Searah jarum jam dari kiri atas: Chiang menginspeksi prajurit Tentara Revolusioner Nasional (TRN); pasukan TRN bergerak ke utara; satu unit artileri TRN terlibat dalam suatu pertempuran dengan panglima perang; rakyat menunjukkan dukungannya kepada TRN; sukarelawan petani bergabung dalam ekspedisi; prajurit TRN bersiap untuk melancarkan serangan.
Ekspedisi Utara, juga dikenal sebagai Mars ke Utara, dimulai dari basis kekuatan KMT di Provinsi Guangdong. Pada tahun 1925, Gerakan 30 Mei mengumumkan rencana untuk mengadakan pemogokan dan protes terhadap imperialisme barat dan para agen panglima perangnya di Tiongkok. Pada saat yang sama Front Persatuan Pertama antara KMT dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dipertanyakan setelah Insiden Kapal Perang Zhongshan pada bulan Maret 1926, dan peristiwa berikutnya menyebabkan Chiang Kai-shek tampil sebagai pemimpin militer tertinggi KMT. Meskipun Chiang meragukan kebijakan Sun Yat-sen terkait aliansi dengan Uni Soviet dan PKT, dia masih membutuhkan bantuan dari Uni Soviet, sehingga dia tidak bisa memutuskan aliansi pada waktu itu.
Pemimpin militer penting dan prajurit terlatih berasal dari Akademi Militer Whampoa, yang didirikan oleh Sun Yat-sen pada tahun 1924. Akademi tersebut menerima semua orang tanpa memandang afiliasi partainya. Keberhasilan Ekspedisi Utara sebagian besar dapat dikaitkan dengan kerja sama militer antara KMT dan PKT.[2] Keharmonisan ini, pada waktu itu, sangat dianjurkan oleh Uni Soviet, yang ingin melihat sebuah Tiongkok bersatu.
Target utama ekspedisi ini adalah tiga panglima perang terkenal jahat dan kuat, yakni Zhang Zuolin yang menguasai Manchuria, Wu Peifu di kawasan Dataran Tengah, dan Sun Chuanfang di pantai timur. Disarankan oleh Jenderal Rusia yang terkenal Vasily Blyukher dengan nama samaran "Galen", komandan KMT/PKT dari Ekspedisi memutuskan untuk menggunakan semua kekuatannya untuk mengalahkan para panglima perang ini satu per satu, pertama Wu, kemudian Sun, dan terakhir Zhang.