Jalur kereta api Batavia–Buitenzorg (1873–1929)
Jalur kereta api Batavia–Buitenzorg merupakan jalur kereta api pertama di kota Batavia yang menghubungkan Stasiun Batavia dengan Stasiun Buitenzorg (Stasiun Bogor) sepanjang hampir 60 km.Jalur ini termasuk dalam Wilayah Aset I jakarta[2] SejarahEra Nederlandsch-Indische Spoorweg MaatschappijSetelah Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) berhasil membangun jalur kereta api Samarang-Tanggung, William Poolman melalui NIS kembali memperoleh izin membangun jalur kereta api dari Batavia menuju Buitenzorg pada tanggal 27 Maret 1864. Izin tersebut diberikan untuk membantu pengangkutan hasil perkebunan di wilayah Priangan Barat ke Pelabuhan Batavia. Secara politik jalur ini juga penting untuk melancarkan hubungan administrasi pemerintahan. Namun Pemerintah mengurungkan rencana tersebut karena masih banyaknya pro dan kontra terkait pembangunan jalur kereta api Batavia–Buitenzorg.[3] Pembangunan jalur kereta api Batavia–Buitenzorg baru terealisasi pada tanggal 15 Oktober 1869 yang disaksikan langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. Pieter Mijer. Adapun pelaksana pembangunan dipimpin oleh Ir. J.P. de Bordes yang juga merupakan pelaksana pembangunan jalur kereta api Samarang-Tanggung.[3] Awalnya, pembangunan jalur ini mengalami kendala karena masalah keuangan. Pada saat itu, Menteri Urusan Jajahan Belanda De Wall mengubah teknis penyesuaian lebar sepur dari 1.435 mm menjadi 1.067 mm. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Urusan Jajahan Belanda tanggal 27 September 1869. Adanya perubahan lebar sepur tersebut membuat anggaran pembangunan jalur kereta api Batavia–Buitenzorg dapat ditekan oleh NIS. Dengan kata lain, NIS dapat menghemat anggaran sebesar ƒ 806.300,00 dari anggaran yang sebelumnya sudah direncanakan, yakni sebesar ƒ 4.000.000,00.[3] Pekerjaan pertama dimulai dari 15 Oktober 1869 sampai Februari 1870 dimana selama kurun waktu itu jalur sepanjang 7.590 m untuk bagian Kleine Boom, Meester Cornelis sejauh 13.087 m, dan jalur sepanjang 18.730 m untuk bagian Buitenzorg selesai dikerjakan. Pekerjaan kedua baru bisa dilaksanakan pada Juni 1870 sampai Juni 1871, yaitu jalur di Buitenzorg sepanjang sekitar 9.270 m. Selanjutnya, pada Juni 1871 hingga Januari 1873 barulah seluruh proyek pembangunan jalur kereta api Batavia–Buitenzorg selesai, termasuk segmen Weltevreden–Meester Cornelis NIS, sampai ke Buitenzorg.[4] Di sepanjang lintasan Batavia–Buitenzorg, Pada awalnya hanya terdiri dari 15 Stasiun. Stasiun Paling pertama adalah Stasiun Kleine Boom, kemudian kereta akan berhenti di Stasiun Batavia. Stasiun berikutnya adalah Sawah Besaar, Noordwijk, Weltevreden, Pegangsaan, Meester Cornelis, Pasarminggoe, Lenteng Agong, Pondok Tjina, Depok, Tjitajam, Bodjong Gedeh, Tjileboet, dan Buitenzorg.[4] Seiring perkembangan waktu, jumlah penduduk di kota Batavia bertambah. NIS, Staatsspoorwegen (SS), dan Jawatan Pekerjaan Umum Hindia Belanda turut mengembangkan lintas perkeretaapian di kota Batavia. Disamping itu, Stasiun-stasiun baru juga mulai dibangun untuk menunjang transportasi publik masyarakat.[5] Pada tahun 1881, SS membangun ulang Stasiun Weltevreden di tempat Stasiun Gambir kini berada, dan merombak Stasiun Buitenzorg menjadi bangunan yang masih bertahan sampai sekarang. Bangunan baru tersebut diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1881 bersamaan dengan dibukanya segmen Buitenzorg–Tjitjoeroeg dari jalur kereta api Buitenzorg–Bandoeng–Bandjar–Koetoardjo–Jogjakarta[6][7][8] Menjelang akhir abad ke-20, Stasiun Kleine Boom dan Pelabuhan Batavia dinilai tidak layak untuk keperluan bongkar muat barang. Sebagai gantinya, Pemerintah Kota Batavia mulai membangun Pelabuhan baru yang terletak di daerah Tandjongpriok. SS juga turut membangun jalur kereta api dari Stasiun Batavia menuju Tandjongpriok. Akibatnya, Stasiun Kleine Boom ditutup pada tahun 1891 dan jalurnya dibongkar pada tahun 1897.