Gao Qifeng
Gao Qifeng (Hanzi: 高奇峰; Pinyin: Gāo Qífēng; 13 Juni 1889– November 1933) adalah seorang pelukis Tiongkok yang dikenal sebagai salah satu pendiri Aliran Lingnan. Ia mendirikan aliran ini bersama saudara kandungnya, Gao Jianfu, dan seorang seniman lain, Chen Shuren. Gao Qifeng menjadi yatim piatu pada usia muda. Ia menghabiskan masa kecilnya mengikuti jejak kakaknya, Gao Jianfu, untuk mempelajari seni melukis dari Ju Lian, seorang seniman terkenal pada masa itu. Pada tahun 1907, ia pergi ke Tokyo untuk mendalami seni lukis Barat dan Jepang. Ketika berada di Jepang, Gao bergabung dengan organisasi revolusioner Tongmenghui yang berupaya melawan Dinasti Qing. Setelah kembali ke Tiongkok, ia mendirikan majalah nasionalis The True Record. Namun, publikasi ini dilarang oleh pemerintah Beiyang. Meski sempat ditawari posisi pemerintahan di Republik Tiongkok yang baru terbentuk, Gao memilih untuk mengabdikan dirinya pada seni. Pada tahun 1918, ia pindah ke Guangzhou dan memulai karier sebagai pengajar seni, yang memuncak pada pengangkatannya sebagai profesor kehormatan di Universitas Lingnan pada tahun 1925. Gao meninggalkan Guangzhou pada tahun 1929 karena alasan kesehatan. Ia menetap di Pulau Ersha, mendirikan studio seni Tianfang, dan terus mengajar murid-muridnya. Gao Qifeng dikenal karena gaya melukisnya yang memadukan pendekatan tradisional Tiongkok dengan teknik asing. Ia memanfaatkan teknik Jepang untuk pencahayaan dan bayangan serta perspektif geometris dari seni Barat. Meskipun Gao juga dikenal karena melukis lanskap, figur, dan terutama hewan seperti elang, singa, dan harimau. Teknik kuasnya menggabungkan kekuatan sapuan Gao Jianfu dengan keanggunan Chen Shuren. Gao Qifeng menginspirasi banyak seniman muda, termasuk murid-murid terkenal seperti Chao Shao-an dan Huang Shaoqiang. Salah satu muridnya yang sangat dekat, Zhang Kunyi, dikabarkan memiliki hubungan pribadi yang erat dengannya. BiografiKehidupan awalGao Qifeng lahir dengan nama Gao Weng (高嵡) di Yuangang, Panyu, Guangdong,[1] pada tanggal 13 Juni 1889. Kisah hidupnya dimulai dari keluarga yang sederhana. Ayahnya, Boxiang, meninggal dunia saat Gao masih kecil, tepatnya tahun 1895. Dua tahun berselang, ibundanya pun menyusul.[2] Sebagai anak yang kurang sehat, Gao kemudian tinggal bersama kerabatnya.[2] Ia merupakan anak bungsu dari enam bersaudara,[a] dan kemudian diasuh oleh kakaknya, Gao Jianfu, yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Dari sinilah, ia mengikuti jejak sang kakak ke dunia seni.[3] Di masa remajanya, Gao Qifeng mendalami teknik melukis khas, yaitu infus air dan "tanpa tulang" yang sebelumnya dipopulerkan oleh Ju Lian.[2] Ada dua pendapat mengenai dari mana ia mendapatkan pengetahuan ini. Pendapat pertama menyebutkan bahwa Gao Jianfu, yang pernah berguru langsung kepada Ju Lian di Paviliun Xiaoyue Qin,[b] mengajarkan teknik tersebut kepada adiknya.[4] Sementara itu, ada juga yang beranggapan bahwa Gao Qifeng belajar langsung dari sang maestro, Ju Lian.[c] Namun, hingga kini tidak ditemukan bukti arsip yang mendukung klaim ini.[5] Ralph Croizier, dalam studinya tentang Sekolah Lingnan, juga mencatat bahwa jika Gao Qifeng memang pernah belajar pada Ju Lian, waktunya sangat singkat.