Sun Yat-sen
Sun Yat-Sen (Hanzi: 孫逸仙, Pinyin: Sūn Yì-xian, 12 November 1866 – 12 Maret 1925) [2][3] adalah seorang pemimpin kunci revolusi Tiongkok dan diakui secara luas sebagai Bapak Negara Tiongkok Modern, baik di Republik Taiwan maupun di Tiongkok Daratan. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Tiongkok masih diperintah oleh seorang kaisar Dinasti Qing. Dinasti Qing cenderung ingin mempertahankan nilai-nilai tradisional dan enggan beradaptasi dengan nilai modern. Sun Yat-sen yakin bahwa Tiongkok perlu ditata dengan cara baru melalui revolusi, yakni dengan mengubah sistem monarki absolut menjadi republik. Pada 1894, ia meninggalkan praktik kedokteran dan beralih ke politik, meski tak memiliki pendidikan di bidang politik. Ia pergi ke Hawaii dan membentuk organisasi Xinzhonghui (Masyarakat Tiongkok Bangkit). Organisasi ini menjadi cikal bakal pemberontakan melawai Dinasti Qing yang ia organisir di tahun-tahun berikutnya.[4] Pada tahun 1895, ia memimpin suatu pemberontakan di Kanton, tetapi dapat diredam. Secara keseluruhan, ia memimpin sebelas kali revolusi terhadap Dinasti Qing dan akhirnya berhasil menumbangkan kekaisaran, sehingga kaisar harus turun takhta.[5] Tiongkok selanjutnya menjadi Republik Tiongkok pada tahun 1911 yang didirikan oleh Sun Yat-sen. Ia juga merupakan pendiri Partai Kuomintang (KMT), menjadi pejabat presiden pada 1911-1912 dan presiden pada 1923–1925.[4] Sun dianggap sebagai salah satu pemimpin terbesar Tiongkok modern, tetapi dalam kehidupan politiknya dia selalu berjuang terus-menerus dan sering diasingkan. Setelah keberhasilan Revolusi Xinhai pada tahun 1911, ia dengan cepat mengundurkan diri sebagai Presiden Republik Tiongkok yang baru didirikan dan menyerahkannya kepada Yuan Shikai. Sun pergi ke pengasingan di Jepang untuk keselamatan dirinya, tetapi kembali lagi ke Tiongkok untuk membentuk pemerintahan revolusioner sementara di Tiongkok Selatan sebagai pemerintahan tandingan selama Era Panglima Perang yang menguasai sebagian besar Tiongkok.[4] Pada tahun 1923, ia mengundang perwakilan Komunis Internasional ke Kanton guna mengorganisasi kembali partainya dan membentuk aliansi rapuh dengan Partai Komunis Tiongkok. Dia tidak sempat menyaksikan partainya (KMT) menyatukan Tiongkok di bawah pimpinan Chiang Kai-shek, yang menjadi penggantinya, dalam Ekspedisi Utara. Sun meninggal di Beijing karena kanker kandung empedu pada 12 Maret 1925.[6] Warisan utama Sun adalah filosofi politiknya yang dinamakan Tiga Prinsip Rakyat: Mínzú (民族主義, Mínzú Zhǔyì) atau nasionalisme (merdeka dari dominasi asing), Mínquán (民權主義, Mínquán Zhǔyì) atau "hak rakyat" (sering diartikan menjadi "demokrasi") dan (民生主義, Mínshēng Zhǔyì) atau mata pencaharian rakyat (terkadang diterjemahkan menjadi "komunitarianisme" atau "kesejahteraan").[7][8][9] NamaNama silsilah keluarga (谱名, pǔ míng) Sun adalah Sun Deming (Syūn Dāk-mìhng; 孫德明).[2][10] Sewaktu kecil nama timangannya (乳名, rǔ míng) yaitu Tai Tseung (Dai-jeuhng; 帝象).[2] Ketika di sekolah, gurunya memberi nama Sun Wen (Kanton: Syūn Màhn; 孫文), nama ini digunakan Sun untuk menyebut dirinya sendiri hampir sepanjang hidupnya. Nama kehormatan Sun adalah Zaizhi (Jai-jī; 載之) dan nama baptisnya yaitu Rixin (Yaht-sān; 日新).[11] Saat sekolah di Hong Kong, dia menggunakan nama samaran Yat-sen (Hanzi: 逸仙; Pinyin: Yìxiān).[12] Sūn Zhōngshān (孫中山), nama Tionghoanya yang paling populer, berasal dari nama Jepang Nakayama Shō (中山樵), nama samaran yang diberikan oleh Tōten Miyazaki saat Sun bersembunyi di Jepang.