Penjor (bahasa Bali: ᬧᬾᬜ᭄ᬚᭀᬃ) merupakan simbol dari Naga Basuki yang artinya kesejahteraan dan kemakmuran.[1] Bagi umat Hindu di Bali penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci.
Penjor seyogya dipasang tepat pada hari penampahan galungan, setelah jam 12 siang. Hal ini bermakna ketika hari raya penampahan galungan kita sebagai manusia berperang melawan pikiran yang kotor, berperang melawan sifat negatif, dan sifat ego. Setelah berhasil memenangkan perperangan melawan pikiran serta sifat-sifat tersebut maka sebagai pertanda kemenangan dipasanglah penjor sebagai simbol "kemenangan".
Unsur-unsur Penjor
Didalam lontar Tutur Dewi Tapini juga telah disebutkan bahwa setiap unsur dalam penjor melambangkan simbol-simbol suci yaitu sebagai berikut.[2]
Bambu sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma
Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra
Kain Kuning dan Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara
Pala Bungkah dan Pala Gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu
Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa Sambu
Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri
Kain Putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara
Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa
Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sradha Siwa dan Parama Siwa
Jenis Penjor
Masyarakat Hindu di Bali mengenal 2 tipe penjor, yaitu;[3]
Penjor Sakral merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan, contohnya upacara Galungan dan piodalan di pura-pura.
Penjor Hiasan merupakan bagian dari suatu acara yang tidak ada hubungannya dengan upacara keagamaan, contohnya sebagai hiasan lomba desa dan pesta kesenian.