Pada masa kejayaannya, IG Farben adalah perusahaan terbesar di Eropa serta perusahaan bahan kimia dan farmasi terbesar di dunia.[4] Ilmuwan IG Farben pun memberikan kontribusi fundamental pada semua bidang di industri bahan kimia dan farmasi. Otto Bayer menciptakan poliadisi untuk sintesis poliuretan pada tahun 1937,[5] dan tiga ilmuwan perusahaan ini juga menjadi penerima Nobel, yakni Carl Bosch dan Friedrich Bergius pada tahun 1931 "atas kontribusinya pada penciptaan dan pengembangan metode tekanan tinggi bahan kimia",[6] dan Gerhard Domagk pada tahun 1939 "atas penemuan dampak antibakteri dari prontosil".[7]
Pada dekade 1920-an, perusahaan ini berhubungan dengan Partai Rakyat Jerman dan dituduh oleh Nazi sebagai "perusahaan Yahudi kapitalis internasional".[8] Satu dekade kemudian, perusahaan ini menjadi donatur Partai Nazi, dan setelah Nazi mengambil alih Jerman pada tahun 1933, perusahaan ini menjadi kontraktor besar bagi pemerintah Jerman, dengan menyediakan banyak barang untuk mendukung upaya perang. Selama dekade tersebut, perusahaan ini memberhentikan pekerjanya yang berlatar belakang Yahudi, dengan memberhentikan sisanya pada tahun 1938.[9] Dideskripsikan sebagai "perusahaan industrial paling terkenal di Jerman selama Reich Ketiga"[10] pada dekade 1940-an, perusahaan ini bergantung pada tenaga kerja paksa dari kamp konsentrasi, termasuk 30.000 orang dari Auschwitz,[11] serta terlibat dalam eksperimen medis terhadap tahanan di Auschwitz dan Mauthausen.[12][13] Salah satu anak usaha perusahaan ini memasok gas beracun Zyklon B, yang membunuh lebih dari satu juta orang di kamar gas selama Holocaust.[b][15]
Pasca perang berakhir pada tahun 1945, Sekutu menyita perusahaan ini[a] dan otoritas Amerika Serikat pun membawa direktur dari perusahaan ini ke pengadilan. Diadakan mulai tahun 1947 hingga 1948 sebagai bagian dari peradilan Nuremberg, peradilan IG Farben membuat 23 orang direktur IG Farben dituntut atas kejahatan perang, dan 13 orang direktur akhirnya dinyatakan bersalah.[16] Pada tahun 1951, semua direktur yang dinyatakan bersalah telah dibebaskan oleh komisioner tinggi Amerika untuk Jerman, John J. McCloy.[17] Pada tahun 1951, semua yang tersisa dari IG Farben di Jerman Barat dipisah menjadi enam perusahaan, dan kemudian kembali dipisah menjadi tiga perusahaan, yakni BASF, Bayer, dan Hoechst.[a] Perusahaan-perusahaan tersebut lalu tetap beroperasi sebagai sebuah kartel informal dan memainkan peran penting pada Wirtschaftswunder. Pasca sejumlah penggabungan, suksesor utama dari perusahaan ini adalah Agfa, BASF, Bayer, dan Sanofi. Pada tahun 2004, Universitas Frankfurt, yang menempati bekas kantor pusat IG Farben, mengadakan sebuah pameran permanen di kampus, yakni Norbert WollheimMemorial, untuk tenaga kerja paksa dan orang yang terbunuh oleh Zyklon B.[18]
Sejarah awal
Latar belakang