[2] Masa AwalTempat lahir dan masa mudaSun Yat-sen lahir pada 12 November 1866,[3] anak dari Sun Dacheng dan Nyonya Yang.[3] Tempat lahirnya berada di desa Cuiheng, Xiangshan (sekarang kota setingkat prefektur Zhongshan), provinsi Guangdong.[3] Dia beretnis Hakka[13] dan Kanton. Ayahnya hanya memiliki sebidang tanah yang kecil dan bekerja sebagai penjahit di Makau merangkap pekerja harian dan pramuantar.[14] Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, dia pindah ke Honolulu, Hawaii dan hidup nyaman berkat dukungan finansial dari kakaknya, Sun Mei.[15] Sun kemudian sekolah menengah di Hawaii.[16] Masa PendidikanPada umur 10 tahun, Sun Yat-sen mulai masuk sekolah,[2] dan untuk pertama kalinya bertemu dengan Lu Haodong, yang menjadi teman masa kecilnya.[2] Tahun 1878, pada usia 13 tahun, setelah belajar beberapa tahun di sekolah lokal, Sun tinggal bersama kakak lelakinya, Sun Mei (孫眉) di Honolulu.[2] Sun Mei membiayai pendidikan Sun Yat-sen yang pada akhirnya menjadi kontributor utama penggulingan dinasti Qing.[17][18][19][20] Selama tinggal di Honolulu, Sun Yat-sen sekolah di ʻIolani, tempat ia belajar berbahasa Inggris, Sejarah Britania Raya, Matematika, Sains dan Kekristenan.[2] Awalnya tidak bisa berbahasa Inggris, Sun Yat-sen kemudian belajar bahasa Inggris dengan sangat cepat yang membuatnya menerima hadiah karena prestasinya itu dari Raja David Kalakaua.[21] Sun lulus dari ʻIolani tahun 1882, lalu belajar di Oahu College (sekarang bernama sekolah Punahou), selama satu semester saja,[2][22] karena pada tahun 1883 dia dikirim kembali ke Tiongkok karena kakaknya mulai khawatir Sun Yat-sen akan memeluk agama Kristen.[2] Saat ia kembali ke Tiongkok, umurnya 17 tahun dan Sun bertemu lagi dengan teman masa kecilnya, Lu Haodong di Beijidian (北極殿), sebuah kuil di desa Cuiheng.[2] Mereka melihat banyak penduduk desa menyembah Beiji (secara harfiah berarti Kutub Utara), Raja-Dewa di kuil itu dan mereka merasa tidak cocok dengan kepercayaan serta cara pengobatan kuno mereka.[2] Kedunya lantas menghancurkan patung-patung yang ada di kuil tersebut, sehingga menimbulkan kemarahan warga desa dan akhirnya mereka kabur ke Hong Kong.[2][23][24] Saat berada di Hong Kong, masih pada tahun 1883, ia belajar di Sekolah Keuskupan Putra dan dari tahun 1884 sampai 1886, dia sekolah di Akademi Pemerintah Pusat (中央書院) (saat ini bernama Queen's College, Hong Kong).[25] Pada tahun 1886, Sun belajar tentang pengobatan di Rumah Sakit Kanton di bawah bimbingan misionaris Kristen John G. Kerr.[2] Menurut bukunya "Kidnapped in London", Sun pada tahun 1887, mendengar berita akan dibukanya Sekolah Tinggi Kedokteran Tiongkok-Barat Hong Kong (sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Li Ka Shing, Universitas Hong Kong) dan ia segera mengambil kesempatan yang ditawarkan untuk menjadi siswa di sekolah ini.[26] Akhirnya, dia mendapatkan lisensi praktik Kristen sebagai dokter medis pada tahun 1892.[2][12] Di kelasnya terdapat 12 siswa dan Sun adalah salah satu dari hanya dua siswa yang lulus.[27][28][29] PembaptisanDiawal 1880-an, Sun Mei menyekolahkan adiknya di Sekolah ʻIolani, yang berada di bawah pengawasan Anglikan Britania Raya dan dipimpin oleh uskup Anglikan yang bernama Willis. Bahasa pengantar yang dignakan adalah bahasa Inggris. Meskipun Uskup Willis menekankan bahwa tidak ada yang dipaksa untuk memeluk agama Kristen, tetapi para siswa diminta untuk hadir di kapel pada hari Minggu. Di sekolah ʻIolani, Sun Wen pertama kali mengetahui ajaran kekristenan dan memberi kesan yang mendalam pada dirinya. Schriffin menulis bahwa Kristen memiliki pengaruh besar pada seluruh kehidupan politik Sun ke depannya.