Arsitektur kuil Shinto (神社建築code: ja is deprecated , Jinja kenchiku) adalah arsitektur yang berkaitan dengan bangunan kuil Shinto, mencakup kompleks kuil yang antara lain terdiri dari altar utama (honden), aula persembahan (heiden), aula pemujaan (haiden), tempat air untuk bersuci (chōzuya), pagar (tamagaki), dan torii. Gaya arsitektur kuil yang umum di antaranya taisha-zukuri, kasuga-zukuri, shinmei-zukuri, dan sumiyoshi-zukuri.
Bangunan di dalam kompleks kuil
Honden (本殿code: ja is deprecated ) atau shinden (神殿code: ja is deprecated ) adalah bangunan tempat tinggal objek pemujaan (shintai). Bangunan ini dianggap sebagai tempat paling suci di dalam sebuah kuil. Ukuran bangunan sering lebih kecil dari haiden dan memiliki pintu suci yang biasanya ditutup dan dikunci; membuka dan menutup pintu haiden merupakan bagian penting dari ritual kuil.[1] Satu bangunan honden dulunya hanya didiami satu Kami, namun sekarang dapat didiami lebih dari satu Kami. Di ruangan dalam diletakkan shintai misalnya dalam bentuk kaca. Bila bangunan ini dibagi menjadi ruangan dalam dan ruangan luar, maka persembahan (kensen atau hōhei) diletakkan di ruangan luar.
Haiden (拝殿code: ja is deprecated ) adalah bangunan untuk melakukan pemujaan dan tempat kannushi melaksanakan upacara. Dibangun di bagian depan honden, sisi-sisi bangunan ini biasanya tidak disekat agar angin bebas keluar masuk. Bangunan inilah yang biasa dilihat orang ketika berkunjung ke kuil Shinto. Pengunjung biasanya berdoa sambil berdiri di halaman depan bangunan ini. Adakalanya orang dibolehkan naik untuk masuk ke dalam haiden untuk berdoa. Bangunan ini umumnya lebih besar daripada honden dan umumnya berlantai kayu. Walaupun demikian, haiden ada yang dibuat dengan bagian tengah berupa doma (土間code: ja is deprecated ) (tanah yang dikeraskan); haiden yang memiliki doma untuk tempat keluar masuk disebut warihaiden (割拝殿code: ja is deprecated ). Kadang-kadang, haiden berfungsi pula sebagai aula menari (舞殿code: ja is deprecated , maidono), aula pertunjukan kagura (神楽殿code: ja is deprecated , kagura-den), atau kantor pengelola kuil. Sebagian kecil kuil Shinto tidak memiliki haiden (misalnya Kasuga Taisha dan Ise Jingū) atau memiliki dua haiden (misalnya Fushimi Inari Taisha, Meiji Jingū). Di bagian depan haiden digantung lonceng atau waniguchi yang dibunyikan sebelum berdoa dengan menarik-nariknya dengan tali.
Heiden (拝殿code: ja is deprecated ) adalah bangunan tempat meletakkan barang persembahan (heihaku). Bangunan ini dapat dibangun terpisah, namun umumnya menyatu dengan haiden. Kadang-kadang, ada pula kuil yang tidak memiliki bangunan ini.
Gaya arsitektur
Secara garis besar, model bangunan dibagi menjadi dua jenis, tsumairi dan hiraiiri, dan masing-masing dibagi menurut bentuk atap. Bangunan bergaya tsumairi (妻入code: ja is deprecated ) memiliki pintu masuk di sisi bangunan yang memiliki dinding berbentuk segitiga yang bertemu dengan atap. Bangunan bergaya hirairi (平入code: ja is deprecated ) memiliki pintu masuk yang sejajar dengan rabung.
Gaya arsitektur ini populer untuk bangunan kuil sejak zaman Meiji. Bila tidak memiliki munamochibashira maka disebut kirizuma-zukuri. Model honden di Ise Jingū dilarang untuk digunakan untuk kuil lain sehingga disebut yuitsu shinmei-zukuri (唯一神明造code: ja is deprecated ).