[6] Memasuki usia empat belas tahun, Gao Qifeng menempuh pendidikan di sebuah sekolah Kristen,[6] dan kemudian memeluk agama tersebut. Pada pertengahan era 1900-an, ia memulai karirnya dengan magang pada Pendeta Wu Shiqing di toko kaca miliknya, Yongming Zhai. Di sana, ia belajar mengecat kap lampu. Tak lama kemudian, ia bekerja sama dengan saudara Wu, Jinghun, untuk membuka toko serupa.[7] Saat dewasa, ia menggunakan nama kehormatan Qifeng.[1] Pada lukisan-lukisan awalnya, ia menggunakan nama pena Fei Pu (飞瀑). Tanda tangannya pun sering dibubuhi stempel bertuliskan "Fei Pu Sketching".[1] Kiprah di dunia seniPada tahun 1907, Gao Qifeng bersama saudaranya, Gao Jianfu, pergi ke Tokyo untuk memperdalam ilmu seni.[8] Gao Jianfu mendaftar di Sekolah Seni Rupa Tokyo,[9] sementara Gao Qifeng berguru pada Tanaka Raishō.[8] Selain itu, ia terpengaruh oleh seniman nihonga lainnya seperti Takeuchi Seihō dan Hashimoto Kansetsu.[10] Gaya nihonga memadukan teknik seni Barat dengan tradisi Jepang,[d][11] yang memperkaya perspektif Gao dalam menggambar dan sketsa.[8] Selama masa belajarnya, ia juga mempelajari karya-karya dari aliran Kyoto, yang membantunya memadukan naturalisme seni Barat dengan nilai-nilai liris dan filosofis seni lukis tradisional Tiongkok.[9] Setelah kembali ke Tiongkok pada tahun 1908,[8] Gao bersaudara menetap di Nanhai.[12] Di sana, Gao Qifeng mengajar di Sekolah Menengah Nanhai dan sekaligus mendalami psikologi serta sosiologi.[e] Ia percaya bahwa seni memiliki peran besar dalam memengaruhi etika dan memahami kondisi sosial manusia.[9] Selain itu, Gao juga menunjukkan kepedulian sosialnya dengan menyumbangkan beberapa karya lukis untuk membantu penggalangan dana bagi korban banjir di Guangdong bagian barat pada tahun yang sama.[13] Selama tinggal di Jepang, Gao bersaudara bergabung dengan Tongmenghui, sebuah organisasi revolusioner yang bertujuan menggulingkan Dinasti Qing.[14] Aktivitas revolusioner mereka melibatkan tindakan-tindakan signifikan, seperti pembunuhan Jenderal Fengshan, yang dikaitkan dengan seorang pelukis yang direkrut oleh Jianfu.[14] Gao Qifeng mungkin turut terlibat dalam sel ini.[15] Teman sekaligus sesama revolusioner, Wang Jingwei, bahkan mengenang Gao sebagai seseorang yang dapat tidur dengan nyenyak di tengah ruangan yang penuh dengan bahan peledak.[16] Setelah Revolusi 1911, Gao bersaudara ditawari posisi dalam pemerintahan Republik Tiongkok yang baru oleh Sun Yat-sen, tetapi mereka menolaknya untuk tetap fokus pada pengembangan seni dan misi sosial mereka.[15] Pada tahun 1912, Gao Qifeng dan saudaranya, Gao Jianfu, memulai langkah besar dalam dunia seni dengan mendirikan The True Record, sebuah majalah berformat besar di Shanghai. Majalah ini memuat beragam konten, seperti gambar, lukisan, kartun, esai, ulasan, dan sketsa.[9] Majalah nasionalis ini sebagian besar dibiayai oleh pemerintah baru,[17] terbit sebanyak tujuh belas edisi antara Juni 1912 dan Maret atau April 1913.[18] Gao bersaudara percaya bahwa seni visual memiliki kekuatan besar untuk “membangkitkan pemikiran patriotik masyarakat dan mendukung tatanan kemajuan sosial.”[f][15] Melalui esai-esai yang diterbitkan di The True Record, Gao bersaudara menyerukan reformasi seni, termasuk pendekatan baru dalam penciptaan karya dan peningkatan kualitas pendidikan seni. Selain itu, majalah ini memuat berita dan ulasan sosial yang tajam,[14] termasuk kritik terhadap pemerintahan Beiyang yang semakin otoriter.