B1: Sedikit B2: Dituturkan oleh sebagian besar penduduk di Malaysia, walaupun kebanyakannya mempelajari dialek Melayu tempatan atau bahasa ibu lain terlebih dahulu[1]
Perincian data penutur
Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]
Semua manusia dilahirkan bebas dan sama rata dari segi maruah dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Artikel ini menggunakan peta yang dihasilkan dari OpenStreetMap dan juga jejaring peta (mapframe) yang dibuat oleh kontributor Wikipedia. Apabila Anda menemukan kesalahan informasi, galat, maupun kendala teknis lainnya dalam data peta, silahkan laporkan di sini. Apabila Anda tertarik dalam pengembangan proyek pemetaan bahasa, silakan bergabung ke ProyekWiki kami. Proyek ini sudah menghasilkan sebanyak 393 artikel bahasa dengan peta interaktif yang dapat diakses dan digunakan oleh para pembaca.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Halaman bahasa acak
Bahasa Melayu Malaysia atau bahasa Malaysia atau bahasa Melayu Standar saja adalah bentuk bahasa Melayu yang dibakukan dan digunakan sebagai bahasa kebangsaan resmi di Malaysia menurut baku yang ditetapkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Bahasa Melayu Malaysia Baku lebih dari 80% kognitif dengan Bahasa IndonesiaBaku yang seakar dan dituturkan oleh lebih dari 15 juta orang di Malaysia. Bahasa Melayu ini menjadi bahasa kebangsaan negara Malaysia menurut Pasal 152 Undang-Undang Dasar Perserikatan Malaysia, menyebut bahwa: "Bahasa kebangsaan ialah bahasa Melayu".[8][9] Bahasa ini dituturkan oleh sebagian besar penduduk Malaysia meskipun sebagian besarnya mempelajari bentuk bahasa Melayu tempatan atau bahasa asli lain terlebih dahulu.[10] Bahasa Melayu adalah mata pelajaran wajib di sekolah dasar dan menengah.[11]
Sejarah
Pada era kemerdekaan Malaysia, Tunku Abdul Rahman (Perdana Menteri pertama) memperkenalkan istilah "bahasa Malaysia" sebagai nama untuk bahasa kebangsaan Malaysia karena terpengaruh dengan negara tetangga, Indonesia. Istilah ini kemudian diterima dan dipakai secara meluas. Sebenarnya istilah bahasa Malaysia itu tidak disumbangkan oleh Tuanku Abdul Rahman, tetapi timbul secara spontan setelah tragedi 13 Mei 1969. Hal ini terbukti dalam pemberitaan media massa pada saat tersebut. Pada saat itu, ada semacam persetujuan banyak orang terhadap istilah bahasa Malaysia. Namun, Undang-Undang Dasar Malaysia tidak berubah.
Pada tahun 1986, istilah "Bahasa Malaysia" diubah menjadi "bahasa Melayu". Perubahan ini dilakukan selaras dengan apa yang termaktub dalam Pasal 152 Undang-Undang Dasar Federasi Malaysia, yaitu: "Bahasa kebangsaan ialah bahasa Melayu".[12][13]
Pada tahun 2007, terjadi kebingungan dalam kalangan masyarakat dan kabinet mengenai istilah bahasa resmi negara apakah "bahasa Melayu" atau "bahasa Malaysia" yang sebenarnya betul. Pada 4 Juni 2007, Kabinet Malaysia telah memutuskan untuk mengubah penggunaan istilah "bahasa Melayu" menjadi "bahasa Malaysia" karena ingin menanamkan semangat persatuan kaum dalam kalangan rakyat (tetapi tidak berhasil)[14][15][16]. Kabinet mengarahkan semua kementerian, universitas, dan pusat pendidikan tinggi untuk memberi tahu departemen serta lembaga terkait untuk menggunakan istilah "bahasa Malaysia" dalam surat-menyurat, pemberitahuan, dan dokumen. Namun, hal itu tidak dapat dilaksanakan karena pasal 152 undang-undang dasar Malaysia jelas mengatakan bahasa resmi negara adalah bahasa Melayu dan bukannya bahasa Malaysia.
Perkara 152. Bahasa kebangsaan
(1) Bahasa kebangsaan ialah bahasa Melayu dan hendaklah dalam tulisan yang diperuntukkan melalui undang-undang oleh Parlimen:
Dengan syarat bahawa-
(a) tiada seorang pun boleh dilarang atau dihalang daripada menggunakan (selain bagi maksud rasmi), atau daripada mengajarkan atau belajar, apa-apa bahasa lain; dan
(b) tiada apa-apa jua dalam Fasal ini boleh menjejaskan hak Kerajaan Persekutuan atau hak mana-mana Kerajaan Negeri untuk memelihara dan meneruskan penggunaan dan pengajian bahasa mana-mana kaum lain di dalam Persekutuan.
