Ekasari, Melaya, Jembrana

8°15′44″S 114°31′54″E / 8.262219°S 114.531533°E / -8.262219; 114.531533

Ekasari
ᬏᬓᬲ​ᬭᬶ
Dari atas ke bawah; kiri ke kanan: Gereja Hati Kudus Yesus, Palasari, Perarakan Santa Perawan Maria Ratu Rosario pada Bulan Maria, Tugu Pancasila di Catus Patha, dan Gedung Pastoran Paroki.
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenJembrana
KecamatanMelaya
Kode pos
82252
Kode Kemendagri51.01.04.2004
Luas15,26 km²[1]
Jumlah penduduk5.195 jiwa (2024) [2]
Kepadatan340 jiwa/km² (2024)
Jumlah RW10 banjar
Jumlah KK1.308 [3]
Peta
PetaKoordinat: 8°15′43.988″S 114°31′53.519″E / 8.26221889°S 114.53153306°E / -8.26221889; 114.53153306


Desa Ekasari (bahasa Bali: ᬤᬾᬲ ᬏᬓᬲ​ᬭᬶ᭟​, translit. Déṣa Ekasaŕi) adalah desa yang berada di kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, Indonesia.[4][5]Di desa ini menjadi salah satu desa transmigran dari daerah lain di Bali yang dilihat dari sisi sejarahnya, kemudian Desa ini terkenal akan wisatanya dengan terdapat Gua Maria Palasari yang terkenal dikalangan umat katholik Bali dan Bendungan Palasari.

Sejarah

Tahun 1934

Pada tahun 1934, daerah ini telah dihuni oleh sekelompok kecil masyarakat yang terdiri dari 14 Kepala Keluarga (KK). Mereka ini merupakan transmigran lokal perdana yang memasuki daerah ini, berasal dari Desa Baluk Kecamatan Negara, dibawah pimpinan alm. Pan Gambar. Akhirnya, mereka berhasil membangun sebuah desa yang kemudian diberi nama Palalinggah.

Tahun 1940

Berselang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 24 September 1940, datanglah sejumlah 24 Kepala Keluarga (KK) dibawah pimpinan Almarhum G. I Gusti Kompiang Djiwa, bersama seorang misionaris yaitu alm. Pastor Simon Bois SVD . Kedatangan kelompok ini di daerah ini adalah berkat permohonan Pastor Simon Bois SVD kepada Paruman Agung Dewan Raja-Raja di Bali.

Tahun 1941

Pada tahun 1941, datang menyusul kelompok baru yang berasal dari Daerah Kabupaten Karangasem, sebanyak 20 KK, dibawah pimpinan I Made Hapian. Mereka mendirikan sebuah banjar/pemukiman di penghujung barat daerah ini. Daerah yang dibangun ini diberi nama Karangsari, yaitu dari nama daerah asal mereka yaitu Kabupaten Karangasem, disertai ciri khas adat istiadat mereka yang cukup kuat dan khas, dan sebagai Kelian Banjar dipilih alm. Gurun Pager.

Tahun 1942

Sebagai akibat berkecambuknya Perang Asia Timur Raya pada tahun 1942, maka rakyat di Desa Abiansemal dan Blahkiuh yang termasuk dalam kekuasaan Mengwi, sangat menderita, terutama karena sulitnya keadaan ekonomi masyarakat. Akibat tekanan ekonomi yang berat tersebut, atas prakarsa Anak Agung Ngurah Kediri, yang telah didukung oleh beberapa penduduk, mengajukan permohonan kepada Paruman Agung Dewan Raja-Raja di Bali, agar bisa mendapatkan tanah garapan di Daerah Jembrana dan Dewan tersebut menyetujui permohonan itu.

Tahun 1944

Tempat yang baru berkembang ini terdengar hingga Jawa Timur dan pada tahun 1944, datang sejumlah 40 orang/kepala keluarga (KK) dari para pendatangKabupaten Jember dan Banyuwangi, dibawah pimpinan alm. Bapak Katijah. Mereka mendapat lokasi tanah pertanian dan pemukiman di sebelah timur Desa Palasari.

Para perintis yang pertama, yang tetap di Desa Palalinggah, mengatakan bahwa di lokasi ini terdapat sebatang pohon pala yang sangat besar. Setiap kali mereka pergi ke kawasan hutan pala, mereka mengatakan "Palarejo". Kata Palarejo sendiri diambil dari kata "Pala" yang berarti kepala atau pusat, sedangkan "Rejo" berarti Ramai, karena para pendahulu tersebut sudah meramal dan memperkirakan bahwa daerah bekas kawasan hutan pala yang lebat ini akan menjadi pusat yang ramai dikunjungi oleh para kepala/pimpinan.

Selama pendudukan Jepang, masyarakat Palalinggah diperintahkan secara paksa menebang pohon pala dan memikul batang pohon yang sudah ditebang itu beramai-ramai hingga di dermaga Candikusuma.[6]

Tahun 1947

Pada tahun 1947, Palasari telah memiliki 88 KK. Mengingat lokasi semula yaitu Palasari Lama kurang memenuhi syarat, maka diputuskan untuk pindah ke lokasi Palasari yang sekarang. Palasari kemudian dikukuhkan sebagai desa yang memiliki pemerintahan sendiri dengan Alm. G. I Gusti Kompiang Djiwa sebagai Kepala Desa dan Pan Gambar sebagai Kelian Banjar.