[9] Pada tahun 1913, Gao bersama Xie Yingbo dan Ma Xiaojin menerbitkan artikel kontroversial yang menyebutkan keterlibatan Presiden Sementara Yuan Shikai dalam pembunuhan Song Jiaoren, seorang pemimpin nasionalis. Menurut penulis Cai Dengshan , Artikel ini menyebabkan Yuan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mereka. Gao kemudian memilih mengasingkan diri ke Jepang,[9] tempat ia mempelajari teknik pencetakan balok kayu.[19] Namun, kebenaran pengasingan ini masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan.[g][15] Seiring berjalannya waktu, demokrasi Tiongkok yang baru lahir semakin terperosok ke dalam korupsi dan penguasaan panglima perang. Kondisi ini membuat Jianfu kecewa terhadap dunia politik. Menurut kritikus seni Li Yuzhong, kekecewaan Jianfu terhadap politik kemungkinan besar memengaruhi pandangan Gao Qifeng yang akhirnya lebih memilih untuk memusatkan perhatian pada seni.[15] Pada dekade 1910-an, Gao Qifeng dan keluarganya mendirikan Aesthetic Institute di Shanghai, sebuah galeri yang juga berfungsi sebagai ruang pameran dan penerbitan.[1] Di sana, mereka menjual reproduksi lukisan Tiongkok dan Barat,[15] termasuk karya mereka sendiri.[14] Seiring berjalannya waktu, Gao mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melukis dan mengajar. Pada tahun 1918, ia pindah ke Guangzhou untuk memimpin Departemen Seni dan Seni Cetak di Sekolah Industri Kelas A.[20] Selain itu, Gao mendirikan Museum Estetika di Fuxue West Street, yang menjadi pusat penting bagi seniman dan pelajar seni.[9] Pada tahun 1925, Gao Qifeng diangkat sebagai profesor kehormatan di Universitas Lingnan, yang kini menjadi bagian dari Universitas Sun Yat-sen.[19] Sebagai bagian dari pengabdiannya, ia diberikan sebidang tanah untuk mendirikan studio pribadi.[9] Menurut kurator Christina Chu, masa ini adalah periode paling produktif dalam hidup Gao.[21] Pada tahun 1920-an, Gao Qifeng semakin dikenal sebagai salah satu seniman di Tiongkok. Karyanya sering muncul di The Young Companion, sebuah majalah bergambar dwibahasa yang diterbitkan di Shanghai.[22] Sebelum pembangunan Sun Yat-sen Memorial Hall, Gao diminta untuk menyumbangkan tiga karyanya yang terkenal: Elang Laut (海鷹), Kuda Putih di Sungai Musim Gugur (秋江白馬), dan Singa (雄獅). Ketiga karya ini sangat dihargai oleh Sun Yat-sen semasa hidupnya, meskipun tidak ada satu pun dari karya tersebut yang bertahan hingga kini.[23] Tahun-tahun terakhir dan kematianPada sekitar tahun 1929, Gao Qifeng menderita pneumonia[24] dan memilih untuk mengasingkan diri ke Pulau Ersha di Sungai Mutiara demi memulihkan kesehatannya. Ia dirawat di Panti Jompo Zhujiang selama satu tahun sebelum akhirnya keluar dan mendirikan Studio Tianfang di pulau tersebut.[h][25] Studio ini menjadi tempat Gao melanjutkan pekerjaannya dan mengajar sejumlah murid. Dari murid-muridnya, tujuh di antaranya menjadi dikenal sebagai Tianfeng Seven.[9] Meskipun demikian, kondisi kesehatan Gao tetap rapuh, sehingga produktivitasnya menurun. Ia hanya melakukan satu perjalanan besar ke Guilin pada tahun 1931 untuk mencari inspirasi dan bahan baru.[26] Pada tahun 1933, Gao terpilih sebagai perwakilan pemerintah untuk sebuah pameran seni lukis kontemporer Tiongkok di Berlin.[i][j][5] Sebelum keberangkatan, ia diminta untuk menghadiri pertemuan awal di Shanghai.[19] Dalam perjalanan dengan kapal dari Guangzhou ke Shanghai, kondisi kesehatan Gao memburuk. Rekan seperjalanannya, Ye Gongchuo, segera mencari bantuan medis, dan Gao didiagnosis menderita tuberkulosis. Sesampainya di Shanghai, ia dirawat di Rumah Sakit Dahua.