Karier politik Gromyko bermula pada tahun 1939 saat bekerja di Komisariat Rakyat Luar Negeri yang pada 1946 diubah namanya menjadi Kementerian Luar Negeri. Pada tahun 1943, ia ditunjuk sebagai Duta Besar Uni Soviet untuk Amerika Serikat, lalu tiga tahun kemudian menjadi Utusan Tetap Uni Soviet untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sepulangnya ke Uni Soviet, ia mula-mula diangkat sebagai Wakil, lalu Wakil Pertama Menteri Luar Negeri. Selanjutnya, ia ditunjuk sebagai Duta Besar Uni Soviet untuk Britania Raya pada tahun 1952.
Gromyko dilahirkan di keluarga "semi buruh, semi pekerja" yang kurang mampu dari anak pasangan Andrei Matveyevich dan Olga Yevgenyevna[3]. Ia lahir di desa Staryye Gromyki, Gomel, (sekarang masuk daerah Belarus) pada tanggal 18 Juli 1909. Gromyko tumbuh dilingkungan yang merupakan penganut Pemercaya Lama dalam Gereja Ortodoks Rusia[4]. Suasana lingkungan di desa Gromyko sangat religius, namun Gromyko mulai meragukan hal-hal yang adikodrati sejak ia masih belia. Keraguannya pertama kali ia ungkapkan kepada neneknya, Marfa dengan menanyakan kepadanya tentang keberadaan Tuhan, neneknya pun mengatakan agar "tunggu kamu dewasa dulu, nanti kamu akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan mu ini dengan jawaban yang lebih baik". Menurut Gromyko, "Para orangtua selalu mengatakan hal-hal yang pada dasarnya sama" ketika Gromyko bertanya hal-hal yang berkaitan dengan agama. Tetangga masa kecil Gromyko, Mikhail Sjeljutiv juga merupakan seorang pemikir bebas dan mengenalkan Gromyko kepada sebuah pemikiran non agama baru dan mengatakan kepada Gromyko bahwa para ilmuwan mulai meragukan eksistensi Tuhan[5]. Sejak berusia sembilan tahun setelah Revolusi Bolshevik, Gromyko mulai membaca propagandaateis melalui selebaran dan pamflet[6]. Kemudian saat berusia tiga belas tahun Gromyko menjadi anggota Komsomol dan menggelar diskusi bersama teman-temannya di desanya tentang anti agama dan mempromosikan nilai-nilai Komunis[7].
Berita tentang Jerman menyerang Kekaisaran Rusia di bulan Agustus 1914 datang tanpa adanya peringatan terlebih dahulu kepada penduduk lokal. Inilah pertama kalinya dalam catatan Gromyko ia merasa sangat cinta negaranya. Ayahnya kemudian mengikuti wajib militer kembali di militer Kekaisaran Rusia dan menjalan tiga tahun masa wajib militer serta ditempatkan di Front Barat Daya dibawah pimpinan Jenderal Aleksei Brusilov. Ayah Gromyko pulang kerumahnya pada malam Revolusi Oktober di Rusia[8].
Gromyko kemudian terpilih menjadi Sekretaris Pertama Komsomol Lokal pada awal tahun 1923. Setelah kematian Vladimir Lenin pada tahun1924, para penduduk desa bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi jika tidak ada pemimpin. Gromyko mengingat sebuah slogan komunis kejayaan Revolusi Oktober yang menyatakan " Revolusi telah dibawa oleh Lenin dan para pembantunya. Gromyko kemudian mengatakan kepada para penduduk desa bahwa Lenin telah wafat tapi para pembantunya di partai masih hidup[9].
