Deus caritas est
Deus Caritas Est adalah ensiklik pertama yang ditulis oleh Paus Benediktus XVI. Ensiklik ini dikeluarkan pada 25 Januari 2006 dalam delapan bahasa, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Latin, Polandia, Portugis dan Spanyol. Dalam 42 alinea dan lebih dari 70 halaman, ensiklik ini merefleksikan konsep tentang eros (cinta seksual), agape (kasih tanpa syarat), logos (firman atau sabda), dan hubungannya masing-masing dengan pengajaran Yesus Kristus. Paruhan pertamanya konon ditulis oleh Paus Benediktus dalam bahasa Jerman pada musim panas 2005, dan paruhan keduanya diambil dari tulisan-tulisan yang tak terselesaikan dari pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II. Dokumen ini ditandatangani oleh Paus Benediktus pada hari Natal, 25 Desember 2005.[1] Beberapa laporan menyebutkan bahwa penundaannya disebabkan oleh masalah penerjemahan teks aslinya dalam bahasa Jerman ke dalam bahasa Latin; yang lainnya mengatakan terjadi pertikaian di lingkungan Vatikan tentang kata-kata yang tepat dalam dokumen itu.[2][3] JudulJudul ensiklik ini diambil dari terjemahan bahasa Latin Surat Yohanes yang Pertama, pasal 4, ayat 16 (seperti, misalnya, dalam Vulgata [4]). Ini adalah terjemahan langsung dari aslinya dalam bahasa Yunani, "Ὁ Θεὸς ἀγάπη ἐστι".[5] Menurut versi Douay Rheims, judulnya diterjemahkan menjadi "God is charity" (Allah itu murah hati).[6] Namun, Takhta Suci menggunakan versi New American Bible untuk terjemahan kutipan ini, yang bunyinya menjadi "God is love" (Allah adalah kasih).[7] Oleh Lembaga Alkitab Indonesia, kalimat ini juga diterjemahkan sebagai "Allah adalah kasih". IsiDalam 42 alinea dan lebih dari 70 halaman, ensiklik ini merefleksikan konsep tentang eros (cinta seksual), agape (kasih tanpa syarat), logos (firman), dan hubungannya masing-masing dengan pengajaran Yesus Kristus. Dokumen ini menjelaskan bahwa eros dan agape pada dasarnya kedua-duanya baik, namun eros mengandung risiko direndahkan hingga menjadi seks saja bila tidak diimbangi dengan suatu unsur spiritual Kristen. Pandangan bahwa eros pada dasarnya baik berlawanan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Anders Nygren, seorang uskup Lutheran, dalam bukunya pada awal abad ke-20, Eros and Agape, bahwa agape itulah satu-satunya bentuk cinta-kasih Kristen yang sejati, dan bahwa eros (suatu ungkapan dari hasrat individu) membawa kita jauh dari Allah.[8] Paruhan pertama dari ensiklik ini lebih bersifat filosofis, menelusuri makna kata "cinta kasih". Dalam bahasannya tentang eros, ensiklik ini mengacu kepada sebuah ungkapan dari tulisan Virgil Eclogues, Kitab X, baris 69, "Omnia vincit amor, et nos cedamus amori" ("Kasih mengalahkan segalanya, marilah kita pun takluk kepada kasih"), dan pandangan Friedrich Nietzsche bahwa agama Kristen telah meracuni eros, dan mengubahnya menjadi suatu kejahatan. Ensiklik ini juga mengacu kepada cinta antara laki-laki dan perempuan yang diperlihatkan dalam Kidung Agung, dan menganalisis ayat-ayat dari Surat Yohanes yang Pertama yang mengilhami judulnya. Paruhan keduanya, berdasarkan laporan yang disiapkan oleh Dewan Kepausan Cor Unum, lebih bersifat praktis, mempertimbangkan kegiatan-kegiatan amal Gereja sebagai ungkapan cinta-kasih, dan mengacu kepada tiga tanggung jawab gereja: memberitakan firman Allah (kerygma-marturia), merayakan sakramen (leitourgia), dan melaksanakan pelayanan kemurahan hati (diakonia). Alinea terakhirnya diilhami oleh buku Dante Alighieri Divine Comedy (khususnya canto terakhir dari "Paradise", yang berakhir sebelum "Terang yang kekal, yaitu Allah sendiri, di hadapan Terang itu yang pada saat yang sama adalah cinta-kasih yang menggerakkan matahari dan bintang-bintang lainnya"),[9] sebelum menutupnya dengan memperhatikan teladan orang-orang kudus, dan menutupnya dengan doa kepada Perawan Maria. Peristiwa-peristiwa lainnyaDalam suatu audiensi pada 18 Januari 2006, Paus Benediktus mengatakan bahwa Gereja akan mendiskusikan konsep tentang cinta-kasih "dalam berbagai dimensinya" dari "cinta antara laki-laki dan perempuan hingga cinta kasih yang Gereja Katolik miliki bagi orang lain yang diungkapkannya dalam bentuk kemurahan hati". Vatikan, melalui Dewan Kepausan Cor Unum, mensponsori sebuah konferensi di Roma untuk membahas tema ensiklik ini pada 23 Januari dan 24 Januari 2006, yang melibatkan Liliana Cavani (sutradara film, antara lain The Night Porter dan Ripley's Game) dan James Wolfensohn (bekas direktur Bank Dunia).[10] Referensi
Pranala luar
|