[9] Gao Qifeng meninggal dunia pada 2 November 1933 dalam usia 44 tahun. Sebelum wafat, ia berpesan agar karya-karyanya disumbangkan ke museum, sementara Tianfeng Pavilion miliknya dijadikan Akademi Seni Lukis Qifeng.[19] Sesuai permintaannya, pengaturan pemakaman ditangani oleh muridnya, Fan Tchunpi. Upacara peringatan digelar di Rumah Duka Tiongkok di Jalan Haige (kini Jalan Huashan), dihadiri oleh sejumlah seniman seperti Chen Shuren dan Ye Gongchuo, serta tokoh politik seperti Wang Jingwei, Cai Yuanpei, dan Wu Tiecheng. Penghormatan juga datang dari tokoh-tokoh lain, termasuk Sun Fo, Ju Zheng, dan Zhang Ji.[27] Jenazah Gao kemudian diantar oleh muridnya, Zhang Kunyi, ke Guangdong untuk dimakamkan di Pemakaman Kristen di Henan. Pemerintah pusat memberikan sumbangan sebesar 2.000 yuan (setara dengan ¥197.000 pada tahun 2019) untuk biaya pemakaman.[15] Setelah kematian Gao, Zhang Kunyi berusaha agar negara memberikan pengakuan terhadap kontribusi Gao Qifeng.[28] Dukungan datang dari sejumlah politisi terkemuka, seperti Sun Fo, Cai Yuanpei, dan Yu Youren. Mereka mengajukan petisi agar jenazah Gao dimakamkan kembali di dekat ibu kota negara di Nanjing, dengan alasan bahwa ia layak mendapatkan penghormatan atas dedikasinya pada seni dan kontribusinya bagi bangsa.[15] Petisi tersebut dikabulkan, dan Gao dimakamkan kembali di Gunung Qixia pada 27 Desember 1936. Sebuah makam khusus dibangun untuknya, lengkap dengan penanda bertuliskan pesan dari Presiden Lin Sen: “Makam Tuan Gao Qifeng, Sang Bijak Seni Lukis”.[k][29] Hubungan dan warisanGao Qifeng, bersama saudaranya Gao Jianfu dan sesama murid Ju Lian, Chen Shuren, dikenal sebagai pendiri Sekolah Seni Lukis Lingnan Sekolah Seni Lukis Lingnan.[22] Ketiganya berbagi latar belakang yang sama dan memasukkan pengaruh seni Barat ke dalam karya mereka.[15] Mereka percaya bahwa sintesis antara tradisi seni Tiongkok dengan teknik modern dari Barat diperlukan untuk menciptakan gaya baru yang disebut “lukisan nasional,” yang relevan dengan zaman modern.[30] Di antara murid-murid Gao terdapat Zhang Kunyi, Zhou Yifeng, Ye Shaobing, He Qiyuan, Rong Shushi, Huang Shaoqiang, dan Chao Shao-an. Murid-murid ini kemudian dikenal sebagai Tujuh Tianfeng, karena mereka belajar di sanggar seni Tianfeng milik Gao. Mereka terus menyebarkan pengaruh Sekolah Lingnan,[1] bahkan beberapa di antaranya menetap di Hong Kong dan Makau, membawa ajaran seni ini ke wilayah tersebut.[31] Gao Qifeng memiliki lima saudara laki-laki: Guiting (桂庭), Lingsheng (灵生), Guantian (冠天), Jianfu (剑父), dan Jianseng (剑僧).[9] Lingsheng merupakan anak dari istri kedua ayah mereka, Gao Boxiang.[2] Salah satu saudaranya, Guantian, menjadi mitra dalam Institut Estetika, meskipun ia bukan seorang seniman.[32] Sementara itu, Jianseng yang sempat belajar seni di Jepang pada tahun 1911, seperti Qifeng dan Jianfu, mengembangkan gaya yang memadukan elemen seni tradisional Tiongkok, Jepang, dan Barat.[33] Namun, Jianseng meninggal pada tahun 1916 tanpa sempat mencapai ketenaran seperti saudara-saudaranya.[34] Gao menikahi Yang Cuixing, seorang perempuan kelahiran Suzhou, pada tahun 1915. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putri bernama Liandi pada tahun berikutnya. Namun, pernikahan tersebut berakhir pada tahun 1921 ketika Yang Cuixing membawa putrinya meninggalkan Gao.