Beberapa saat kemudian, pada tahun itu juga menyusul rombongan baru dari Desa Abiansemal sebanyak 25 KK dibawah Pimpinan alm. Anak Agung Made Kaler, mereka menggabungkan diri dengan kelompok terdahulu. daerah pemukiman ini kemudian diberi nama Adnyasari. Nama ini diambil dari kata Adnyana dan Ssari, yang berarti Sarining Adnyana atau Inti Sari Pikiran, kemudian mereka membentuk susunan Pemerintahan sebagai berikut :

  • Kepala Desa               : alm. Anak Agung Ngurah Kediri.
  • Kelian Desa                : alm. I Gusti Ngruah Pegig.
  • Kelian Banjar             : alm. Dewa Ketut Kelinyar.

Tahun 1989

Para Petinggi Indonesia maupun Daerah melakukan peresmian Bendungan Palasari tanggal 23 Juli 1989. Dan sampai sekarangpun menjadi pusat yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.[7]

Geografi

Desa Ekasari memiliki luas sebesar 1.520,44 Ha atau 15,2 km². dari sisi ketinggian tanah merupakan daerah di dataran tinggi dengan 60 Mdpal, terletak dengan jarak orbitasi desa dengan kantor camat (Desa Melaya) 7  Km, jarak dengan Kota Negara adalah 23 Km, dan jarak dengan Kota Denpasar adalah 117 Km.

Batas Wilayah

Utara Desa Sumberkima, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng
Timur Desa Warnasari, Kec. Melaya
Selatan Desa Nusasari, Kec. Melaya
Barat daya Desa Melaya, Kec. Melaya
Barat Desa Blimbingsari, Kec. Melaya

Topografi

Topografi  (meter)
Titik Tertinggi Titik Terendah Jarak antara tertinggi dan terendah Rata-rata Kemiringan Tanah
322 3 8 2.60

Demografi

Kependudukan

Pada semester 1 tahun 2024, jumlah penduduk Desa Ekasari menurut Data Kementerian Dalam Negeri sebanyak 5.195 jiwa. Terdapat 1.308 Kepala Keluarga (KK), perpindahan penduduk sebanyak 26 orang, serta terdapat 1 orang yang meninggal dunia. Selain itu, Desa Ekasari memiliki rincian penduduk menurut jenis kelamin dengan laki-laki sebanyak 2.614 jiwa dan perempuan sebanyak 2.581 jiwa.

Kemudian status perkawinan di Desa Ekasari menunjukkan bahwa terdapat 2.190 orang yang belum kawin, 2.658 orang yang sudah kawin, 45 orang yang berstatus cerai hidup, dan 302 orang yang berstatus cerai mati.[8]

Penduduk desa Ekasari sampai dengan tahun 2016 berjumlah 4.628 jiwa terdiri dari 2.308 laki-laki dan 2.320 perempuan dengan sex rasio 99,48.[1] Pada tahun 2010, terdapat 4.025 jiwa penduduk Desa Ekasari menurut data BPS.[9]

Data Kependudukan di Desa Dinas Ekasari pada tahun 2022
Banjar Luas

Wilayah (Km2)

Jumlah KK WNI WNA Keterangan
L P L + P

L

P

L+P

WNI + WNA
Palarejo 171,103 113 252 226 478 - - - 478
Palasari 124,48 132 247 274 521 1 - 1 522
Wargasari 96,585 104 180 185 365 - - - 365
Parwatasari 219,995 126 239 220 459 - - - 459
Wanasari 170,16 91 213 227 430 - - - 430
Sadnyasari 204,385 150 315 314 629 - - - 629
Anggasari 253,63 152 333 326 659 - - - 659
Adnyasari                       89,962 173 361 375 736 - - - 736
Palalinggah 122,73 149 290 289 579 - - - 579
Karangsari 72,99 76 164 153 317 - - - 317
Desa Ekasari
2022 1.2526,020 1.267 2.594 2.579 5.173 5.174
2021 1.526,020 1.260 2.599 2.590 5.189 5.190

Sumber : Seksi Pemerintahan Desa Ekasari

Agama

Agama di Desa Ekasari (2024)

  Islam (2.5%)
  Kristen Katholik (23.2%)
  Hindu (73.8%)
  Buddha (0.01%)

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri semester 1 tahun 2024, sebanyak 73,8% penduduk Desa Ekasari menganut agama Hindu. Kemudian penduduk yang beragama Islam sebanyak 2,5%. Selebihnya beragama Kristen sebanyak 23,5%, dimana Protestan sebanyak 0,3% dan Katolik sebanyak 23,2%. Penduduk yang beragama Buddha sebanyak 0,01%.

