Pada 26 Maret 1841, William Henry Harrison menjadi sakit karena dingin. Menurut kesalahan pernyataan medis pada waktu itu, penyakitnya diyakini secara langsung disebabkan oleh cuaca buruk saat pelantikannya; namun, sakit Harrison tidak datang sampai lebih dari tiga minggu setelah acara tersebut. Hawa dingin memburuk, yang dengan cepat berkembang menjadi pneumonia dan pleurisi.[12] Ia memutuskan untuk beristirahat di Gedung Putih, tetapi tidak mendapatkan ruangan tenang karena banyaknya kerumunan dari pejabat publik. Jadwal sosialnya yang makin sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang.[13]
Para dokter Harrison berusaha untuk membuat obatnya dengan cara memakai candu, minyak castor, lintah, dan akar ular Virginia. Namun, pengobatan tersebut hanya membuat Harrison memburuk, dan ia menjadi sekarat. Ia meninggal sembilan hari setelah sakit,[14] pada pukul 12:30 am pada 4 April 1841, akibat pneumonia, jaundice, dan kelebihan septicemia. Ia menjadi presiden Amerika Serikat pertama yang meninggal saat menjabat. Kata-kata terakhirnya diutarakan kepada dokternya, tetapi ditujukan kepada John Tyler, "Tuan, Saya ingin kamu memahami prinsip-prinsip pemerintahan yang sebenarnya. Aku harap mereka mempedulikannya. Aku tidak minta lebih." Harrison memegang masa jabatan terpendek dari presiden Amerika manapun: 4 Maret – 4 April 1841, 30 hari, 12 jam, dan 30 menit.[15][16]
Sebab kematian Zachary Taylor tak sepenuhnya diketahui.[19] Pada 4 Juli 1850, Taylor diketahui menyantap air es, susu dingin, apel hijau, dan ceri setelah menghadiri perayaan hari raya dan memimpin peletakan batu pertama Monumen Washington.[20] Pada sore yang sama, ia terserang penyakit dengan sebab yang tidak diketahui. Para dokter menggunakan pengobatan populer pada masa itu. Taylor meninggal di Gedung Putih pada pukul 22:35 pada 9 Juli, lima hari setelah sakit.[21] Laporan pada masa itu menyatakan bahwa penyebab kematiannya adalah "diare atau kolera".[22]
Setelah kematiannya, rumor mulai muncul yang menyatakan bahwa Taylor diracun oleh orang Kawasan Selatan yang pro-perbudakan, dan teori-teori serupa muncul pada abad kedua puluh.[23] Jenazahnya diangkat dan dibawa ke Kantor Kepala Penelitian Kedokteran Kentucky pada 17 Juni 1991. Analisis aktivasi Neutron dilakukan di Laboratorium Nasional Oak Ridge menyatakan tidak ada bukti diracuni, karena tingkat arsenik-nya terlalu rendah.[24][25] Analisis menyatakan bahwa Taylor terkena "morbus kolera, atau gastroenteritis akut", akibat makanan atau minumannya terkontaminasi.[26]
Taylor disemayamkan ke Pemakaman Umum Congressional Cemetery, Washington, D.C. dari 13 Juli 1850 sampai 25 Oktober 1850. (Tempat tersebut dibangun pada 1835 untuk menyemayamkan jasad-jasad orang terkenal sampai tempat makamnya disiapkan atau dibawa ke kota lainnya.) Jenazahnya dibawa ke tempat dimana orangtuanya dikuburkan, di tempat pemakaman lama Taylor yang dikenal sebagai 'Springfield' di Louisville, Kentucky.[27]
Lincoln ditembak sekali di belakang kepalanya saat menonton permainan panggung Our American Cousin dengan istrinya Mary Todd Lincoln di Ford's Theatre, Washington, D.C. sekitar pukul 22:15 pada malam 14 April 1865.[33] Seorang dokter bedah tentara yang berada di Ford's, Dokter Charles Leale, menyatakan bahwa Lincoln mengalami luka berat.[34] Presiden kemudian dilarikan ke sepanjang jalan dari teater sampai Petersen Boarding House,[35] dimana ia meninggal pada pagi berikutnya pukul 7:22 tanggal 15 April.[36]