Menjadi Anggota Partai
Saat masih muda, Ibu Gromyko mengatakan kepadanya bahwa ia harus merantau untuk menjadi seorang yang terdidik[10]. Gromyko mengikuti saran ibunya dan setelah menyelesaikan tujuh tahun pendidikan dasar dan pendidikan kejuruan di Gomel, ia pindah ke Borisov untuk melanjutkan pendidikan di sekolah teknik. Gromyko menjadi anggota Partai Bolshevik pada tahun 1931, sesuatu yang ia mimpikan sejak ia belajar tentang perbedaan antara petani miskin dan seorang tuan tanah, seorang pekerja dan seorang kapitalis. Gromyko kemudian terpilih sebagai sekretaris sel partainya pada konferensi partai pertamanya dan menggunakan sebagian besar akhir pekannya untuk melakukan pekerjaan sukarela. Gromyko menerima gaji yang sangat kecil untuk hidup, tetapi masih memiliki nostalgia yang kuat pada hari-hari ketika dia bekerja sebagai sukarelawan[9]. Dimasa-masa itulah ia bertemu dengan perempuan yang kelak menjadi istrinya, Lydia Grinevich. Grinevic merupakan anak dari keluarga petani dan berasal dari Kamenki, sebuah desa di Minsk Barat[11]. Ia kemudian menikah dengan Gromyko dan dikaruniai dengan dua orang anak, Anatoly dan Emiliya[12].
Setelah belajar di Borisov selama dua tahun, Gromyko diangkat menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Menengah di Dzyarzhynsk dimana ia mengajar, mengawasi sekolah dan melanjutkan pendidikannya. Suatu hari, seorang perwakilan Komite Pusat Partai Komunis Belarus menawarkan Gromyko sebuah kesempatan melanjutkan pendidikannya di Minsk[13]. Gromyko kemudian bertolak ke Minsk untuk sebuah wawancara dengan Rektor Universitas, I. M. Borisevich yang menjelaskan kepadanya tentang program paska sarjana yang telah didirikan untuk bidang ekonomi; catatan pendidikan Gromyko dan pekerjaan sosialnya membuatnya ia menjadi kandidat yang diinginkan. Gromyko menyarankan kepada Borisevich bahwa ia kesulitan hidup dengan gaji siswa yang sedikit. Borisevich meyakinkannya bahwa setelah menyelesaikan program, gajinya akan berada di tingkat gaji tertinggi partai – "upah hidup yang layak". Gromyko menerima tawaran itu, memindahkan keluarganya ke Minsk pada tahun 1933. Gromyko dan lulusan pasca sarjana lainnya diundang ke resepsi ulang tahun di mana, seperti yang diceritakan dalam Memoar Gromyko[14]:
Kami kagum menemukan diri kami diperlakukan sama dan ditempatkan di meja mereka untuk menikmati apa yang bagi kami merupakan pesta mewah. Kami kemudian menyadari bahwa tidak sia-sia negara Soviet memperlakukan para ilmuwannya dengan baik: ternyata sains dan mereka yang bekerja di dalamnya sangat dihargai oleh negara[15].
Setelah hari basa-basi itu, Gromyko untuk pertama kalinya dalam hidupnya ingin masuk pendidikan tinggi, tetapi tanpa peringatan, Gromyko dan keluarganya dipindahkan pada tahun 1934 ke Moskow, menetap di distrik Alexeyeevsky yang berada di timur laut Moskwa[15]. Pada tahun 1936, setelah tiga tahun belajar ekonomi, Gromyko menjadi peneliti dan dosen di Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet. Bidang keahliannya adalah ekonomi AS, dan dia menerbitkan beberapa buku tentang subjek tersebut. Gromyko menganggap pekerjaan barunya akan permanen, tetapi pada tahun 1939 dia dipanggil oleh Komisi Komite Pusat yang memilih personel baru untuk bekerja di bidang diplomasi. (Pembersihan Besar-besaran tahun 1938 membuka banyak posisi di korps diplomatik.) Gromyko mengenali wajah-wajah yang dikenalnya seperti Vyacheslav Molotov dan Georgy Malenkov. Beberapa hari kemudian dia dipindahkan dari Academy of Sciences ke dinas diplomatik[16].