[13] Menurut Cai Dengshan, hal ini terjadi karena Gao sepenuhnya mencurahkan dirinya untuk seni, mengabaikan kehidupan pribadinya.[9] Salah satu hubungan paling terkenal dalam hidup Gao adalah dengan muridnya, Zhang Kunyi. Zhang sering disebut sebagai putri baptis[35] atau putri angkat Gao,[9] tetapi juga terdapat rumor bahwa mereka memiliki hubungan.[l][15] Pada akhir tahun 1920-an, Gao mendedikasikan beberapa lukisan untuk Zhang.[36] Meski sudah menikah, Zhang pindah untuk tinggal bersama Gao.[37] Ketika Gao jatuh sakit, Zhang merawatnya, mengurus rumah tangga, sekaligus melanjutkan belajar seni di bawah bimbingan Gao.[9] Setelah kematian Gao, Zhang sangat berduka hingga ia dikabarkan mencampur air matanya dengan bedak untuk melukis bunga plum, bahkan menggunakan darahnya sendiri sebagai kelopak bunga. Cai Dengshan mengaitkan tindakan ini dengan bentuk bakti Zhang terhadap Gao.[9] Hubungan ini juga menjadi penyebab perselisihan antara Gao Qifeng dan saudaranya, Jianfu, menurut murid Gao Jianfu, Zheng Danran.[15] Pada tahun 1940-an, Zhang Kunyi mengatur agar 90 karya Gao Qifeng dibawa dalam pameran keliling ke Amerika Serikat dan Kanada.[28] AnalisisPerbandingan dengan pendiri Lingnan lainnyaGao Qifeng memiliki banyak kesamaan gaya dengan Gao Jianfu dan Chen Shuren, dua pendiri lainnya dari Aliran Lingnan. Ketiganya memperoleh pelatihan seni dari Ju Lian dan menghabiskan waktu di Jepang untuk mempelajari pendekatan seni Jepang dan Barat. Sebagai kelompok, mereka berupaya menciptakan keseimbangan antara inovasi dan tradisi, menyerap ide-ide baru sambil tetap mempertahankan fondasi teknik seni Tiongkok.[9] Pada masa awal karier mereka, Gao Qifeng dan Gao Jianfu sering mengambil inspirasi dari seni kontemporer Jepang.[38] Peneliti seni Michael Croizier mencatat adanya "bukti gaya yang kuat" bahwa Gao Qifeng pernah menghadiri Pameran Seni Rupa Jepang dan meniru beberapa karya yang dipamerkan di sana.[m][39] Ketiganya menggunakan teknik boneless (tanpa tulang), meskipun dengan tingkat penerapan yang berbeda-beda.[40] Mereka juga menggabungkan teknik tradisional Tiongkok dengan pemahaman sudut pandang dan chiaroscuro khas Barat yang menghasilkan perpaduan romantisme dan realisme yang unik.[40] Meskipun memiliki pendekatan serupa, setiap seniman menunjukkan ciri khas masing-masing. Chen Shuren pernah berkata kepada Gao Jianfu, “Anda mengangkat hal yang aneh dan mengagumkan; saya tetap pada yang ortodoks; Tuan Qifeng mempertahankan posisi tengah.”[n][41] Cai Dengshan mendukung pandangan ini. Ia mencatat bahwa Jianfu cenderung menggunakan pendekatan yang berani dan inovatif, sementara gaya Chen Shuren terkesan anggun dan bermartabat. Di antara keduanya, Qifeng mampu menyeimbangkan kekuatan dari kedua rekannya.[9] Li juga mencatat bahwa Qifeng memadukan kekuatan dinamis sapuan kuas saudaranya dengan keanggunan gaya Chen.[15] Croizier berpendapat bahwa Qifeng adalah pendiri Lingnan yang paling dipengaruhi oleh pelatihan Jepang mereka. Ia menunjukkan kecenderungan terhadap sapuan tinta yang lebar dan kontras warna yang kuat, mengingatkan pada gaya aliran Shijō.[42] Setiap seniman juga memiliki fokus subjek yang berbeda: Gao Qifeng terkenal dengan lukisan binatang buas, Jianfu dengan lanskapnya, dan Chen dengan karya yang menggambarkan burung dan bunga.