[30] Selanjutnya Sun dibaptis di Hong Kong oleh misionaris Amerika dari Gereja Kongregasional Amerika Serikat, mengabaikan kakaknya yang tidak setuju. Uskup Willis juga menjalin persahabatan dengan Sun.[1][31] Sun menjadi jemaat gereja To Tsai (道濟會堂, yang didirikan oleh London Missionary Society pada tahun 1888)[32] saat ia belajar pengobatan barat di Sekolah Tinggi Kedokteran Tiongkok-Barat (香港華人西醫書院). Sun menyatakan revolusi mirip dengan misi penyelamatan Gereja Kristen. Konversinya menjadi umat Kristen terkait dengan cita-cita revolusionernya guna mendorong kemajuan.[1] Sun Yat-sen menikah dengan istri keduanya, Soong Ching-ling. Adik Soong Ching-ling bernama Soong May-ling, menikah dengan Chiang Kai-shek, sehingga kedua pemimpin ini menjadi saudara ipar melalui pernikahan dengan kakak beradik Soong. Ayah Soong Ching-ling adalah Charlie Soong, yang meraup keuntungan besar di bidang perbankan dan pencetakan Alkitab. Meskipun secara pribadi ia adalah teman Sun, tetapi ia marah ketika Sun mengumumkan niatnya untuk menikahi Ching-ling, karena Sun sudah menjadi seorang Kristen dan telah menikah serta memiliki tiga anak. Charlie menilai tindakan Sun berlawan dengan agama tradisional mereka. Transformasi menuju RevolusionerEmpat BanditSelama pemberontakan terhadap Dinasti Qing sekitar tahun 1888, Sun berada di Hong Kong bersama dengan kelompok pemikir revolusioner yang dijuluki Empat Bandit di Sekolah Tinggi Kedokteran Tiongkok-Barat.[33] Sun, menjadi semakin frustasi oleh pemerintahan Qing yang konservatif dan menolak untuk mengadopsi pengetahuan dari negara-negara barat yang berteknologi lebih maju, sehingga ia berhenti dari praktik medisnya dalam rangka untuk mengabdikan waktunya guna fokus mengubah Tiongkok. Furen dan XingzhonghuiPada tahun 1891 Sun bertemu teman-teman revolusionernya di Hong Kong termasuk Yeung Ku-wan yang merupakan pemimpin dan pendiri Perhimpunan Sastra Furen,[34] yang menyebarkan gagasan untuk menggulingkan dinasti Qing. Pada tahun 1894, Sun menulis sebuah petisi berisi 8.000 karakter ke Raja Muda Zhili Li Hongzhang untuk mempresentasikan ide-idenya yang memodernisasi Tiongkok.[35][36][37] Ia pergi ke Tianjin, secara pribadi menyerahkan petisi itu kepada Li, tetapi tidak diizinkan untuk bertemu.[38] Setelah pengalamannya ini, Sun tidak ada pilihan lain kecuali kembali fokus meluncurkan revolusi. Ia meninggalkan Tiongkok menuju Hawaii dan mendirikan Xingzhonghui, yang berkomitmen untuk merevolusi kemakmuran di Tiongkok. Anggota Xingzhonghui terutama dari kalangan ekspatriat kelas bawah Tiongkok. Pada tahun 1894, Perhimpunan Sastra Furen bergabung ke dalam Xingzhonghui cabang Hong Kong.[34] Sun menjadi sekretaris dan Yeung Ku-wan menjabat sebagai presiden.[39] Mereka menyamarkan kegiatan mereka di Hong Kong dengan menggunakan nama perusahaan Qianheng (乾亨行).[40] Perang Tiongkok-Jepang PertamaPada tahun 1895, Tiongkok menderita kekalahan serius selama Perang Tiongkok-Jepang Pertama. Ada dua jenis tanggapan. Salah satu tanggapan yaitu dari organisasi intelektual yang berpendapat bahwa pemerintah Manchu Qing dapat mengembalikan legitimasinya dengan melakukan modernisasi.[41] Menekankan bahwa menggulingkan Manchu akan mengakibatkan kekacauan dan Tiongkok akan dipecah-belah oleh imperialis. Kaum intelektual seperti Kang Youwei dan Liang Qichao mendukung tanggapan dengan inisiatif melakukan Reformasi Seratus Hari.