Agama Jumlah Jiwa % Keterangan
Islam 130 2,5% Mayoritas tinggal di Banjar Palarejo
Kristen Protestan 19 0,3%
Kristen Katholik 1.207 23,2% Terdapat 1 Gereja Paroki
Hindu 3.838 73,8%
Buddha 1 0,01
Konghucu - -
Kepercayaan terhadap Tuhan YME - -
Desa Ekasari 5.195 100%

Pemerintahan

Desa & Banjar Dinas

Desa Dinas Ekasari terdapat 10 banjar dinas yang dinaungi nya. berikut data nama-nama banjar dinas dalam tabel berikut.

Perbekel/ Lurah Banjar Dinas/ Lingkungan Kelian Dinas Keterangan
I Gede Puja 1   Br. Palarejo I Kade Suarta
2   Br. Palasari I Ketut Warnanto
3   Br. Wargasari A.Wayan Adhi Susanto
4   Br. Parwatasari M.M.Ni  Nyoman Sumiati
5   Br. Wanasari I Made  Karta
6   Br. Sadnyasari Kade Alit Yudana
7   Br. Anggasari I Putu Suyasa
8   Br. Adnyasari I Ketut Sepiana
9   Br. Palalinggah I Putu Agus Suryawan
10 Br. Karangsari I Gede Eka Purawan

Desa & Banjar Adat

Desa Dinas Ekasari memiliki 2 desa adat yakni Ekasari dan Palalinggah dengan banjar adat didalamnya. Berikut data desa/banjar adat di Desa Dinas Ekasari.

No Desa Adat Bendesa Banjar Adat Kelian Adat Keterangan
1. Ekasari I Wayan Winara 1   Karang Sari I Wayan Jatiana
2   Dana Sari I Ketut Darsana
3   Anggasari I Ketut Mulyana
4   Sadnyasari I Nyoman Suanda
5   Wanasari I Ketut Murta
6   Dukuh Sari I Ketut Paing
7   Punia Sari I Ketut Cemeng
2. Palalinggah I Putu Karmita 1   Palalinggah Kaja I Kadek Budi Utama
2   Palalinggah Kelod I Made Budiana Arisa

Sumber : Seksi Sosial Budaya Desa Ekasari

Pariwisata

Religi

Pura Dalem Pingit Desa Pakraman Ekasari

Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus, Palasari

Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Palasari ini terletak 1 Km dari kantor Desa Dinas Ekasari, 10 Km dari ibukota kecamatan dan 25 km dari kota Negara. Dari sisi letaknya gereja ini berada di atas bukit, untuk arsitekturnya terdapat perpaduan antara arsitektur Bali dan Eropa sebagai inkulturasi. Bagian tangga halaman depan gereja terdapat berbagai patung santo dan rasul, pada hari besar seperti Paskah dan Natal gereja ini berhiaskan itu penjor, gebogan, dan payung (tedung).[10]

Gua Maria Palasari

Gua Maria ini bernama ‘Palinggih Ida Kaniaka Maria’ yang berarti 'tempat suci bagi Bunda Maria', terletak di Banjar Palasari yang dibangun pada tahun 1962. Gua Maria ini diberkati oleh Uskup Denpasar Mgr Vitalis Djebarus, SVD (alm), lebih lanjut oleh Uskup Mgr DR Benyamin Yosep Bria, PR (alm).[11]

Pura Beji Agung Karangsari

Pemakaman Pastor dan Uskup Keuskupan Denpasar

Alam

Bendungan Palasari

Kampoeng Palarejo

Wisata ini terletak di Banjar Palarejo (berdekatan dengan Bendungan Palasari).

Agrowisata

Di desa ini terdapat perkebunan tanaman kakao, kemudian wisatawan bisa melihat proses pembuatan cokelat mulai dari on farm hingga pengolahan. Selain itu, wisatawan tidak hanya melihat saja, tetapi bisa membuat langsung cokelat dan melakukan fermentasi.[12]

Referensi

  1. ^ a b "Kecamatan Melaya dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diakses tanggal 4 Oktober 2019. 
  2. ^ https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
  3. ^ https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
  4. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  5. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  6. ^ "Bali Xperience". baliexperience.co.id. Diakses tanggal 2025-01-17. 
  7. ^ "Desa Ekasari, Bali: SEJARAH SINGKAT DESA EKASARI". Desa Ekasari, Bali. Rabu, 05 Agustus 2015. Diakses tanggal 2025-01-17. 
  8. ^ "Visualisasi Data Kependudukan". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2025-01-17. 
  9. ^ "Wayback Machine" (PDF). www.bps.go.id. Diakses tanggal 2025-01-17. 
  10. ^ "Paroki Hati Kudus Yesus Palasari: Antara Eropa dan Bali". HIDUPKATOLIK.com. 2019-02-14. Diakses tanggal 2025-01-17. 
  11. ^ "Sentuhan budaya Bali di Gereja Palasari". SINDOnews Nasional. Diakses tanggal 2025-01-17. 
  12. ^ "Desa Wisata Ekasari". jadesta.kemenparekraf.go.id. Diakses tanggal 2025-01-17. 

Pranala luar