PembunuhanJames A. Garfield terjadi di Washington, D.C. pada 2 Juli 1881. Garfield ditembak oleh Charles J. Guiteau pada pukul 9:30, kurang dari empat bulan masa jabatan Garfield sebagai Presiden Amerika Serikat ke-20. Garfield meninggal sebelas minggu kemudian pada 19 September 1881. Wakil Presiden, Chester A. Arthur, menggantikan Garfield sebagai Presiden. Garfield juga orang yang bertahap hidup terlama setelah ditembak ketimbang Presiden lainnya. Garfield dijadwalkan meninggalkan Washington pada 2 Juli 1881 untuk liburan musim panas.[39] Pada hari itu, Guiteau memergoki Presiden di Stasiun Kereta Api Baltimore dan Potomac, yang sekarang berada di barat daya Sixth Street dan Constitution Avenue NW, Washington, D.C.[40]
Presiden Garfield datang ke Sixth Street Station pada perjalanannya menuju alma maternya, Williams College, dimana ia dijadwalkan memberikan sebuah pidato. Garfield ditemani oleh dua putranya, James dan Harry, dan Sekretaris NegaraBlaine. Sekretaris PerangRobert Todd Lincoln menunggu di stasiun tersebut untuk menyaksikan Presiden keluar.[41] Garfield tak memiliki penjaga keamanan atau detail keamanan; dengan pengecualian Abraham Lincoln saat Perang Saudara, presiden-presiden AS awal tak pernah menggunakan penjagaan apapun.[42]
Saat Presiden Garfield masuk ruang tunggu stasiun tersebut, Guiteau melangkah maju dan menembak dari belakang. "Allahku, apa itu?" kata Garfield sambil menangis dan memegang lengannya. Guiteau menembak lagi dan Garfield pingsan.[43] Satu peluru mengenai pundak Garfield; yang lainnya mengenai punggungnya, mengenai tulang punggung namun menghilang di sumsum tulang belakang sebelum menyerang bagian lainnya di belakang pankreasnya.[44]
Garfield, yang masih sadar namun panik, dilarikan ke lantai atas stasiun kereta tersebut.[45] Satu peluru masih bersarang di badannya, tetapi para dokter tidak menemukannya.[46] Jim Garfield dan James Blaine terkejut dan menangis. Robert Todd Lincoln, yang sangat tertekan dan memikirkan kembali kematian ayahnya Abraham Lincoln, berkata "Bagaimana beberapa jam kesedihan Aku lewati di kota ini."[46]
Garfield dilarikan lagi ke Gedung Putih. Meskipun para dokter berkata bahwa ia tidak dapat diselamatkan, Presiden masih sadar dan waspada.[47] Pada pagi berikutnya, ia menunjukkan tanda-tanda membaik dan para dokter mulai mengharapkan terjadinya pemulihan.[48] Perawatan jangka panjang dimulai. Para dokter Garfielf giar mengeluarkan kabar kepada masyarakat Amerika sepanjang musim panas 1881.[49][50] Kondisinya meningkat. Gejala demam muncul. Garfield berusaha untuk tetap menerima makanan padat dan menjalani sebagian besar musim panas dengan sedikit menyantap makanan, dan yang hanya cairan.[51]
Garfield giat mengunjungi kota pantai Long Branch, NJ, salah satu tempat liburan musim panas utama di negara tersebut sampai Perang Dunia I. Pada awal September, ia memutuskan untuk pergi ke Elberon, sebuah kota pantai yang terletak di selatan Long Branch, dengan harapan udara di pantai tersebut dapat membantunya pulih. Saat mereka mendengar bahwa presiden berkunjung ke kota mereka, para warga lokal membangun lebih dari satu setengah mil jalan dalam waktu kurang dari 24 jam, yang membantu Garfield berjalan langsung menuju ke pintu pondok Franklyn depan samudera, ketimbang dibawa oleh kendaraan dari stasiun kereta Elberon lokal. Namun, Garfield meninggal 12 hari kemudian. Sebuah nisan granit di makam Garfield Rd mengidentifikasikan bekas tempat pondok tersebut, yang dihancurkan pada 1950.