[40] Karya seni Gao Qifeng cenderung dihargai lebih tinggi daripada karya dua pendiri Lingnan lainnya. Hingga 2014[update], lukisan Gao yang paling mahal adalah Singa (雄狮, 1915), yang dijual melalui China Guardian pada tahun 2010 seharga 6,72 juta yuan (sekitar US$993.000).[43] Di Sotheby's Hong Kong pada tahun 2004, lukisannya berjudul Empat Panel Lanskap (山水四屏) terjual dengan harga 3,982 jutaa dolar Hong Kong (sekitar US$511.300). Pada tahun yang sama, Beijing Hanhai menjual lukisan Gao lainnya, Pinus dan Monyet (松猿图)), dengan harga 1,32 juta yuan (sekitar US$159.000).[44] Tingginya harga karya Gao Qifeng dapat disebabkan oleh jumlah karyanya yang relatif sedikit dibandingkan dengan rekan-rekannya yang memiliki umur lebih panjang.[15] GayaDalam menjelaskan pendekatan melukisnya, Gao menyatakan:
Seperti halnya para seniman sezamannya, Gao mendapatkan inspirasi dari berbagai sumber. Pengaruh Ju Lian dan kerabatnya Chao, terlihat dalam karya-karyanya, meskipun tidak sekuat pengaruh tersebut pada lukisan Gao Jianfu.[1] Teknik khas seperti infus air dan tanpa tulang (boneless) digunakan untuk memberikan efek yang halus, dengan latar belakang yang dibiarkan kosong sebagai ruang negatif.[2] Setelah terpapar gaya nihonga, Gao mulai memadukan pendekatan tradisional Tiongkok dengan teknik Barat. Ia membuat sketsa awal subjek sebelum menerapkannya dengan tinta dan warna.[8] Penggunaan cahaya dan bayangan dalam lukisannya terinspirasi dari tradisi Jepang, sementara pemahaman geometrinya berasal dari pelajaran seni Barat.[1] Pada masa-masa akhir hidupnya, setelah menderita penyakit, gaya melukis Gao menjadi lebih bebas.[8] Lukisannya pada periode ini digambarkan sebagai lugas dan spontan, dengan warna yang minim dan narasi yang sederhana.[9] Menurut Croizier, karya-karya ini terlihat lebih kasar tetapi sekaligus lebih intim yang mencerminkan perubahan pendekatan Gao dari detail yang rumit ke ekspresi yang lebih langsung.[46] Menurut Li Gongming dari Akademi Seni Rupa Guangzhou, Gao dikenal dengan sapuan kuas yang kuat tetapi halus,[15] yang ia gunakan untuk menciptakan gambar flora dan fauna secara naturalistik. Karyanya yang menampilkan elang, singa, dan harimau sangat dihargai. Li Yuzhong menilai bahwa penggambaran singa dan harimau Gao mencerminkan semangat keberanian dan keteguhan,[p][15] sementara Sun Yat-sen melihat bahwa karya-karya ini merefleksikan semangat revolusioner.[8] Croizier menyebut Gao sebagai pelukis harimau ternama dari Aliran Lingnan, yang menggunakan realisme mendetail dengan pengaruh teknik zaman Meiji.[47] Selain itu, Gao juga menunjukkan keahlian dalam melukis burung-burung besar dengan gaya yang tak kalah mengesankan.[48] Lanskap dan figur juga menjadi bagian dari karya Gao.[8] Menurut Cai Dengshan, lukisan-lukisannya yang menggambarkan malam bercahaya bulan dan salju musim dingin sering kali memiliki “pesona yang lembut, anggun, jernih, dan bersih.”[q][9] Lanskap murni jarang ditemukan dalam karyanya, karena gambar pepohonan dirampungkan dengan bantuan saudaranya,[15] dan tepian sungai umumnya digunakan sebagai latar untuk subjek hewan. Teknik tanpa tulang kerap diterapkan dalam pewarnaan untuk menghasilkan efek gradasi yang halus.[49] Figur manusia dalam karya Gao sebagian besar bersifat religius. Ia menggambarkan tokoh-tokoh suci seperti Bodhidharma,[50] meskipun ia juga dikenal dengan potret penyair Li Bai , yang terinspirasi dari karya Liang Kai.[21] Galeri
Catatan penjelas
ReferensiSitasi
Karya yang dikutip
Bacaan lebih lanjut |
Portal di Ensiklopedia Dunia