Pada awal abad ke-20, industri bahan kimia Jerman mendominasi pasar pemutih sintetis dunia. Tiga perusahaan besar, yakni BASF, Bayer, dan Hoechst, memproduksi ratusan pemutih berbeda. Sementara lima perusahaan yang lebih kecil, yakni Agfa, Cassella, Chemische Fabrik Kalle, Chemische Fabrik Griesheim-Elektron , dan Chemische Fabrik vorm. Weiler-ter Meer, fokus memproduksi pemutih khusus berkualitas tinggi. Pada tahun 1913, delapan perusahaan tersebut memproduksi hampir 90% dari total pemutih yang dijual di dunia dan menjual sekitar 80% dari total produksinya ke luar Jerman.[19] Tiga perusahaan besar juga telah berekspansi ke produksi bahan mentah yang penting, dan mulai berekspansi ke bidang lain, seperti farmasi, film fotografi, bahan kimia pertanian, dan elektrokimia. Berbeda dengan di industri lain yang ada pada saat itu, pendiri perusahaan-perusahaan tersebut dan keluarganya hanya memiliki sedikit pengaruh pada pengambilan keputusan strategis perusahaan.[20]
Dengan pasar pemutih sintetis dan bahan kimia lain di dunia didominasi oleh perusahaan asal Jerman, persaingan untuk memperbesar pangsa pasar pun berlangsung ketat. Walaupun pernah dicoba untuk membentuk kartel, hal tersebut hanya bertahan selama beberapa tahun. Kemudian muncul ide untuk membentuk Interessen-Gemeinschaft (IG).[22] Chairman dari Bayer, Carl Duisberg, lalu mengusulkan penggabungan. Saat bepergian ke Amerika Serikat pada musim semi tahun 1903, ia mengunjungi sejumlah trust besar di Amerika, seperti Standard Oil, U.S. Steel, International Paper, dan Alcoa.[23] Pada tahun 1904, setelah kembali ke Jerman, ia pun mengusulkan penggabungan semua produsen pemutih dan farmasi yang ada di Jerman melalui sebuah memorandum ke Gustav von Brüning, manajer senior di Hoechst.[24][halaman dibutuhkan]
Hoechst dan sejumlah perusahaan farmasi menolak untuk bergabung. Hoechst dan Cassella kemudian justru membentuk aliansi pada tahun 1904. Sehingga membuat Duisberg dan Heinrich von Brunck, chairman dari BASF, mempercepat negosiasi mereka. Pada bulan Oktober 1904, sebuah Interessen-Gemeinschaft (IG) antara Bayer, BASF, dan Agfa resmi dibentuk. Laba dari tiga perusahaan tersebut pun dikumpulkan ke dalam IG, dengan BASF dan Bayer masing-masing mendapat 43% dari total laba IG, sementara Agfa mendapat 14%.[25] Dua aliansi tersebut terhubung melalui sebuah perjanjian antara BASF dan Hoechst untuk bersama-sama mengeksploitasi paten mengenai sintesis indigo Heumann-Pfleger.[26]
Di dalam IG, Bayer dan BASF fokus pada pemutih, sementara Agfa makin fokus pada film fotografi. Walaupun terdapat sejumlah kerja sama antara staf di bidang produksi dan akuntansi, hanya ada sedikit kerja sama di bidang lain. Tidak ada fasilitas produksi atau distribusi yang dikonsolidasikan, dan juga tidak ada staf komersial yang bekerja sama. Pada tahun 1908, Hoechst dan Cassella mengakuisisi 88% saham Chemische Fabrik Kalle. Karena lokasi Hoechst, Cassella, dan Kalle berdekatan di wilayah Frankfurt, kerja sama mereka pun lebih sukses daripada kerja sama antara Bayer, BASF, dan Agfa, walaupun Hoechst, Cassella, dan Kalle juga tidak mengkonsolidasi fasilitas produksinya.[27]
IG Farben didirikan pada bulan Desember 1925 sebagai hasil penggabungan dari enam perusahaan, yakni BASF (27,4% dari modal ekuitas); Bayer (27,4%); Hoechst, termasuk Cassella dan Chemische Fabrik Kalle (27,4%); Agfa (9%); Chemische Fabrik Griesheim-Elektron (6,9%); dan Chemische Fabrik vorm. Weiler Ter Meer (1,9%).[1] Secara bercanda, dewan pengawas IG Farben menyebut diri mereka sebagai "Dewan Tuhan" (Rat der Götter).[28] Sebutan tersebut kemudian dipakai sebagai judul dari sebuah film di Jerman Timur, yakni The Council of the Gods (1950).