Chester Arthur berada di rumahnya di New York City pada malam 19 September, saat datangnya kabar bahwa Garfield telah meninggal. Setelah mendapatkan kabar tersebut, Arthur berkata "Aku berharap—ya Allah, Aku lakukan harapan yang merupakan sebuah langkah yang salah." Namun konfirmasi dari telegram datang setelahnya. Arthur mengambil sumpah jabatan presidensial, yang dipimpin oleh hakim Pengadilan Tinggi New York, yang saat itu pergi ke Long Branch untuk menyatakan belasungkawa sebelum datang ke Washington.[52] Jenazah Garfield dibawa ke Washington, dimana masa berkabung dilakukan selama dua hari di Capitol Rotunda sebelum dibawa ke Cleveland, dimana pemakaman diadakan pada 26 September.[53]
Czolgosz telah kehilangan pekerjaannya pada masa Kepanikan 1893 dan beralih menjadi anarkisme, sebuah filsafat politik yang para pengikutnya diperbolehkan untuk membunuh para pemimpin asing.[57] Menganggap McKinley sebagai lambang penindasan, Czolgosz merasa bahwa tugasnya sebagai seorang anarkis adalah untuk membunuhnya.[58] Tidak dapat mendekati McKinley saat bhagian awal kunjungan presidensialnya, Czolgosz menembak McKinley sebanyak dua kali saat Presiden bersalaman dengannya dalam sebuah barisan resepsi di tempat tersebut. Satu peluru mengenai McKinley; yang lainnya mengenai abdomen-nya dan tak pernah ditemukan.[8]
McKinley awalnya terlihat pulih, tetapi kembali memburuk pada 13 September karena luka-lukanya menjadi gangren, dan meninggal pada pagi berikutnya; Wakil PresidenTheodore Roosevelt menggantikannya, Roosevelt sedang mendaki di dekat puncak Gunung Marcy, kawasan Adirondack, negara bagian New York, saat seseorang mengabarkannya kabar buruk tersebut.[59] Setelah pembunuhan McKinley, dimana Czolgosz dihukum mati di kursi listrik, Kongres Amerika Serikat mengesahkan legislasi yang meresmikan dibentuknya Secret Service dengan tugas melindungi presiden.[60]
1923: Warren G. Harding
Warren G. Harding meninggal karena serangan jantung mendadak di kamar hotelnya saat berkunjung ke San Francisco pada sekitar pukul 19:35 pada 2 Agustus 1923. Kematiannya dengan cepat berujung pada teori-teori bahwa ia telah diracun[61] atau melakukan bunuh diri. Rumor diracun sebagian disinggung oleh sebuah buku berjudul The Strange Death of President Harding, dimana pengarangnya (penjahat terdakwa, mantan anggota Ohio Gang, dan detektif Gaston Means, yang mengaku disuruh oleh istri Harding untuk menyelidiki Warren Harding dan gundiknya) berpendapat bahwa istri Harding telah meracun suaminya setelah mengetahui perselingkuhan suaminya. Istri Harding menolak otopsi terhadap Presiden Harding hanya atas dasar spekulasi tersebut. Namun, menurut para dokter yang menemui Harding, gejala-gejala pada hari-hari sebelum kematiannya semua tertuju pada gagal jantung. Biografer Harding, Samuel H. Adams, menyatakan bahwa "Warren G. Harding meninggal karena sebab alami yang, dalam kasus apapun, tidak akan tertunda lama".[62]
Setelah Presiden Harding meninggal, istri Harding kembali ke Washington, D.C., dan singgah di Gedung Putih bersama dengan Presiden dan Ibu Negara Coolidge. Selama sebulan, mantan Ibu Negara Harding berkumpul dan membakar dokumen dan catatan Presiden Harding, baik yang tak resmi maupun yang resmi. Setelah ia kembali ke Marion, istri Harding menyuruh sejumlah sekretaris untuk mengumpulkan dan membakar makalah-makalah pribadi Presiden Harding. Menurut istri Harding, ia melakukannya demi melindungi warisan suaminya. Makalah-makalah yang tersisa masih ada dan disimpan dari pandangan publik oleh Harding Memorial Association di Marion.[63]
1945: Franklin D. Roosevelt
