Macbeth adalah sandiwara tragedi karya William Shakespeare yang ditulis sekitar tahun 1606. Drama ini adalah salah satu tragedi Shakespeare yang terkenal dan juga yang paling pendek. Terjemahan buku ke dalam bahasa Indonesianya dengan judul yang sama dilakukan oleh Trisno Sumardjo.[1]
Tragedi ini menceritakan tentang ambisi yang berubah menjadi kejahatan, seorang jenderal yang mengkhianati rajanya, sahabatnya, bahkan jiwanya sendiri. "Fair is foul, and foul is fair" adalah inti dari Macbeth yang mengisahkan pahlawan-panglima Macbeth dan istrinya yang berambisi menjadi raja dan ratu Skotlandia. Mereka mengira bahwa satu-satunya jalan menuju tahta raja adalah melalui pedang. Tetapi niat jahat memiliki rencana sendiri untuk menampakkan jati dirinya.
Kisah Macbeth
Tokoh utama
Macbeth, jenderal dan Thane (semacam gubernur) Glamis
Macbeth adalah seorang jenderal di bawah pemerintahan raja SkotlandiaDuncan I. Pada suatu hari ia dan temannya Banquo bertemu dengan tiga tukang sihir yang meramalkan bahwa Macbeth akan menjadi raja suatu hari, dan Banquo, walaupun tidak akan menjadi raja, tetap akan memperanakkan raja-raja.
Ketika Macbeth pulang dan memberitakan hal ini kepada istrinya Lady Macbeth, ia segera menyusun rencana untuk membunuh Duncan yang akan berkunjung dan menginap di rumah mereka. Setelah menjadi raja, Macbeth juga takut bahwa Banquo akan membocorkan rahasia tentang ketiga tukang sihir, dan memerintahkan ia dibunuh juga.
Sementara itu seorang jenderal lain yang bernama Macduff menjadi curiga akan tingkah laku Macbeth yang menampakkan gejala-gejala ketakutan dan rasa bersalah. Ia kemudian bergabung dengan Malcolm dan Donalbain, kedua anak Duncan yang juga merasa curiga.
Perasaan takut Macbeth mendorongnya untuk mencari tukang-tukang sihir itu lagi, dan kali ini mereka meramalkan bahwa Macbeth akan tetap hidup "sampai hutan Great Birnam datang ke bukit Dunsinane". Selain itu, juga bahwa Macbeth tidak akan dibunuh oleh seseorang yang dilahirkan dari seorang wanita. Berpikir bahwa ini hal yang mustahil, Macbeth menjadi sombong dan puas akan jawaban ini. Tapi Lady Macbeth akhirnya tidak kuat lagi dan menjadi gila. Terutama ia merasa bahwa ada noda darah di tangannya yang tidak mau hilang walaupun dicuci berkali-kali.
Malcolm dan Macduff pergi ke Inggris dan merencanakan kudeta untuk membunuh Macbeth. Mereka akhirnya menyerang puri Macbeth dengan sekelompok prajurit, sambil membawa pucuk-pucuk pohon dari hutan Great Birnam sebagai samaran (hutan Birnam datang ke bukit Dunsinane). Macduff berhasil memaksa Macbeth untuk berduel dengannya. Macbeth masih merasa sombong karena berdasarkan ramalan tukang-tukang sihir, ia tidak akan pernah dibunuh oleh "seseorang yang dilahirkan dari seorang wanita". Tetapi Macduff menjawab bahwa ia "diambil dari rahim ibunya" (dengan operasi caesar). Akhirnya Macduff berhasil memotong kepala Macbeth dan menyerahkan tahta kerajaan kepada Malcolm.