Alkitab membuat rujukan kepada berbagai firaun (פַּרְעֹה, /paʁˈʕo/) Mesir. Firaun-firaun tersebut meliputi firaun-firaun yang tak disebutkan namanya dalam catatan saat bangsa Israel bermukim di Mesir, kemudian penindasan bangsa Israel, dan pada masa keluar dari Mesir, serta sejumlah penguasa-penguasa berikutnya.
Firaun dalam sejarah: Taharqa, Necho dan Apries/Hophra
2 Raja–Raja 19:9 dan Yesaya 37:9 menyebut firaun Dinasti ke-25Taharqa (memerintah 690-664 SM) sebagai lawan dari Sanherib dari Asiria. Ia disebut Raja Ethiopia, dan tidak diberi gelar firaun yang ia sematkan dalam dokumen-dokumen Mesir.
2 Raja-raja 17:4 menyatakan bahwa Raja Hosea mengirim surat kepada "So, Raja Mesir". Tidak ada firaun dengan nama tersebut yang dikenal pada masa Hosea (sekitar 730-723 SM),
dimana Mesir memiliki tiga dinasti yang memerintah pada masa tersebut: ke-22 di Tanis, ke-23 di Leontopolis, dan ke-24 di Sais. Meskipun demikian, penguasa tersebut umumnya diidentifikasikan dengan Osorkon IV (730-715 SM) yang memerintah dari Tanis,[1][2] meskipun kemungkinan penulis Alkitab mengacu raja tersebut dengan kotanya dan menyamakan So dengan Sais, yang saat itu diperintah oleh Tefnakht.
Firaun yang tak teridentifikasi
Firaun dalam Kitab Kejadian
Kejadian 12:10–20 menceritakan bagaimana Abraham pindah ke Mesir untuk menghindari masa bencana kelaparan di Kanaan. Firaun yang tak disebutkan namanya mendengar kecantikan istri Abraham Sarah dan, berpikir bahwa ia adalah adik Abraham, sehingga Sarah dijadikan istrinya sendiri. Akibat pernikahan tersebut, Abraham menuntut Firaun dan mengambil ternak dan para pelayannya. Setelah menyadari hubungan Abraham dengan Sarah yang sebenarnya, firaun membebaskannya dan Abraham dan memerintahkan mereka untuk mengemas barang-barang mereka dan meninggalkan Mesir.
Ayat terakhir dari Kitab Kejadian (Kejadian 37–50) menceritakan bagaimana Yusuf, putra Yakub/Israel, mula-mula dijual oleh abang-abangnya menjadi budak Mesir namun diangkat oleh Firaun yang tidak disebutkan namanya menjadi wakil raja Mesir dan diberi ijin untuk mengirim ayahnya, abang-abangnya, dan keluarganya ke Mesir dan tinggal di Tanah Goshen (timur Delta Nil yang sekarang berada di sekitaran Faqus).
Alkitab mengisahkan bagaimana bangsa Israel diperbudak di Mesir dan kemudian kabur di bawah pimpinan Musa. Sekitar satu atau dua firaun terlibat, "firaun penindas" yang memperbudak bangsa Israel, dan "firaun eksodus" pada saat bangsa Israel kabur. Kisah Alkitab tersebut berasal dari penulisan Taurat itu sendiri, tidak ada nama atau informasi yang diberikan untuk mengidentifikasikan masa dimana peristiwa tersebut terjadi. Terdapat beberapa pendapat bahwa beberapa penguasa Mesir terlibat. Taurat Lisan dan sumber-sumber Rabbinik menyatakan bahwa Bait Allah Pertama berdiri selama 410 tahun dan Seder Olam Rabbah (sekitar abad ke-2 Masehi) dibangun pada 832 SM dan hancur pada 422 SM (3338 AM), 165 tahun lebih maju ketimbang prakiraan sekuler. Seder Olam Rabbah menandakan peristiwa Eksodus terjadi pada tahun 2448 AM (1313 SM). Tanggal tersebut menjadi tradisional dalam Yudaisme Rabbinik.[4]1 Raja–Raja 6:1 menyatakan bahwa Eksodus terjadi 480 tahun sebelum pembangunan Bait Salomo, yang bila diimplikasikan ke dalam penanggalan sekuler menjadi sekitar 1477 SM, atau tanggal rabbinik 2448 AM (1313 SM), keduanya pada masa Dinasti Kedelapan Belas Mesir, yang pertama pada masa permulaannya dan yang terakhir pada masa akhirnya.[5] Selain itu, dinasti ke-18 merupakan awal Kerajaan Mesir Baru, yang disusul pengusiran Hyksos dan raja terakhir mereka Khamudi (sekitar 1522 atau 1540 SM) dari Avaris di kawasan timur laut Delta Nil, menandai akhir Periode Intermediasi Kedua.[6]
^Darrell D. Baker: The Encyclopedia of the Pharaohs: Volume I - Predynastic to the Twentieth Dynasty 3300–1069 BC, Stacey International, ISBN 978-1-905299-37-9, 2008, p. 174