Pada tahun 1926, kapitalisasi pasar IG Farben telah mencapai 1,4 milyar Reichsmark (setara dengan 52 milyar 2021 euro) dan jumlah pekerjanya mencapai 100.000 orang, yang mana 2,6% di antaranya adalah lulusan universitas, 18,2% di antaranya adalah tenaga profesional, dan 79,2% di antaranya adalah pekerja.[1] BASF menjadi entitas hasil penggabungan, dengan saham lima perusahaan lain ditukar dengan saham BASF. Penggabungan serupa juga terjadi di negara lain. Di Britania Raya, Brunner Mond, Nobel Industries, United Alkali Company, dan British Dyestuffs bergabung untuk membentuk Imperial Chemical Industries pada bulan September 1926. Di Prancis, Établissements Poulenc Frères dan Société Chimique des Usines du Rhône bergabung untuk membentuk Rhône-Poulenc pada tahun 1928.[29]Gedung IG Farben, kantor pusat perusahaan ini di Frankfurt am Main, Jerman, selesai dibangun pada tahun 1931. Pada tahun 1938, perusahaan ini telah mempekerjakan 218.090 orang.[30]
IG Farben kontroversial di kiri jauh dan kanan jauh, sebagian karena alasan yang sama, yakni terkait dengan ukuran dan luasnya bisnis perusahaan ini, serta latar belakang Yahudi dari sejumlah pimpinan dan pemegang sahamnya. Koran kanan jauh pada dekade 1920-an dan awal dekade 1930-an menuduh IG Farben sebagai "perusahaan Yahudi kapitalis internasional". Partai Rakyat Jerman pun paling banyak disebut sebagai pendukung IG Farben. Sebelum tahun 1933, tidak ada satupun manajemen IG Farben yang mendukung Partai Nazi. Sepertiga anggota dewan pengawas IG Farben bahkan merupakan Yahudi.[8] IG Farben kemudian menjadi "kontributor tunggal terbesar" pada kampanye Nazi tahun 1933.[31] Terdapat juga bukti mengenai "kontribusi rahasia" kepada partai tersebut pada tahun 1931 dan 1932.[32]
Selama dekade 1930-an, perusahaan ini menjalani proses Aryanisasi, dan pada tahun 1938, pekerja IG Farben yang berlatar belakang Yahudi telah diberhentikan dan pimpinan IG Farben yang berlatar belakang Yahudi telah mengundurkan diri. Sisanya keluar pada tahun 1938 setelah Hermann Göring menerbitkan sebuah peraturan, sebagai bagian dari Rencana Empat Tahun Nazi (diumumkan pada tahun 1936), bahwa pemerintah Jerman akan menyediakan valuta asing kepada perusahaan asal Jerman, untuk mendanai konstruksi atau pembelian di luar Jerman, hanya jika sejumlah syarat telah terpenuhi, antara lain telah tidak ada pekerja yang berlatar belakang Yahudi.[9]
^ abcPeter Hayes (2001): "[O]ne of the first acts of the American occupation authorities in 1945 was to seize the enterprise as punishment for 'knowingly and prominently ... building up and maintaining German war potential'. Two years later, twenty-three of the firm's principal officers went on trial ... By the time John McCloy, the American high commissioner [for Germany], pardoned the last of them in 1951, IG Farben scarcely existed. Its holdings in the German Democratic Republic had been nationalized; those in the Federal Republic had been divided into six, later chiefly three, separate corporations: BASF, Bayer, and Hoechst."[3]
^Peter Hayes (2001): "[I]t was Zyklon B, a granular vaporizing pesticide, that asphyxiated the Jews of Auschwitz, and a subsidiary of IG, the Deutsche Gesellschaft fur Schädlingsbekämpfung MbH (German Vermin-Combating Corporation), or Degesch, that controlled the manufacture and distribution of the Zyklon. IG's 42.5 percent of the stock in Degesch translated into three seats on its Administrative Committee, occupied by members of Farben's own Vorstand [board of directors], Heinrich Hoerlein, Carl Wurster, and Wilhelm R. Mann, who acted as chairman. But this body ceased to meet after 1940. Though Mann continued to review the monthly sales figures for Degesch, he could not necessarily have inferred from them the uses to which the Auschwitz camp was putting the product ..."[14]
^"Other doctor-perpetrators". Auschwitz-Birkenau Memorial and Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 April 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Bartrop, Paul R. (2017). "Zyklon B". Dalam Bartrop, Paul R.; Dickerman, Michael. The Holocaust: An Encyclopedia and Document Collection. Volume 1. Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 742–743.
Bäumler, Ernst (1988). Die Rotfabriker: Familiengeschichte eines Weltunternehmens (Hoechst) (dalam bahasa Jerman). Munich and Zürich: Piper. ISBN978-3-492-10669-6.
Beer, John Joseph (1981). The Emergence of the German Dye Industry. Manchester, NH: Ayer Company Publishers. ISBN978-0-405-13835-5.
Dickerman, Michael (2017). "Monowitz". Dalam Bartrop, Paul R.; Dickerman, Michael. The Holocaust: An Encyclopedia and Document Collection. Volume 1. Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 439–440.
Duisberg, Carl (1923) [1904]. "Denkschrift über die Vereinigung der deutschen Farbenfabriken". Abhandlungen, Vorträge und Reden aus den Jahren 1882–1921. Berlin. hlm. 343–369.