[Terjemahan: Pasal 152. Bahasa Kebangsaan (1) Bahasa kebangsaan adalah bahasa Melayu dan hendaknya ditulis dalam tulisan yang ditetapkan melalui undang-undang oleh parlemen. Dengan syarat bahwa (a) tidak seorang pun dapat dilarang atau dicegah untuk menggunakan (selain untuk tujuan resmi) atau untuk mengajarkan atau belajar bahasa lain apa pun, (b) tidak ada apa pun dalam hal ini yang dapat memengaruhi hak pemerintah Federasi atau pun hak pemerintah negara bagian mana saja untuk melestarikan dan melanjutkan penggunaan dan pengkajian bahasa kaum lain di dalam Federasi]
Pada tahun 2022, perdana menteri Malaysia yang ke-9 yaitu Ismail Sabri mendapat kritik dari Indonesia karena berhasrat ingin menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kedua ASEAN dengan memasukkan jumlah penutur bahasa Indonesia sebagai penutur bahasa Melayu[17][18]. Menteri Indonesia Nadiem Makarim dengan tegas menolak usulan Malaysia untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua ASEAN karena menurutnya bahasa Indonesia lebih layak[19][20][21][22]. Menurut Wakil Ketua Majelis Guru Besar Nasional (MPN), Profesor Dr Kamaruddin M. Said berkata " selagi Malaysia bersikeras menamakan bahasa resmi negara adalah bahasa Melayu dan bukannya bahasa Malaysia selagi itu Indonesia akan menolak kita"[23][24]. Perbincangan ini sekaligus memengaruhi status nama bahasa resmi Malaysia yang jelas menyebut bahasa Melayu.[25][26][27]
Penulisan bahasa Melayu telah mengalami beberapa perubahan dan menggunakan beberapa jenis sistem penulisan yang saling berganti. Sistem yang pertama dipakai adalah aksara Pallawa yang berasal dari India. Kemudian aksara Kawi dan aksara Rencong juga pernah digunakan. Dengan penyebaran agama Islam, penggunaan sistem tulisan Jawi berkembang di negeri-negeri Melayu sejak abad ke-15. Pada pengujung abad ke-19, sistem aksara Romawi mulai digunakan dalam penulisan bahasa Melayu.
Pada zaman pascamodern, bahasa Melayu biasanya ditulis dalam aksara Romawi. Aksara Romawi merupakan sistem penulisan resmi bahasa Melayu seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar Malaysia. Abjad Jawi kini sangat jarang digunakan tetapi tetap sebagai sistem tulisan alternatif terutama untuk upacara keagamaan.
Bahasa Melayu Malaysia kini menggunakan sistem Ejaan Rumi Baharu Bahasa Melayu yang telah diisytiharkan penggunaannya pada 16 Agustus 1972 oleh Perdana Menteri Malaysia, Abdul Razak Hussein dan Presiden Indonesia, Soeharto. Dengan persetujuan ini, bahasa Melayu di Malaysia dan bahasa Indonesia menggunakan sistem ejaan yang sama untuk sistem aksara Romawi untuk kedua bahasa tersebut.
Lingkup penggunaan
Bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi tunggal Perserikatan dan negara-negara bagian di Semenanjung Malaya pada 1968, sedangkan di Sabah dan Sarawak, bahasa Melayu diakui sebagai bahasa resmi di samping bahasa Inggris.
Di Malaysia, biasanya masyarakat Melayu bertegur sapa sesama sendiri dengan ucapan salam, tetapi ucapan formal seperti "Selamat pagi" atau "Selamat sejahtera" turut digunakan untuk penutur bukan Islam. Ucapan "Hai" juga sering digunakan ketika bertegur dengan sesama teman-teman, sebagaimana kata "Bye-bye" (Indonesia: dadah) ketika pamit untuk pergi.
Saya tidak tahu (tidak formal: "tak tau" ataupun "sik tau" di Sarawak)
/sajatidaktahu/
ساي تيدق تاهو
(Minta) maaf
/mintama'af/
مينت) معاف)
Tumpang tanya
/tumpaŋtaɲa/
تومڤڠ تاڽ
(Minta) tolong
/toloŋ/
مينت) تولوڠ)
Apa
/apa/
اڤ
Tiada
/tiada/
تياد
Bahasa pasar serta penggunaan kontemporer
Bahasa Melayu Pasar turut termasuk sejumlah kata bahasa gaul (slang), terbentuk dari pengubahsuaian kata-kata dalam bahasa Melayu Baku Malaysia ataupun dicomot dari bahasa lain, sering digunakan terutama di kalangan masyarakat kota, yang mungkin sukar dipahami di kalangan generasi terdahulu, contohnya awek (gadis); balak (jejaka); usha (memperhatikan); skodeng (intip); cun (cantik); poyo/slenge (buruk) dll. Kata ganti yang baru turut direka dengan menggunakan gabungan kata ganti yang sudah ada dengan kata orang, contohnya kitorang (kita + orang, menggantikan kata kami); korang (kau + orang, untuk merujuk kepada banyak orang dan menggantikan kata kalian); diorang atau derang (dia + orang, menggantikan kata mereka).
Sejumlah penutur bahasa Melayu Malaysia, terutama di Kuala Lumpur, juga sering berganti bahasa (beralih kode) antara bahasa Melayu dengan bahasa Inggris, yang kemudian membentuk bahasa rujak (bahasa gado-gado). Contoh pinjaman kata yang digunakan adalah:Bestlah tempat ni (Bagus ya tempat ini); kau ni terror lah (Kamu ini hebat sekali). Akibatnya, fenomena ini melahirkan rasa kurang senang di kalangan pencinta bahasa di Malaysia, yang sering memperjuangkan penggunaan bahasa kebangsaan dengan betul.
Berikut merupakan beberapa kependekan yang sering digunakan oleh remaja Melayu Malaysia:
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Melayu Malaysia". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)