[5] Era StaatsspoorwegenPada tanggan 1 November 1913, seluruh aset perkeretaapian di jalur kereta api Batavia–Buitenzorg resmi diakuisisi oleh Staatsspoorwegen (SS).[9] Persetujuan pembelian jalur ini dituangkan dalam Staatsblaad Nomor 469 tertanggal 20 Juni 1913. Sebelumnya, SS sudah tertarik untuk membeli jalur ini pada tahun 1877, saat pemerintah berencana membangun jalur kereta api Batavia–Bandoeng. Setelah pembelian jalur kereta api Batavia–Buitenzorg, SS mulai melakukan penataan ulang besar-besaran di jalur kereta api ini untuk mempermudah lintasan antara satu dengan lainnya.[3] Pada saat itu, Stasiun Batavia dianggap tidak ideal dan tidak efektif mengingat jaraknya yang sangat dekat dengan Stasiun Batavia Zuid. Hal tersebut sangat menyulitkan penumpang yang ingin transit ke rute kereta api lainnya. Akibatnya, penumpang yang tiba di Stasiun Batavia Zuid harus berjalan kaki terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan perjalanan ke Buitenzorg melalui Stasiun Batavia.[10] Untuk menyatukan kedua stasiun tersebut, SS merencakanan pembangunan stasiun sentral yang lebih besar dan megah. Stasiun ini kemudian dibangun pada tahun 1926 di lokasi bekas Stasiun Batavia Zuid. Selama pembangunan stasiun tersebut berlangsung , SS tetap menggunakan Stasiun Batavia sebagai stasiun utama dengan merenovasi bangunan dan emplasemennya.[11] Penataan ulang lainnya juga dilakukan di daerah Bukit Duri. Stasiun Meester Cornelis dibongkar dan diubah menjadi depo penyimpanan lokomotif yang kemudian bernama Depo Bukit Duri. Sebagai gantinya, SS membangun Stasiun Manggarai yang kapasitasnya lebih besar pada tahun 1914. Dengan masa pembangunan selama 4 tahun, Stasiun Manggarai diresmikan pada tanggal 1 Mei 1918. Di stasiun ini juga terdapat jalur penghubung ke Stasiun Meester Cornelis SS yang dibuka lebih awal pada bulan Maret 1917. Selain membangun Stasiun Manggarai, SS juga membangun stasiun-stasiun kecil di sepanjang jalur kereta api ini.[12][13] Pada tahun 1917, Ir. P.A. Roelofsen mendapat tugas untuk melakukan penelitian mengenai sumber air yang dapat digunakan untuk pembangkit listrik. Hal ini berkaitan dengan pembangunan proyek jaringan kereta listrik di Batavia dan sekitarnya. Pada tahun 1919, mulai dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Cicacih, dan di Ciatan. Sesuai rencana, listrik disalurkan menuju gardu induk yang terletak di unit Buitenzorg, Depok, Meester Cornelis, dan Antjol. Pembangunan dapat diselesaikan pada tahun 1921, dan siap digunakan untuk elektrifikasi jalur kereta api Batavia–Buitenzorg. Tetapi akibat dari adanya krisis malaise di Eropa, Anggota Dewan Belanda memutuskan menunda pemberian anggaran untuk proyek elektrifikasi jalur kereta api Batavia–Buitenzorg. Proyek tersebut dapat terealisasi pada tanggal 1 Mei 1927 sebagai bagian dari elektrifikasi lintas ceintuur-baan. Namun hanya segmen Batavia–Manggarai dari lintas Batavia–Buitenzorg saja yang dialiri listrik. Jaringan listrik segmen Manggarai–Buintenzorg baru direalisasikan 3 tahun berikutnya, yakni pada tanggal 1 Mei 1930.[3] Setelah Stasiun Sentral Batavia-Benedenstad dibuka pada tanggal 8 Oktober 1929, SS resmi menutup Stasiun Batavia.[11] Jalur terhubungLintas aktifLintas nonaktif
Daftar Stasiun
Galeri
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|