Fiedler, Martin (1999). "Die 100 größten Unternehmen in Deutschland – nach der Zahl ihrer Beschäftigten – 1907, 1938, 1973 und 1995". Zeitschrift für Unternehmensgeschichte (dalam bahasa Jerman). 44 (1): 32–66. doi:10.1515/zug-1999-0104.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Jacobs, Steven Leonard (2017). "I G Farben". Dalam Bartrop, Paul R.; Dickerman, Michael. The Holocaust: An Encyclopedia and Document Collection. Volume 1. Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 312–314.
Schmaltz, Florian (2018). "Auschwitz III—Monowitz Main Camp [aka Buna]". Dalam Megargee, Geoffrey P. Encyclopedia of Camps and Ghettos, 1933–1945, Volume 1. Bloomington: United States Holocaust Memorial Museum, Indiana University Press. hlm. 215–220.
Neumann, Boaz (2012). "National Socialism, Holocaust, and Ecology". Dalam Stone, Dan. The Holocaust and Historical Methodology. New York: Berghahn Books.
Nicholson, John W. (2006). The Chemistry of Polymers. London: Royal Society of Chemistry. ISBN978-0-85404-684-3.
Sasuly, Richard (1947). IG Farben. New York: Boni & Gaer.
Schwartz, Thomas Alan (2001) [1994]. "John J. McCloy and the Landsberg Cases". Dalam Diefendorf, Jeffrey M.; Frohn, Axel; Rupieper, Hermann-Josef. American Policy and the Reconstruction of Germany, 1945–1955. Cambridge and New York: German Historical Institute and Cambridge University Press. hlm. 433–454.
Tammen, Helmuth (1978). Die I.G. Farbenindustrie Aktiengesellschaft (1925–1933): Ein Chemiekonzern in der Weimarer Republik (dalam bahasa Jerman). Berlin: H. Tammen. ISBN978-3-88344-001-9.
Bower, Tom (1995) [1981]. Blind Eye to Murder: Britain, America and the Purging of Nazi Germany—A Pledge Betrayed (edisi ke-2nd revised). London: Little, Brown.
Du Bois, Josiah Ellis; Johnson, Edward (1953). Generals in Grey Suits: The Directors of the International 'I. G. Farben' Cartel, Their Conspiracy and Trial at Nuremberg. London: Bodley Head.
Karlsch, Rainer; Stokes, Raymond G (2003). Faktor Öl: die Mineralölwirtschaft in Deutschland 1859–1974 (dalam bahasa Jerman). Munich: C.H. Beck. ISBN978-3-406-50276-7.
Lesch, John E., ed. (2000). The German Chemical Industry in the Twentieth Century. Dordrecht: Springer Netherlands.
Moonman, Eric (21 November 1990). "Shares spoil (letter)". The Guardian. hlm. 18.
López-Muñoz, F.; García-García, P.; Alamo, C. (2009). "The pharmaceutical industry and the German National Socialist Regime: I.G. Farben and pharmacological research". Journal of Clinical Pharmacy and Therapeutics. 34 (1): 67–77. doi:10.1111/j.1365-2710.2008.00972.x. PMID19125905.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Maguire, Peter (2010). Law and War: International Law and American History. New York: Columbia University Press.
Plumpe, Gottfried (1990). Die I.G. Farbenindustrie AG: Wirtschaft, Technik und Politik 1904–1945 (dalam bahasa Jerman) (edisi ke-Schriften zur Wirtschafts- und Sozialgeschichte). Berlin: Duncker & Humblot. ISBN978-3-428-06892-0.
Sandkühler, Thomas; Schmuhl, Hans-Walter (1993). "Noch einmal: Die I. G. Farben und Auschwitz". Geschichte und Gesellschaft (dalam bahasa Jerman). 19 (2): 259–267. JSTOR40185695.
Stokes, Raymond (1988). Divide and Prosper: The Heirs of I.G. Farben under Allied Authority, 1945–1951. Berkeley: University of California Press.
Tenfelde, Klaus (2007). Stimmt die Chemie? : Mitbestimmung und Sozialpolitik in der Geschichte des Bayer-Konzerns. Essen: Klartext. ISBN978-3-89861-888-5
Wagner, Bernd C.; Frei, Norbert; Steinbacher, Sybille; Grotum, Thomas; Parcer, Jan, ed. (2000). Darstellungen und Quellen zur Geschichte von Auschwitz, 4 volumes. Munich: K.G. Saur.
White, Joseph Robert (1 October 2001). ""Even in Auschwitz... Humanity Could Prevail": British POWs and Jewish Concentration-Camp Inmates at IG Auschwitz, 1943–1945". Holocaust and Genocide Studies. 15 (2): 266–295. doi:10.1093/hgs/15.2.266.
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai IG Farben.