itu,[44] Warner Bros. memberikan lampu hijau bagi film ini secara resmi[45] dengan judul Joker dan dijadwalkan ditayangkan pada 4 Oktober 2019.[46] Warner Bros. menggambarkan film ini sebagai sebuah eksplorasi tentang seorang pria yang diabaikan oleh masyarakat [yang] bukan hanya kajian karakter yang berani, tetapi juga kisah peringatan yang lebih luas.[7]
Rekan lama Martin, Emma, bergabung sebagai produser film ini,[47][48] walaupun Martin angkat kaki sebagai produser karena sibuk dengan proyek film lainnya.[47] Martin dipertimbangkan menjadi sebagai produser eksekutif, tetapi disibukkan dengan film karyanya The Irishman.[26] Film ini juga dikonfirmasi tidak akan berpengaruh terhadap Joker yang diperankan Jared di Suicide Squad dan akan menjadi film pertama dalam seri baru film DC yang tidak berkaitan dengan DCEU.[1][49] Pada bulan Juli, Zazie Beetz berperan sebagai pemeran pendukung dan Robert masih dalam negosiasi pada bulan Agustus.[10][13][50]Frances McDormand menolak tawaran untuk memerankan ibu Joker, sehingga watak itu diperankan France Conroy.[14][51] Pada akhir Juli, Marc Maron, yang baru saja menyelesaikan pengambilan gambar musim ketiga dari seri televisi webGLOW,[52] dan Bryan Callen turut bergabung menjadi pemeran.[19][23] Alec Baldwin awalnya berperan sebagai Thomas Wayne pada 27 Agustus, tetapi batal dua hari kemudian karena berbenturan dengan jadwal pribadinya.[53]
Menurut Zazie, Todd menulis ulang seluruh naskah selama produksi; karena Phoenix kehilangan begitu banyak naskah untuk film ini, tidak akan ada kesempatan untuk melakukan pengambilan gambar ulang. Zazie mengingat, "kita akan melihat trailer Todd dan menulis adegan itu untuk malam ini dan kemudian melakukannya. Selama rambut dan riasan, kita menghafal naskah itu dan kemudian melakukannya dan kemudian kita akan mengambil gambar ulang itu tiga minggu kemudian."[62] Phillips recalled Phoenix sometimes walked off-set during filming because he lost self-control and needed to compose himself—to the confusion of other actors, who felt they had done something wrong. De Niro was one of the few Phoenix never walked out on, and De Niro said he was "very intense in what he was doing, as it should be, as he should be."[63]
Pengambilan gambar di Jersey City bermula pada 30 September and shut down Newark Avenue, while filming in November, starting on November 9, shut down Kennedy Boulevard. Filming in Newark began on October 13 and lasted until October 16.[56] Shortly before the Newark filming, SAG-AFTRA received a complaint that extras were locked in subway cars for more than three hours during filming in Brooklyn, a break violation. However, the issue was quickly resolved after a representative visited the set.[64] That month, Dante Pereira-Olson joined the cast as a young Bruce Wayne.[16] Whigham said towards the end of October the film was in "the middle" of production, adding that it was an "intense" and "incredible" experience.[21] By mid-November, filming had moved back to New York.[65] Filming wrapped on December 3, 2018,[66] with Phillips posting a picture on his Instagram feed later in the month to commemorate the occasion.[67]
Pascaproduksi
Pada Maret 2019, Todd membenarkan dia sedang dalam proses penyuntingan Joker.[68] Di CinemaCon pada bulan berikutnya, ia menyatakan film itu masih belum selesai dan sulit untuk dibahas, karena ia berusaha menjaga rahasia.[69] Todd juga menyatakan bahwa sebagian besar laporan perihal film ini tidak tepat, yang ia rasakan karena film ini adalah cerita asal-muasal mengenai watak yang tidak memiliki asal-usul yang pasti.[70] Brian Tyree Henry juga dikonfirmasi terlibat sebagai pemain falam film ini.[71] Efek visual dipercayakan kepada Scanline VFX dan Shade VFX serta diawasi oleh Matthew Giampa dan Bryan Godwin, dengan Erwin Rivera sebagai pengawas secara keseluruhan.[72]
Pada Agustus 2018, Hildur Guðnadóttir ditunjuk sebagai penyusun skor film ini.[73] Hildur mulai menulis naskah musik setelah membaca naskah film dan bertemu dengan Todd, yang memiliki banyak gagasan yang kuat tentang cara dia berpikir skor seharusnya terdengar. Dia bekerja untuk Joker bersamaan pula dengan mini seri drama Chernobyl; Hildur mengatakan pergantian di antara kedua proyek itu sangat menantang karena skornya sangat berbeda.[74] Selain itu, film ini menampilkan lagu "That's Life", "Send In the Clowns", dan "Rock and Roll Part 2".[28][75] Penggunaan "Rock and Roll Part 2" menimbulkan kontroversi ketika Gary Glitter yang menjadi terpidana kasus skandal seks dilaporkan akan menerima royalti, tetapi kemudian dikonfirmasi ia tidak akan menerima royalti itu.[75] Skor ini diluncurkan pada 2 Oktober 2019 oleh WaterTower Music.[76]
Film ini menghabiskan biaya sekitar $55–70 juta, yang dianggap The Hollywood Reporter sebagian kecil dari biaya film berdasarkan komik biasanya.[1][77] Sebagai perbandingan, film DC sebelumnya yang berpusat pada penjahat, Suicide Squad (2016), berbiaya $175 juta.[28] $25 juta dari biaya produksi film ini ditutupi oleh perusahaan pendanaan Toronto, Creative Wealth Media, manakala Village Roadshow Pictures dan Bron Studios masing-masing bersumbangsih sebesar 25% dari biaya produksi.[77][78]Joker juga merupakan film bioskop laga hidup pertama dalam waralaba film Batman yang menerima klasifikasi R dari Motion Picture Association of America, karena kekerasan berdarah yang kuat, perilaku mengganggu, bahasa, dan gambar seksual singkat.[79] Di Inggris, British Board of Film Classification memberikan klasifikasi 15 untuk film ini.[80] Di Indonesia, film ini diklasifikasikan 17+ oleh Lembaga Sensor Film. Di Malaysia dan Singapura, film ini masing-masing mendapat klasifikasi 18 dan NC16. Di Jepang, Korea Selatan, dan Hongkong, masing-masing mendapat klasifikasi yang setara yaitu R15+, 15, dan IIB; Taiwan akhirnya menyusul dengan klasifikasi 15+ dibanding sebelumnya yaitu 18+.