Karir Diplomatik
Persatuan Bangsa-Bangsa
Gromyko diangkat menjadi Perwakilan Tetap Uni Soviet untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan April 1946[17]. Uni Soviet mendukung pemilihan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pertama, Trygve Lie yang merupakan seorang mantan Menteri Luar Negeri Norwegia. Dalam pandangan Gromyko, Lie menjadi pendukung aktif "tindakan ekspansionis" Amerika Serikat dan kebijakan "aggresionis Amerika". Karena pandangannya ini, Gromyko juga meyakini bahwa Lie adalah seorang Sekretaris Jenderal yang tidak kompeten[18]. Pengganti Lie, Dag Hammarskjöld juga adalah seorang "anti kebijakan Soviet" dimata Gromyko[19]. U Thant, Sekretaris Jenderal PBB ketiga pernah mengatakan kepada Gromyko bahwa hampir tidak mungkin untuk memiliki opini objektif tentang Uni Soviet di Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa karena mayoritas anggota sekretariat adalah etnis Amerika atau pendukung Amerika Serikat[20].
Gromyko sering menggunakan hak veto Soviet pada awal-awal berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sehingga Gromyko menjadi familiar diawal-awal berdirinya PBB sebagai Mr. Nyet yang bermakna "Tn. Tidak". Selama 10 tahun pertama berdirinya PBB, Uni Soviet menggunakan hak vetonya sebanyak 79 kali, sedangkan Republik Rakyat China menggunakan hak vetonya dua kali, Prancis sekali dan negara-negara yang lain tidak pernah menggunakan hak vetonya[21]. Pada 14 Mei 1947, Gromyko menyarankan solusi satu negara terhadap konflik Israel-Palestina dan Solusi Dua Negara adalah pilihan terbaik kedua dalam "hubungan antara orang Yahudi dan Arab di Palestina.... membuktikan hal itu menjadi buruk yang mungkin tidak akan bisa merekonsiliasi mereka"[22].
Duta Besar Uni Soviet untuk Britania Raya
Gromyko ditunjuk menjadi Duta Besar Uni Soviet untuk Britania Raya pada bulan Juni 1952 dalam pertemuannya dengan Josef Stalin di Kremlin. Stalin mengatakan kepada Gromyko tentang pentingnya jabatannya ini seraya berkata "Britania Raya sekarang punya kesempatan untuk memainkan peranan besar dalam politik internasional. Tapi masih tidak jelas arah pemerintah Britania Raya akan mengatur langkah-langkah mereka dengan pengalaman diplomatik hebat mereka .... Inilah mengaka kita butuh orang yang memahami jalan pikiran mereka". Gromyko kemudian bertemu dengan Winston Churchill pada tahun 1952 dan tidak berbicara tentang keadaan politik saat itu tapi membicarakan tentang nostalgia mereka pada saat Perang Dunia II. Gromyko kemudian bertemu lagi dengan Churchull pada tahun 1953 untuk membicarakan pengalaman-pengalaman mereka selama Perang Dunia II sebelum kembali ke Uni Soviet untuk diangkat menjadi Wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet[23].
Menteri Luar Negeri Uni Soviet
Selama awal-awal menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Andrei Gromyko menghabiskan waktunya untuk bertaring di Departemen Internasional Partai Komunis Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Ponomarev. Ponomarev menyarankan untuk memperluas peran Departemen Internasional dalam hubungan luar negeri Soviet tapi Gromyko menolaknya. Seorang pejabat tinggi Soviet, Valentin Falin mengatakan bahwa "Depertemen Internasional ikut camput dalam aktivitas-aktivitas" Gromyko dan kementeriannya berkali-kali. Gromyko juga tidak suka pembagian kekuasaan bersama antara Departemen Internasional dan Kementerian Luar Negeri[24]. Bagaimanapun di tengah pertikaian politik seperti itu, Gromyko memimpin banyak titik penting dalam diplomasi Uni Soviet selama masa jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri.