[41] Di faksi lain, Sun Yat-sen dan tokoh lainnya seperti Zou Rong, menginginkan revolusi untuk menggantikan sistem dinasti dengan sistem negara modern berbentuk republik.[41] Reformasi Seratus Hari ternyata gagal pada tahun 1898.[42] Dari pemberontakan ke pengasinganPemberontakan Guangzhou yang pertamaPada 26 Oktober 1895, bertepatan dengan tahun kedua berdirinya Xingzhonghui, kelompok itu merencanakan untuk melakukan Pemberontakan Guangzhou Pertama terhadap pemerintahan Qing di Guangzhou.[36] Yeung Ku-wan yang akan memimpin pemberontakan mulai dari Hong Kong.[39] Namun, rencana tersebut bocor dan lebih dari 70 orang anggota, termasuk Lu Haodong, ditangkap oleh pemerintahan Qing. Pemberontakan itu gagal. Sun menerima bantuan keuangan dari kakak lelakinya yang tertua Sun Mei, yang menjual sebagian besar lahan peternakannya seluas 48,5 km² termasuk ternak-ternaknya di Hawaii.[17] Selain itu, anggota keluarga dan kerabat dekat Sun juga berlindung di rumah Sun Mei di Kamaole, Kula, Maui.[17][18][19][20] Pengasingan di JepangSun Yat-sen menjalani masa pengasingannya di Jepang. Dia didukung oleh seorang politisi Jepang bernama Tōten Miyazaki. Sebagian besar orang Jepang yang secara aktif bekerja dengan Sun karena termotivasi oleh Pan-Asianisme yang berlawanan dengan Imperialisme Barat.[43] Sewaktu di Jepang, Sun bertemu dan berteman dengan Mariano Ponce, yang di kemudian hari menjadi diplomat Republik Filipina Pertama.[44] Selama Revolusi Filipina dan Perang Filipina-Amerika, Sun membantu Ponce mendapatkan senjata dari Tentara Kekaisaran Jepang dan mengirimkannya ke Filipina. Dengan membantu Republik Filipina, Sun berharap bahwa rakyat Filipina akan menang dalam perang merebut kemerdekaannya sehingga ia dapat menggunakan negara kepulauan itu sebagai titik awal revolusinya nanti. Namun, ketika perang berakhir pada Juli 1902, Amerika muncul sebagai pemenang dalam perang 3 tahun yang pahit melawan Republik Filipina. Oleh sebab itu, mimpi kemerdekaan rakyat Filipina lenyap bersamaan dengan harapan Sun untuk berkolaborasi dengan Filipina guna melakukan revolusi di Tiongkok.[45] Pemberontakan Huizhou di TiongkokPada 22 Oktober 1900, Sun melakukan Revolusi Huizhou dengan menyerang kota Huizhou dan para pejabat otoritas di provinsi Guangdong.[46] Pemberontakan ini terjadi lima tahun setelah pemberontakan Guangzhou yang gagal. Kali ini, Sun meminta bantuan dari pihak Triad.[47] Akhirnya pemberontakan ini juga gagal. Miyazaki, yang turut serta dalam pemberontakan dengan Sun, menulis catatan berkenaan dengan upaya revolusioner ini dengan judul "Mimpi 33 tahun"(三十三年之夢) pada tahun 1902.[48][49] Pengasingan berikutnyaSun menjalani masa pengasingan bukan hanya di Jepang tetapi juga di Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Dia mengumpulkan uang untuk partai revolusionernya guna mendukung pemberontakan-pemberontakan yang dilakukannya di Tiongkok. Sementara aksi-aksi yang mengarah ke sana tidak jelas, pada tahun 1896 Sun Yat-sen ditahan di Kedutaan Besar Tiongkok di London. Dinas rahasia Kekaisaran Qing berencana untuk menyelundupkannya kembali ke Tiongkok untuk dieksekusi karena tindakan-tindakan revolusionernya.[50] Dia dibebaskan 12 hari kemudian setelah melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh James Cantlie, surat kabar The Globe dan The Times serta Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan, sehingga Sun dianggap sebagai pahlawan di Britania Raya.