Bacang menurut legenda kali pertama muncul pada zaman Dinasti Zhou berkaitan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo. Pada saat itu, bacang dilemparkan rakyat sekitar ke dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya tidak memakan jenazah Qu Yuan. Untuk kemudian, bacang menjadi salah satu simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu.
Bacang secara harfiah bak adalah daging dan cang adalah berisi daging jadi arti bacang adalah berisi daging, tetapi pada praktiknya selain yang berisi daging ada juga cang yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang berisi sayur-sayuran disebut chaicang, chai adalah sayuran dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan srikaya atau gula disebut kicang.
Tentunya yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikat. Daun biasanya dipilih daunbambu panjang dan lebar yang harus dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. Bacang biasanya diikat berbentuk limas segitiga.
Di kepulauan Anambas dan Natuna, bahan pembungkus bacang menggunakan daun pandan duri sebagai pengganti daun bambu karena daun bambu dengan ukuran besar sulit ditemui di daerah kepulauan, dan Perayaan Bacang di Natuna, tepatnya di Desa Tanjung, Bunguran Timur pada hari Kamis tanggal 22 Juni 2023 seorang warga Tionghoa berhasil membuat sebuah bacang daging ikan dan rempah lain yang disemur kering sebagai isinya dengan total berat 8200 gram atau 8,2kg.
^Gong, W. (2007). Lifestyle in China. Journey into China (dalam bahasa Inggris). China Intercontinental Press. hlm. 12–13. ISBN978-7-5085-1102-3. Diakses tanggal November 5, 2016.