Perang itu diakhiri dengan perjanjian yang menuntut pengembalian Azov kepada Turki, penghancuran sejumlah benteng yang dibangun untuk Rusia, sedangkan Tsar berjanji untuk berhenti ikut campur dalam urusan Persemakmuran Polandia-Lituania. Harapan Sultan untuk berjalan menerobos Moskow hampir saja berhasil kalau saja tidak ada serangan Safavid ke negaranya.
Serangan Persia menimbulkan kekacauan di dalam negeri, menimbulkan pemberontakan Yennisari, yang menyebabkannya turun tahta pada bulan September 1730. Ia mangkat dalam tahanan 5 tahun kemudian.
Pemerintahan Ahmed III, yang berlangsung selama 27 tahun, meski ditandai dengan bencana Perang Turki Besar, tidak berhasil karena daerah Balkan terpaksa hilang ke tangan Monarki Habsburg. Di masanya, keuangan Turki berjalan baik, diperoleh tanpa pajak berlebihan maupun PungLi. Pada masa pemerintahannya pula, terjadi perubahan penting di Kepangeranan Donau.[1]