Akira Kurosawa (黒澤 明 atau 黒沢 明code: ja is deprecated , Kurosawa Akira, 23 Maret 1910 – 6 September 1998) adalah sutradara film Jepang sekaligus produser dan penulis skenario. Sejumlah 30 judul film disutradarainya dalam karier sepanjang 57 tahun di dunia film. Kurosawa secara luas disanjung sebagai salah seorang sutradara paling penting dan berpengaruh di antara para pembuat film. Pada tahun 1989, ia mendapat Academy Award Pencapaian Seumur Hidup "untuk prestasi sinematik yang telah menjadi inspirasi, memperkaya, menggembirakan, dan menghibur penonton, serta memengaruhi pembuat film di seluruh dunia."[1] Meskipun demikian, film-film karya Kurosawa lebih populer di dunia Barat daripada di Jepang. Kritikus Jepang secara berhati-hati menanggapi adaptasi karya sastrawan Barat (William Shakespeare, Fyodor Dostoyevsky, Maxim Gorky, dan Evan Hunter) yang sering dilakukan Kurosawa, tetapi pembuat film dari Eropa dan Amerika Serikat sangat menghormatinya.
Karier
Masa kecil hingga menjadi sutradara
Akira Kurosawa dilahirkan pada tahun 1910 di kampus Yayasan Sekolah Asosiasi Pendidikan Jasmani Jepang di Ebara, Prefektur Tokyo (sekarang Universitas Ilmu Olahraga Jepang di Shinagawa, Tokyo). Ia adalah anak bungsu dari 8 bersaudara (4 laki-laki, 4 perempuan). Ayahnya adalah mantan tentara kelahiran Daisen, Prefektur Akita, lulusan Akademi Perwira Toyama yang beralih profesi sebagai guru olahraga dan anggota Asosiasi Pendidikan Jasmani Jepang. Akira disekolahkan di Sekolah Dasar Kuroda di Edogawa, tempatnya bertemu Keinosuke Uekusa yang menjadi salah seorang sahabatnya. Ia lulus dari Sekolah Menengah Keika pada tahun 1928. Seiji Tachikawa adalah guru sewaktu di sekolah dasar yang mendorongnya untuk melukis. Kurosawa mengatakan di kemudian hari bahwa gurunya ini merupakan pengaruh penting yang pertama dalam hidupnya. Pengaruh lain dalam hidupnya adalah kakak laki-laki nomor tiga yang bernama Heigo Kurosawa bekerja sebagai benshi (narator film bisu) dengan nama panggung Teimei Suda di Bioskop Musashino.
Sebelum lulus dari sekolah menengah sekitar tahun 1927, Kurosawa memutuskan untuk menjadi seorang pelukis dan masuk ke Sekolah Seni Lukis Barat Doshusha. Beberapa tahun setelah lulus sekolah menengah, Kurosawa ditemani Uekusa bergabung dengan Organisasi Artis Proletariat Jepang. Uekusa di grup sastra, sementara Kurosawa di grup seni rupa. Keduanya bergabung bukan karena tertarik dengan teori Marxisme, melainkan ingin belajar tentang gerakan baru dalam seni dan sastra, terutama sastra Rusia abad ke-19. Kurosawa banyak membaca karya Leo Tolstoy, Ivan Turgenev, dan Fyodor Dostoyevsky. Pelukis proletarian Toki Okamoto (ayah dari Sanpei Shirato) adalah guru yang mengajarinya melukis. Kurosawa cukup berbakat sebagai pelukis, dan karyanya dipamerkan dalam Pameran Nika yang diadakan organisasi seni Nika-kai.
Pada tahun 1936, Kurosawa merasa tidak mampu hidup hanya dari melukis, dan kebetulan melihat iklan lowongan asisten sutradara yang dipasang Studio P.C.L. di surat kabar. Ketika itu, ia berusia 26 tahun, dan termasuk salah satu dari sekitar 500 pelamar. Setelah lulus seleksi, Kurosawa diterima bekerja oleh Studio P.C.L. (sekarang Toho). Atas rekomendasi Senkichi Taniguchi, Kajiro Yamamoto mempekerjakan Kurosawa sebagai asisten sutradara (antara lain untuk film semidokumenter Horses, 1941). Yamamoto adalah satu-satunya guru film bagi Kurosawa. Ishirou Honda waktu itu adalah juga asisten sutradara yang seangkatan dengan Kurosawa. Salah satu tugas asisten sutradara waktu itu adalah menulis skenario. Kurosawa banyak menulis skenario ketika masih sebagai asisten sutradara. Salah satu skenario yang ditulisnya adalah A German at the Daruma Temple yang tidak pernah difilmkan.
Periode sutradara film hitam putih
Film perdana yang disutradarainya adalah Sanshiro Sugata pada tahun 1943. Beberapa film berikutnya yang diproduksi semasa Perang Dunia II berada di bawah pengawasan Pemerintahan Jepang, dan kadang-kadang disisipi tema-tema nasionalisme Jepang. The Most Beautiful (1944) adalah film propaganda mengenai wanita Jepang yang bekerja di sebuah pabrik optika militer. Sanshiro Sugata Part II (1945) menggambarkan pejudo Jepang yang jauh lebih unggul dibandingkan petinju Barat.
Film pertamanya seusai perang adalah No Regrets for Our Youth (1946) yang mengisahkan istri seorang pembangkang sayap kiri. Film-film berikutnya yang diproduksi semasa pendudukan Amerika, mengangkat kisah drama kehidupan pascaperang di Jepang, One Wonderful Sunday, Drunken Angel, dan Stray Dog (film).
Dalam audisi yang juga dihadiri sutradara Kajiro Yamamoto, Kurosawa menemukan bakat Toshiro Mifune. Yamamoto merekomendasikan Mifune kepada Senkichi Taniguchi yang memakainya dalam film Snow Trail. Dalam Snow Trail, Kurosawa bertindak sebagai penulis skenario untuk film yang peran utama dipercayakan kepada Takashi Shimura. Kurosawa baru menangani Mifune sejak film ketiga yang dibintangi Mifune, Drunken Angel.
Meninggal dunia dan karya selepas kematiannya
Setelah kecelakaan pada tahun 1995, kesehatan Kurosawa mulai memburuk. Sementara pikirannya tetap tajam dan hidup, tubuhnya menyerah, dan untuk setengah tahun terakhir hidupnya, Kurosawa hanya menghabiskan sebagian besar hidupnya di tempat tidur, mendengarkan musik dan menonton televisi di rumah. Pada tanggal 6 September 1998, Kurosawa meninggal karena stroke di Setagaya, Tokyo, pada usia 88.[2]
Setelah kematian Kurosawa, beberapa film diproduksi berdasarkan skenario yang belum difilmkan sebelumnya. After the Rain yang disutradarai Takashi Koizumi diedarkan pada tahun 1998,[3][4] dan The Sea is Watching yang disutradarai oleh Kei Kumai diputar pertama kalinya pada tahun 2002.[5] Naskah yang ditulis oleh Yonki no Kai ("Klub Empat Ksatria") (Kurosawa, Keisuke Kinoshita, Masaki Kobayashi, and Kon Ichikawa), sekitar diproduksinya Dodeskaden dibuat menjadi film dan diedarkan pada tahun 2000 dengan judul Dora-Heita oleh Kon Ichikawa, satu-satunya anggota klub yang masih hidup waktu itu.[6]