[51] James Cantlie adalah mantan guru Sun di Sekolah Tinggi Kedokteran Tiongkok-Barat, ia tetap bersahabat dengan Sun hingga akhir hayat dan sempat menulis biografi awal tentang Sun.[52] Tiandihui dan perjalanan ke luar negeriSekte "Paguyuban Langit dan Bumi" atau yang disebut Tiandihui sudah ada sejak lama.[53] Sun Yat-sen menggunakan organisasi ini terutama untuk meningkatkan aktvitas perjalanan ke luar negeri guna mendapatkan dukungan keuangan dan sumber daya lebih banyak untuk meluncurkan aksi-aksi revolusinya.[53] Menurut New York Times "Sun Yat-sen meninggalkan desanya di Guangdong, Tiongkok selatan, pada tahun 1879 dan tinggal bersama kakak lelakinya di Hawaii. Dia akhirnya kembali ke Tiongkok dan tinggal Hong Kong pada tahun 1883. Di sanalah dia menerima pendidikan Barat, iman Kristiani, dan uang untuk revolusi."[54] Sun Yat-sen menyadari bahwa Tiongkok perlu berubah. Dia tahu bahwa satu-satunya cara agar Tiongkok bisa berubah dan menjadi modern adalah dengan menggulingkan Dinasti Qing. Menurut Lee Yun-ping, ketua masyarakat sejarah Tiongkok, Sun membutuhkan akta lahir untuk bisa masuk ke Amerika Serikat karena pada saat itu diberlakukan Undang-Undang Eksklusi Tionghoa dan dia bisa ditolak masuk.[55] Dalam upayanya yang pertama untuk memasuki Amerika Serikat, ia ditahan. Ia dibebaskan dengan jaminan 17 hari kemudian.[55] Pada bulan Maret 1904, ketika tinggal di Kula, Maui, Sun Yat-sen memperoleh akta lahir Hawaii yang dikeluarkan oleh Territory of Hawaii. Akta tersebut menyatakan bahwa "ia dilahirkan di Kepulauan Hawaii pada tanggal 24 Nopember 1870".[56][57] Dia membuang akta lahir itu yang telah berhasil membantunya menghindari Undang-Undang Eksklusi Tionghoa.[57] Data resmi Amerika Serikat menunjukkan bahwa Sun memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat, dia pindah ke Tiongkok bersama keluarganya pada usia 4 tahun, setelah itu kembali lagi ke Hawaii 10 tahun kemudian.[58] Revolusi 1911Untuk mendukung lebih banyak pemberontakan, Sun mengajukan permohonan pribadi untuk bantuan keuangan pada konferensi Penang, yang diadakan pada tanggal 13 November 1910 di Malaya.[59] Pertemuan para pendukung Sun kemudian diadakan di Ipoh, Singapura tepatnya di vila Teh Lay Seng, ketua Tungmenghui, untuk mengumpulkan dana bagi Pemberontakan Huanghuagang, yang juga dikenal sebagai Pemberontakan Gundukan Bunga Kuning. Para pentolan di Ipoh antara lain Teh Lay Seng, Wong I Ek, Lee Guan Swee, dan Lee Hau Cheong.[81] Para pemimpin ini meluncurkan penggalangan dana besar-besaran di seluruh Semenanjung Malaya[60] dan mengumpulkan HK$187.000. Pada tanggal 27 April 1911, revolusioner Huang Xing memimpin Pemberontakan Gundukan Bunga Kuning melawan Qing. Pemberontakan tersebut gagal dan berakhir dengan bencana. Hanya 72 jenazah revolusioner yang teridentifikasi dari 86 jenazah yang ditemukan. Kaum revolusioner ini dikenang sebagai martir. Meski pemberontakan yang disebabkan oleh kebocoran ini gagal, namun berhasil memicu tren pemberontakan nasional.[61] Pada tanggal 10 Oktober 1911, Pemberontakan militer Wuchang terjadi dan dipimpin kembali oleh Huang Xing. Pemberontakan meluas hingga Revolusi Xinhai yang nantinya dikenal sebagai "Revolusi Tiongkok", untuk menggulingkan kaisar terakhir, Puyi.