Salah satu cobaan pertamanya saat ia menjadi Menteri Luar Negeri terjadi pada tahun 1958, ketika ia menyampaikan permintaan Mao Zedong ke Uni Soviet untuk kembali pada rencana perangnya dengan Republik China. Selama diskusi mereka, Mao Zedong membuat Gromyko terganga dengan mengatakan kepadanya bahwa ia berencana untuk mengorbankan nyawa tiga ratus juta orang untuk melaksanakan aneksasi Republik China. Gromyko mengafirmasi Mao bahwa proposalnya tidak akan pernah mendapatkan persetujuan dari pemimpin Soviet. Saat diskusi itu masih dipelajari oleh Gromyko, Moskwa menghentikan program nuklir Soviet-China bersama dengan pembatalan banyak proyek industrialisasi di Republik Rakyat China[25].
Pada era Krisis Rudal Kuba, Gromyko bertemu dengan Presiden A.S. John F. Kennedy atas dasar perintah dari pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev. Dalam memoarnya, Gromyko menulis bahwa Kennedy terlihat tidak tersentuh saat pertama kali ia bertemu dengannya dan lebih terdorong secara idelogis daripada praktis. Pada sebuah wawancara di tahun 1988, ia menjelaskan bahwa Kennedy adalah seorang yang gugup dan rentan membuat pernyataan kontradiktif yang melibatkan keinginan Amerika Serikat terhadap Kuba.
Gromyko menggelar diskusi politik penting dengan Dean Rusk, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat terkait Krisis Rudal Kuba. Gromyko mempertahankan tindakan bangsanya dengan menyatakan bahwa Uni Soviet punya hak untuk berada di Kuba, khususnya dalam mempertimbangkan fakta bahwa Amerika Serikat juga telah membangun rudal mereka di Turkiye. Hal ini dipandang sebagai suatu hal yang ironis oleh Gromyko karena Uni Soviet disalahkan karena keberadaan mereka di Kuba, sedangkan A.S. membangun banyak pangkalan militer dibelahan dunia lainnya. Setelah beberapa kali perundingan, Gromyko mengatakan " Dengan perilaku Rusk, menjadi sebuah kemungkinan untuk mengamati betapa menderitanya para pemimpin A.S. mengetahui fakta bahwa Uni Soviet memutuskan berpihak kepada Kuba", pernyataan yang melemahkan karakter Rusk[26].
Kemudian, di era kepemimpinan Leonid Brezhnev, Gromyko memainkan peran kunci dalam pembentukan détente, sebuah fase baru hubungan Amerika-Soviet yang dikarakterisasi oleh pengurangan ketegangan secara signifikan yang berlangsung hingga tahun 1979. Sebagai kelanjutan dari fase baru ini, dia mengawasi penandatanganan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir pada 1 Juli 1968, perjanjian ABM dan SALT I pada tahun 1972, dan Perjanjian Pencegahan Perang Nuklir pada tahun 1973. Selama 28 tahun sebagai Menteri Luar Negeri Gromyko mendukung kebijakan perlucutan senjata, menyatakan dalam Memoarnya bahwa "Pelucutan adalah cita-cita Sosialisme"[27].
Selama karirnya, Gromyko secara ekspilisit mempromosikan ide bahwa perjanjian internasional yang penting tidak akan disepakati tanpa keterlibatan Uni Soviet[28]. Untuk tujuan ini, salah satu pencapaian yang dia banggakan adalah penandatanganan Traktat Pelarangan Sebagian Uji Coba Nuklir yang negosiasinya dapat ditelusuri kembali ke tahun 1958. Selain itu, pada tahun 1966, Gromyko dan Alexei Kosygin membujuk Pakistan dan India untuk menandatangani Deklarasi Tashkent, sebuah perjanjian damai setelah perang India-Pakistan tahun 1965. Kemudian pada tahun yang sama, ia terlibat dalam dialog dengan Paus Paulus VI, sebagai bagian dari ostpolitik paus yang menghasilkan keterbukaan yang lebih besar bagi Gereja Katolik Roma di Eropa Timur meskipun penganiayaan berat terhadap orang Kristen di Uni Soviet sendiri[29]
Pada tahun 1973, Gromyko dipromosikan menjadi anggota penuh Politbiro[30]. Setelah mencapai puncak kekuasaan dan pengaruhnya, pendekatan diplomasi Gromyko terkikis dari pendekatan sebelumnya yang menopang awal kariernya. Ingatannya yang luar biasa dan kepercayaan dirinya pada pengalamannya sekarang membuatnya tidak fleksibel, tidak imajinatif, dan tidak memiliki visi jangka panjang untuk negaranya[31]. Pada saat Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko naik ke tampuk kepemimpinan Soviet, Gromyko sering menyadari dirinya menganjurkan garis yang lebih keras daripada atasannya[31].