Pada 29 Maret 1945, Franklin D. Roosevelt datang ke Gedung Putih Kecil di Warm Springs, Georgia, untuk beristirahat sebelum penampilan antisipasinya di konferensi pembukaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada siang 12 April, Roosevelt berkata, "aku merasakan nyeri yang teramat sangat di belakang kepalaku." Ia kemudian berselonjor di kursinya, merasa tidak nyaman, dan dibawa ke kamar tidurnya. Pakar kardiologi yang menemui presiden, Dr. Howard Bruenn, mendiagnosa stroke masif.[64] Pada pukul 15:35 hari tersebut, Roosevelt meninggal tanpa tersadarkan diri. Seperti Allen Drury yang kemudian katakan, “sehingga mengakhiri sebuah era, dan sehingga memulai yang lainnya.” Setelah kematian Roosevelt, sebuah editorial buatan The New York Times menyatakan bahwa "Manusia akan berterima kasih kepada Allah di pangkuannya selama seratus tahun saat Franklin D. Roosevelt berada di Gedung Putih".[65]
Pada tahun-tahun terakhirnya di Gedung Putih, saat Roosevelt makin banyak pekerjaan, putrinya Anna Roosevelt Boettiger berpindah kesana untuk menemani dan mendukung ayahnya. Anna juga mempertemukan ayahnya dengan mantan gundiknya yang sekarang telah menjanda, Lucy Mercer Rutherfurd. Seorang teman dekat Roosevelt dan Mercer yang hadir, Elizabeth Shoumatoff, menghasut Mercer untuk menghindari publisitas negatif dan implikasi kesetiaan. Saat Eleanor mendengar tentang kematian suaminya, ia juga menghadapi kabar bahwa Anna mengadakan pertemuan dengan Mercer dan bahwa Mercer telah bersama dengan Franklin saat ia meninggal.[66]
Pada pagi 13 April, jenazah Roosevelt diletakkan di sebuah peti yang ditutupi bendera dan dibawa menggunakan kereta presidensial. Setelah pemakaman Gedung Putih pada 14 April, Roosevelt dibawa kembali ke Hyde Park menggunakan kereta, dijaga oleh empat petugas, masing-masing dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Marinir, dan Pertahanan Pesisir. Sesuai dengan permintaannya, Roosevelt dikuburkan di Rose Garden, estate Springwood, rumah keluarga Roosevelt di Hyde Park pada 15 April. Eleanor meninggal pada November 1962 dan dikuburkan di sebelahnya.[67]
Kematian Roosevelt mendatangkan keterkejutan dan keresahan[68] di seluruh AS dan seluruh dunia. Kesehatannya yang menurun tidak diketahui masyarakat umum. Roosevelt telah menjadi presiden selama lebih dari 12 tahun, lebih lama ketimbang orang lainnya, dan telah memimpin negara tersebut melalui beberapa krisis terbesarnya sampai mengalahkan Jerman Nazi dan juga mengalahkan Jepang.
Kurang dari sebulan setelah kematiannya, pada 8 Mei, perang di Eropa berakhir. Presiden Harry S. Truman, yang menginjak usia 61 tahun pada hari tersebut, mendedikasikan Hari Kemenangan di Eropa dan perayaannya untuk mengenang Roosevelt, dan mengibarkan bendera-bendera di seluruh AS dalam keadaan setengah tiang untuk menjalankan masa berkabung selama 30 hari. Selain itu, Truman berkata bahwa satu-satunya permintaannya adalah "bahwa Franklin D. Roosevelt masih hidup untuk menyaksikan hari ini."[69]
John F. Kennedy dibunuh pada pukul 12:30 Waktu Standar Pusat (18:30 UTC) pada Jumat, 22 November 1963, di Dealey Plaza, Dallas, Texas.[70][71] Kennedy ditembak saat berjalan-jalan dengan istrinya Jacqueline, Gubernur TexasJohn Connally, dan istri Connally Nellie, dalam sebuah mobil bak terbuka Presidensial. Penyelidikan selama sepuluh bulan yang dilakukan oleh Komisi Warren pada 1963–1964 menyimpulkan bahwa Presiden Kennedy dibunuh oleh Lee Harvey Oswald dan bahwa Oswald bertindak sendirian sepenuhnya. Hal tersebut juga menyimpulkan bahwa Jack Ruby bertindak sendirian saat ia membunuh Oswald sebelum ia dibawa ke pengadilan. Selain itu, jajak pendapat yang dilakukan dari 1966 sampai 2004 menemukan bahwa sekitar 80 persen orang Amerika menduga bahwa terdapat sebuah rencana atau penutup-nutupan.[72][73]
^George Stinson Conwell. The life, speeches, and public services of James A. Garfield, twentieth President of the United States : including an account of his assassination, lingering pain, death and burial. Portland, Maine. hlm. 349. OCLC2087548.