[84] Sun tidak terlibat langsung di dalamnya, karena dia berada di Denver, Colorado untuk untuk mencari dukungan dari orang Tionghoa-Amerika di Amerika Serikat. Hal ini membuat Huang bertanggung jawab atas revolusi yang mengakhiri kekuasaan kekaisaran di Tiongkok selama lebih dari 2000 tahun. Pada tanggal 12 Oktober, ketika Sun mengetahui keberhasilan pemberontakan melawan kaisar Qing dari laporan pers, dia kembali ke Tiongkok dari Amerika Serikat dan ditemani oleh penasihat asing terdekatnya, "Jenderal" Homer Lea, seorang petualang yang pernah ditemui Sun di London ketika mereka berusaha mengatur pendanaan Inggris untuk republik Tiongkok di masa depan. Keduanya berlayar ke Tiongkok, tiba di sana pada 21 Desember 1911. Republik China dengan Banyak PemerintahanPemerintahan SementaraPada tanggal 29 Desember 1911, pertemuan perwakilan dari tiap provinsi di Nanjing memilih Sun sebagai presiden sementara.[62] 1 Januari 1912 ditetapkan sebagai zaman kalender republik yang baru. Li Yuanhong diangkat menjadi wakil presiden sementara dan Huang Xing menjadi menteri angkatan darat. Pemerintahan sementara baru untuk Republik Tiongkok telah dibentuk, bersama dengan konstitusi sementara. Sun dipuji karena mendanai revolusi dan menjaga semangat revolusioner tetap hidup, walaupun melalui serangkaian pemberontakan yang gagal. Penggabungan kelompok-kelompok revolusioner yang lebih kecil menjadi satu partai yang koheren memberikan landasan yang lebih baik bagi mereka yang memiliki cita-cita revolusioner yang sama. Di bawah pemerintahan sementara Sun, beberapa inovasi diperkenalkan, seperti sistem kalender yang disebutkan di atas, dan pakaian Zhongshan yang modis. Pemerintahan BeiyangYuan Shikai yang mengendalikan Tentara Beiyang, telah dijanjikan posisi presiden Republik Tiongkok jika dia bisa menggulingkan kekuasaan Qing.[88] Pada 12 Februari 1912, Kaisar turun tahta. Sun mengundurkan diri sebagai presiden, dan Yuan menjadi presiden sementara yang baru di Beijing pada 10 Maret 1912. Pemerintahan sementara tidak memiliki kekuatan militer sendiri. Kekuasaannya atas unsur-unsur tentara baru yang memberontak sangat terbatas, dan kekuatan-kekuatan besar masih belum menyatakan perlawanan terhadap Qing. Sun Yat-sen mengirimkan telegram kepada para pemimpin seluruh provinsi untuk meminta mereka memilih dan membentuk Majelis Nasional Republik Tiongkok pada tahun 1912.[63] Pada bulan Mei 1912, dewan legislatif pindah dari Nanjing ke Beijing, dengan 120 anggotanya terbagi antara anggota Tongmenghui dan partai republik yang mendukung Yuan Shikai.[90] Banyak anggota revolusioner sudah khawatir dengan ambisi Yuan dan pemerintahan Beiyang yang berbasis di utara. Partai Nasionalis baru pada tahun 1912, kegagalan Revolusi Kedua dan pengasingan baruAnggota Tongmenghui, Song Jiaoren dengan cepat mencoba menguasai majelis nasional. Ia memobilisasi Tongmenghui lama sebagai inti dengan penggabungan sejumlah partai kecil baru untuk membentuk partai politik baru, Kuomintang (Partai Nasionalis Tiongkok, biasa disingkat "KMT") pada tanggal 25 Agustus 1912 di Huguang Guild Hall, Beijing. Pemilihan umum Majelis Nasional tahun 1912–1913 dianggap sebagai kesuksesan besar bagi KMT, yang memenangkan 269 dari 596 kursi di majelis rendah dan 123 dari 274 kursi di majelis tinggi. Sebagai pembalasan, pemimpin KMT Song Jiaoren dibunuh, hampir pasti atas perintah rahasia Yuan, pada tanggal 20 Maret 1913. Revolusi Kedua terjadi ketika pasukan militer Sun dan KMT mencoba menggulingkan pasukan Yuan yang berjumlah sekitar 80.000 orang dalam konflik bersenjata pada bulan Juli 1913. Pemberontakan melawan Yuan tidak berhasil. Pada bulan Agustus 1913, Sun melarikan diri ke Jepang, di mana ia kemudian meminta bantuan keuangan dari politisi dan industrialis Fusanosuke Kuhara.