Ketika kemampuan Brezhnev dalam memerintah terganggu setelah terkena stroke pada tahun 1975, Gromyko secara efektif mendominasi pembuatan kebijakan Soviet bersama Ketua KGB Yuri Andropov, Menteri Pertahanan Andrei Grechko, dan penerus Grechko, Marsekal Dmitry Ustinov, selama tahun-tahun terakhir pemerintahan Brezhnev[32]. Setelah kematian Brezhnev pada tahun 1982, Andropov terpilih sebagai Sekretaris Jenderal oleh Politbiro. Segera setelah pengangkatannya, Andropov bertanya kepada Gromyko apakah dia ingin mengambil alih jabatan lama Brezhnev sebagai Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet. Namun, Gromyko menolak tawaran Andropov, percaya Andropov pada akhirnya akan mengambil alih jabatan itu untuk dirinya sendiri[33].
Sejak diangkat menjadi Menteri Luar Negeri pada Februari 1957, Gromyko tidak pernah menantang perintah mereka yang terpilih untuk memimpin Uni Soviet oleh Komite Sentral. Namun, ini berubah ketika Konstantin Chernenko yang sakit-sakitan naik menjadi penguasa de jure negara itu. Tidak terkesan oleh hubungan luar negeri Chernenko yang lemah dan posisi Chernenko lemah di Politbiro, Gromyko secara agresif menegaskan kendali atas diplomasi Soviet sampai-sampai secara teratur menyela dan menentang Chernenko di depan para pemimpin dunia lainnya.[34] Jadi, terlepas dari minat Chernenko untuk menghidupkan kembali détente, ketidakpercayaan Gromyko terhadap Barat membuat ketegangan menjadi tidak mungkin dilonggarkan.
Setelah kematian Chernenko pada 1985, Gromyko mencalonkan Mikhail Gorbachev sebagai Sekretaris Jenderal pada 11 Maret 1985. Dalam mendukung Gorbachev, Gromyko tahu bahwa pengaruh yang dibawanya akan kuat[35]. Setelah terpilih, Gorbachev memberhentikan Gromyko sebagai menteri luar negeri dan menggantikannya dengan Eduard Shevardnadze. Selanjutnya, ia diangkat ke posisi kehormatan sebagai Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet[36].
Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet
Gromyko menjabat sebagai Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet, yang sederajat dengan posisi kepala negara. Jabatan ini merupakan jabatan yang seremonial dan pengaruhnya dalam circle saat itu berkurang. Sejumlah jurnalis First World percaya Gromyko sebenarnya tidak nyaman dengan reformasi-reformasi yang dilakukan oleh Gorbachev[37], meskipun dalam memoarnya Gromyko mengatakan hal yang baik tentang Gorbachev dan kebijakannya tentang perestroika. Gromyko percaya bahwa perestroika adalah pekerjaan yang membangun masyarakat sosialis[38] dan ia melihat glasnost dan perestroika sebagai sebuah usaha untuk membuat Uni Soviet semakin demokratis[39].