Pemasaran
Todd mempromosikan film ini lewat mengunggah sejumlah gambar di feed Instagram-nya.[81] Pada 21 September 2008, Todd meluncurkan rekaman uji berupa Joaquid yang mengenakan kostum Joker, dengan "Laughing" oleh The Guess Who mengalun di rekaman itu.[82] At CinemaCon on April 2, 2019, Phillips unveiled the first trailer for the film,[71] which was released online the following day.[83] The trailer, prominently featuring the song "Smile" performed by Jimmy Durante, generated positive responses, with some commentators comparing it to Taxi Driver and Requiem for a Dream and praising Phoenix's performance.[84][85] Writers described the trailer as dark and gritty,[86] with ComicBook.com's Jenna Anderson feeling it appeared more like a psychological thriller than a comic book film.[71]Mark Hamill, who has voiced the Joker since the 1992 cartoon Batman: The Animated Series, expressed enthusiasm in a Twitter post.[87][88] Conversely, io9's Germain Lussier said the trailer revealed too little and that it was too similar to photos Phillips posted on Instagram. While he still believed it exhibited potential, Lussier overall thought the trailer was not "a home run."[89] The trailer received over eight million views in the first few hours of release.[90]
Pada 25 Agustus 2019, Todd mengunggah enam penggoda singkat yang menampilkan kilatan yang mengungkap trailer kedua akan diunggah pada 28 Agustus.[91] Filmmaker Kevin Smith commended the trailer, stating he thought the film "would still work even if [DC Comics] didn't exist" and praising its uniqueness.[92] Overall, Deadline Hollywood estimated that Warner Bros. spent $120 million on promotion and advertisements.[77]
Pada 18 September 2019, the United States Army distributed an email warning service members of potential violence at theaters screening the film and noting the Joker character's popularity among the incel community. A separate memo revealed the Army received "credible" information from Texas law enforcement "regarding the targeting of an unknown movie theater during the release."[97] However, according to Deadline Hollywood, the FBI and the United States Department of Homeland Security found no credible threats surrounding the release of the film.[98]
Dalam sebuah wawancara dengan TheWrap, Todd menyatakan keterkejutannya dalam serangan balasan ini, stating he thought "it's because outrage is a commodity" and calling critics of the film "far-left".[99] Phoenix walked out of an interview by The Telegraph when asked if the film could inspire mass shooters. He later returned to finish the interview, but did not answer the question.[100] Following this, journalists were disinvited from the premiere at TCL Chinese Theatre, with only photographers being allowed to interact with the filmmakers and cast on the carpet. In a statement to Variety, Warner Bros. said that "A lot has been said about Joker, and we just feel it's time for people to see the film."[101][102]
Film ini tidak ditayangkan di bioskop di Aurora, Colorado tempat penembakan massal yang terjadi pada 2012 ketika penayangan The Dark Knight Rises. Tiga keluarga korban, serta ibu seorang saksi, menandatangani sebuah surat yang ditujukan kepada Warner Bros. untuk tidak menayangkan film ini di bioskop di kota itu.[103] Additionally, Landmark Theaters has prohibited moviegoers from wearing Joker costumes during its run, while the Los Angeles and New York City Police Departments increased police visibility at area theaters, though they did not receive "any specific threat."[104][105]
^Sementara pengambilan gambar dijadwalkan pada 10 September,[54] Todd menyebut dalam status Instagram bahwa produksi bermula pada 2 September.[55]
Rujukan
^ abcdKit, Borys (June 13, 2018). "Warner Bros. Shifts DC Strategy Amid Executive Change-Up". The Hollywood Reporter (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal June 15, 2018.Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "DCStrategy" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
^ abAnderson, Jenna (July 31, 2018). "Bryan Callen Cast in 'Joker' Origin Movie". ComicBook.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal August 1, 2018.Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "CallenCast" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
^Riesman, Abraham (September 29, 2017). "DC Rethinks Its Universe". Vulture. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 30, 2017. Diakses tanggal September 29, 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Anderson, Jenna (December 3, 2018). "Joaquin Phoenix's 'Joker' Wraps Production". ComicBook.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 4, 2018. Diakses tanggal December 4, 2018.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama trailerspoilers
^"JOKER – The Art of VFX". artofvfx.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2019. Diakses tanggal April 4, 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Peters, Megan (April 3, 2019). "'Joker' Trailer Draws In Rave Reactions". ComicBook.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2019. Diakses tanggal April 4, 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perine, Aaron (August 28, 2019). "Kevin Smith Praises the New Joker Trailer". ComicBook.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 29, 2019. Diakses tanggal August 28, 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Joker DVD Release Date". DVDs Release Dates (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal October 14, 2019. Diakses tanggal December 3, 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Joker 4K Blu-ray". Blu-ray.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 4, 2019. Diakses tanggal November 5, 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)