[64] Kekacauan Panglima perangPada tahun 1915, Yuan memproklamirkan Kekaisaran Tiongkok dengan dirinya sebagai Kaisar Tiongkok. Sun mengambil bagian dalam Perang Perlindungan Nasional dari Gerakan Perlindungan Konstitusi dan juga mendukung para pemimpin bandit seperti Bai Lang selama Pemberontakan Bai Lang, yang menandai dimulainya Era Panglima Perang. Pada tahun 1915, Sun menulis surat kepada Second Interntaional, sebuah organisasi berbasis sosialis di Paris, dan meminta mereka mengirimkan tim spesialis untuk membantu Tiongkok mendirikan republik sosialis pertama di dunia. Pada tahun yang sama, Sun menerima komunis India M.N. Roy sebagai tamu.[65] Ada banyak teori dan usulan mengenai apa yang bisa dilakukan Tiongkok. Dalam kekacauan politik, Sun Yat-sen dan Xu Shichang diumumkan sebagai presiden Republik Tiongkok.[66] Aliansi dengan Partai Komunis dan Ekspedisi UtaraPemerintahan Militer GuangzhouTiongkok telah terpecah di antara para pemimpin militer daerah. Sun melihat bahaya dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1916 untuk menganjurkan reunifikasi Tiongkok. Pada tahun 1921, ia memulai pemerintahan militer yang memproklamirkan diri di Guangzhou dan terpilih sebagai Grand Marshal.[67] Antara tahun 1912 dan 1927, tiga pemerintahan dibentuk di Tiongkok Selatan: Pemerintahan Sementara di Nanjing (1912), Pemerintahan Militer di Guangzhou (1921–1925), dan Pemerintahan Nasional di Guangzhou dan kemudian di Wuhan (1925–1927). Pemerintahan di selatan dibentuk untuk menyaingi pemerintahan Beiyang di utara.[67] Yuan Shikai telah melarang KMT. Partai Revolusioner Tiongkok yang berumur pendek adalah pengganti sementara KMT. Pada 10 Oktober 1919, Sun menghidupkan kembali KMT dengan nama baru Chung-kuo Kuomintang, atau "Partai Nasionalis Tiongkok". Front Persatuan PertamaSun sekarang yakin bahwa satu-satunya harapan bagi Tiongkok yang bersatu terletak pada penaklukan militer dari basisnya di selatan, diikuti dengan periode pengawasan politik [zh], yang akan mencapai puncaknya pada transisi menuju demokrasi. Untuk mempercepat penaklukan Tiongkok, ia memulai kebijakan kerja sama aktif dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Sun dan Adolph Joffe dari Uni Soviet menandatangani Manifesto Sun-Joffe pada Januari 1923. Sun menerima bantuan dari Komintern atas penerimaan anggota komunis ke dalam KMT-nya. Sun juga mendapat bantuan dari penasihat Soviet Mikhail Borodin, yang digambarkan Sun sebagai "Lafayette"-nya. Pemimpin revolusioner dan sosialis Rusia Vladimir Lenin memuji Sun dan KMT atas ideologi, prinsip, upaya reformasi sosial dan perjuangan melawan imperialisme asing. Sun juga membalas pujian tersebut dengan menyebut Lenin sebagai "orang hebat" dan menyatakan bahwa ia ingin mengikuti jalan yang sama seperti Lenin. Pada tahun 1923, setelah berhubungan dengan Lenin dan komunis Moskow lainnya, Sun mengirimkan perwakilan untuk mempelajari sistem Tentara Merah Soviet, dan pada gilirannya Soviet mengirimkan perwakilan untuk membantu mengatur ulang KMT atas permintaan Sun.[68] Dengan bantuan Soviet, Sun mampu mengembangkan kekuatan militer yang diperlukan untuk Ekspedisi Utara melawan militer di utara. Ia mendirikan Akademi Militer Whampoa dekat Guangzhou dengan Chiang Kai-shek sebagai komandan Tentara Revolusioner Nasional (NRA).[69] Pemimpin Whampoa lainnya termasuk Wang Jingwei dan Hu Hanmin sebagai instruktur politik. Kolaborasi penuh ini disebut Front Persatuan Pertama. Masalah KeuanganPada tahun 1924 Sun menunjuk saudara iparnya T.V. Soong untuk mendirikan bank sentral Tiongkok pertama, Bank Sentral Canton. Membangun kapitalisme nasional dan sistem perbankan adalah tujuan utama KMT.