Selama pelaksanaan Konferensi Partai Komunis Uni Soviet di bulan Juli 1988, Vladimir Melnikov telah menyuarakan agar Gromyko mengundurkan diri dari jabatannya. Melnikov menyalahkan Brezhnev karena menyebabkan stagnasi politik dan ekonomi yang menghantam Uni Soviet, dan memandang Gromyko sebagai salah satu pejabat terkemuka yang muncul sejak era Brezhnev dan salah satu orang yang mengarahkan Uni Soviet menuju krisis[40]. Gromyko kemudian mempertahankan dirinya sebagai "seorang pria yang dihormati oleh rakyatnya" dalam sebuah catatan yang dibuat oleh salah satu delegasi konferensi yang tidak diketahui namanya[41]. Setelah berdiskusi dengan istrinya Gromyko memutuskan untuk meninggalkan dunia politik Uni Soviet demi kebaikannya bersama. Gromyko menceritakan dalam Memoarnya bahwa sebelum dia menyampaikan pengunduran dirinya secara resmi, dia memberi tahu Gorbachev bahwa dia ingin mengundurkan diri. Keesokan harinya, 1 Oktober 1988, Gromyko duduk di samping Gorbachev, Yegor Ligachev dan Nikolai Ryzhkov di Majelis Agung untuk menyampaikan pengunduran dirinya secara resmi[42]:
Saat-saat seperti itu dalam hidup sama berkesannya seperti ketika seseorang diangkat ke posisi terkemuka. Ketika rekan-rekan saya mengucapkan selamat tinggal kepada saya, saya sama-sama tergerak seperti yang pernah saya rasakan ketika saya diberi jabatan penting. Yang paling saya pikirkan adalah bahwa saya telah menyelesaikan tugas saya terhadap rakyat, Partai dan negara. Kenangan ini sangat berharga bagiku.
Gorbachev menggantikan Gromyko sebagai Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet[43]. Setelah pengunduran dirinya, Gorbachev memuji Gromyko atas pengabdiannya selama lebih dari lima puluh tahun untuk negaranya. Kritikus, seperti Alexander Belonogov, Perwakilan Tetap Uni Soviet untuk PBB, mengklaim bahwa kebijakan luar negeri Gromyko diresapi dengan "semangat intoleransi dan konfrontasi"[44].
Wafat
Setelah pensiun dari dunia politik, Gromyko mulai membuat memoarnya[45]. Gromyko wafat pada 2 Juli 1989, 16 hari sebelum hari ulang tahunnya yang ke 80. Ia wafat setelah dirawat di rumah sakit karena karena masalah pembuluh darah yang tidak teridentifikasi lebih lanjut. Kematiannya diikuti dengan satu menit mengheningkan cipta di Kongres Deputi Rakyat untuk mengenangnya. Badan Telegraf Uni Soviet (TASS), organ berita utama di Uni Soviet, menyebutnya sebagai salah satu "pemimpin terkemuka" di negara itu. Presiden Amerika SerikatGeorge H. W. Bush mengirimkan belasungkawa kepada putra Gromyko, Anatoly[46]. Gromyko ditawari untuk dimakamkan di Nekropolis Tembok Kremlin, tetapi atas permintaan keluarganya dia tidak dimakamkan di dekat Tembok Kremlin Moskwa melainkan di Pemakaman Novodevichy[45][47].
Referensi
^Соседи по парте (dalam bahasa bahasa Rusia). RPP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-10. Diakses tanggal 11 September 2010.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Cooper, Helene (1988). "Interview with Andrei Gromyko, 1988". Open Vault WGBH Archives. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 July 2012. Diakses tanggal 11 September 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Tikhonov, Dmitry. Андрей Андреевич Громыко (dalam bahasa Rusia). people.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 October 2010. Diakses tanggal 11 September 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abГромыко Андрей Андреевич (dalam bahasa Rusia). hrono.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 September 2010. Diakses tanggal 8 October 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Hoffmann Jr., Erik P., and Frederic J. Fleron. The Conduct of Soviet Foreign Policy (1980)
MacKenzie, David. From Messianism to Collapse: Soviet Foreign Policy 1917–1991 (1994)
Stone, Norman. "Andrei Gromyko as Foreign Minister: The Problems of a Decaying Empire," in Gordon Craig and Francis Loewenheim, eds. The Diplomats 1939– 1979 (Princeton University Press, 1994) online
Ulam, Adam B. Expansion and Coexistence: Soviet Foreign Policy 1917–73 (1976) online