[70] Namun, Sun mendapat tentangan dari Pemberontakan Korps Relawan Pedagang Kanton yang menentang rencananya. Tahun-tahun TerakhirPidato terakhirPada bulan Februari 1923, Sun memberikan presentasi di hadapan Perkumpulan Mahasiswa di Universitas Hong Kong dan menyatakan bahwa korupsi di Tiongkok dan perdamaian, ketertiban dan pemerintahan yang baik di Hong Kong telah mengubahnya menjadi seorang revolusioner. Pada tahun yang sama, ia menyampaikan pidato yang menyatakan Tiga Prinsip Rakyat sebagai dasar negara dan Konstitusi Lima Yuan sebagai pedoman sistem politik dan birokrasi. Sebagian pidatonya dijadikan lirik dalam Lagu Kebangsaan Republik Tiongkok. Pada 10 November 1924, Sun melakukan perjalanan ke utara menuju Tianjin dan menyampaikan pidato yang menyarankan pertemuan "konferensi nasional" bagi rakyat Tiongkok. Dia menyerukan dihentikannya aturan panglima perang dan penghapusan semua perjanjian yang tidak setara dengan negara-negara Barat. Dua hari kemudian, dia melakukan perjalanan ke Beijing untuk membahas masa depan negaranya meskipun kesehatannya memburuk dan perang saudara para panglima perang yang sedang berlangsung. Di antara orang-orang yang ditemuinya adalah panglima perang Muslim Jenderal Ma Fuxiang, yang memberi tahu Sun bahwa dia akan menyambut kepemimpinan Sun. Pada tanggal 28 November 1924 Sun melakukan perjalanan ke Jepang dan memberikan pidato tentang Pan-Asianisme di Kobe, Jepang.[71] Penyakit dan KematianSelama bertahun-tahun, Sun diyakini meninggal karena kanker hati. Pada tanggal 26 Januari 1925, Sun menjalani laparotomi eksplorasi di Rumah Sakit Peking Union Medical College (PUMCH) untuk menyelidiki penyakit jangka panjang. Hal ini dilakukan oleh kepala Departemen Bedah, Adrian S. Taylor, yang menyatakan bahwa prosedur tersebut "mengungkapkan keterlibatan hati yang luas oleh karsinoma" dan menyatakan Sun hanya memiliki waktu sekitar sepuluh hari untuk hidup. Sun dirawat di rumah sakit, dan kondisinya diobati dengan radium. Sun bertahan dalam periode sepuluh hari awal, dan pada tanggal 18 Februari, bertentangan dengan saran dokter, dia dipindahkan ke markas KMT dan dirawat dengan pengobatan tradisional Tiongkok. Cara itu juga tidak berhasil, dan dia meninggal pada tanggal 12 Maret, di usia 58 tahun. Laporan kontemporer di The New York Times, Time dan surat kabar Tiongkok Qun Qiang Bao semuanya melaporkan penyebab kematian sebagai kanker hati, berdasarkan pengamatan Taylor. Ia juga meninggalkan surat wasiat politik singkat (總理遺囑), yang ditulis oleh Wang Jingwei, yang memiliki pengaruh luas dalam perkembangan selanjutnya di Republik Tiongkok dan Taiwan. Jenazahnya kemudian diawetkan dalam minyak mineral dan dibawa ke Kuil Awan Azure, sebuah kuil Buddha di Perbukitan Barat beberapa mil di luar Beijing. Peti mati baja berlapis kaca dikirim oleh Uni Soviet ke Balai Peringatan Sun Yat-sen di Kuil Awan Azure sebagai tempat penyimpanan permanen jenazah tersebut tetapi akhirnya ditolak oleh keluarga karena tidak sesuai dengan budaya mereka.[72] Jenazahnya dibalsem untuk diawetkan oleh Peking Union Medical College yang dilaporkan menjamin pengawetannya selama 150 tahun.[72] Pada tahun 1926, pembangunan makam megah dimulai di kaki Gunung Ungu di Nanjing, yang selesai pada musim semi tahun 1929. Pada tanggal 1 Juni 1929, jenazah Sun dipindahkan dari Beijing dan dikebumikan di Mausoleum Sun Yat-sen. Lihat pula
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Sun Yat-sen.
Referensi
|