Zaman Enam Belas Negara
Zaman Enam Belas Negara (Hanzi: 五胡十六國, hanyu pinyin: wuhu shiliuguo) (304 - 469) sering juga disebut sebagai Zaman Lima Negara Barbar dan Enam Belas Negara adalah sebuah zaman di mana Tiongkok terpecah belah ke dalam 16 negara kecil-kecil yang masing-masing menuntut sebagai penerus Dinasti Jin sebelumnya. Wu Hu atau lima Hu adalah suku-suku asing yang sebelumnya tidak termasuk dan diperhitungkan sebagai entitas nasional Tiongkok sehingga disebut sebagai negara barbar. "Enam Belas Negara" awalnya digunakan oleh seorang sejarawan dari abad ke-6, Cui Hong di dalam Babad Musim Semi dan Musim Gugur Enam Belas Negara dan menyatakan bahwa lima Liang (Awal, Akhir, Utara, Selatan dan Barat), Empat Yan (Awal, Akhir, Utara, dan Selatan), Tiga Qin (Awal, Akhir dan Barat), dua Zhao (Awal dan Akhir), Cheng Han dan Xia. Cui Hong tidak menghitung beberapa kerajaan lain yang muncul pada saat itu termasuk Ran Wei, Zhai Wei, dan Yan Barat. Ia juga tidak memasukkan Wei Utara dan pendahulunya Dai, karena Wei Utara akhirnya menjadi dinasti yang berkuasa dari Tiongkok Utara. Para sejarawan Tiongkok klasik menyebut masa tersebut sebagai Enam Belas Negara dan Wu Hu karena sebagian besar kerajaan yang didirikan oleh beberapa pemimpin etnis Xiongnu, Xianbei, Di, Jie, Qiang, dan Dingling yang mengambil nama dinasti di Tiongkok. Di antara segelintir negara yang didirikan oleh Dinasti Han (Liang Awal, Liang Barat, Ran Wei dan Yan Utara), beberapa pendiri memiliki hubungan dekat dengan etnis minoritas. Ayahanda Ran Min, pendiri Ran Wei, diadopsi ke dalam keluarga penguasa Jie. Feng Ba, yang dianggap oleh beberapa sejarawan menjadi pendiri Yan Utara, telah berasimilasi ke dalam budaya Xianbei. Gao Yun, dianggap oleh sejarawan lain sebagai pendiri Yan Utara, yang berkebangsaan Korea yang diadopsi oleh bangsawan Xianbei. Dikarenakan persaingan yang sengit di antara negara-negara dan ketidakstabilan politik dalam negeri; kerajaan di masa ini kerap kali berusia pendek. Dari tahun 376 sampai 383, Qin Awal mempersatukan utara Tiongkok untuk sementara waktu, tetapi runtuh dikarenakan fragmentasi politik yang lebih besar. Enam belas Negara dianggap sebagai salah satu masa yang paling kacau di dalam Sejarah Tiongkok. Runtuhnya DInasti Jin Barat dan bangkitnya rezim barbar di Tiongkok selama periode ini menyerupai kemerosotan dan jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat di tengah serangan suku Hun dan Suku bangsa Jermanik di Eropa, yang juga terjadi pada abad ke-4 dan ke-5. SejarahLatar BelakangSemenjak akhir Dinasti Han sampai dengan awal Dinasti Jin (265–420), sejumlah besar masyarakat Suku Han yang tinggal di sepanjang pinggiran utara Tiongkok menetap di utara. Beberapa migran seperti Xiongnu dan Xianbei menggembala nomaden dari stepa utara. Yang lainnya seperti Di dan Qiang menjadi petani dan penggembala dari pegunungan barat sebagai migran. Mereka hidup di antara Suku Han dan disinifikasikan menjadi beberapa derajat. Banyak yang bekerja sebagai buruh tani. Beberapa bekerja di dalam posisi resmi di istana dan militer. Mereka juga menghadapi diskriminasi demi mempertahankan marga dan afiliasi suku. Perang Delapan Pangeran (291–306) di masa pemerintahan penguasa Jin kedua Kaisar Hui terbagi-bagi dengan parah dan memperlemah otoritas kerajaan. Ratusan ribu orang tewas dan jutaan tumbang akibat pertempuran yang sengit itu. Pemberontakan rakyat terhadap pajak yang berat dan represi yang melompat di seluruh negeri. Di Sichuan, Li Xiong, kepala suku Di, memimpin pemberontakan yang sukses dan mendirikan Kerajaan Cheng Han pada tahun 304. Penciptaan kerajaan yang mandiri di Tiongkok telah dimulai setelah otoritas Jin diruntuhkan. Sebagian besar kerajaan yang didirikan oleh para pemimpin etnis minoritas mengambil nama pemerintahan Tiongkok. Liu Yuan dan Zhao AwalPangeran-pangeran Jin dan gubernur militer sering merekrut etnis minoritas menjadi tentara mereka di dalam penindasan dan pemberontakan mereka dan perang-perang satu sama lain. Juga pada tahun 304, Liu Yuan, kepala suku Xiongnu, yang berjuang di dalam perang sipil Jin di sisi Pangeran Sima Ying, kembali ke rumahnya di Shanxi dimana ia melakukan reorganisasi lima suku Xiongnu dan menyatakan kemerdekaan sebagai penerus Dinasti Han. Rezimnya kemudian diganti menjadi Zhao, yang disebutkan oleh para sejarawan sebagai Han Zhao atau Zhao Awal.[1] Setelah Liu Yuan meninggal pada tahun 310, putranya Liu Cong membunuh kakandanya, Liu He dan menuntut takhta. Liu Cong menguasai ibu kota Jin Luoyang dan menawan Kaisar Hui pada tahun 311. Pada tahun 316, pamanda Liu Cong Liu Yao merampas Chang'an dan Kaisar Min, yang mengakhiri Dinasti Jin Barat. Sima Rui, pangeran Jin yang telah pindah ke selatan, meneruskan dinasti tersebut sebagai Jin Timur dari Jiankang (yg sekarang Nanjing). Runtuhnya kekuasaan Jin di utara menyebabkan para pemimpin lainnya menyatakan kemerdekaan. Pada tahun 313, Zhang Gui, gubernur suku Han dari Liangzhou mendirikan Liang Awal, yang sekarang Gansu. Pada tahun 315, Tuoba Yilu, kepala suku Xianbei, pendiri Dai, yang sekarang Mongolia Dalam. Shi Le dan Zhao AkhirSetelah kematian Liu Cong, kerajaan dibagi di antara Liu Yao dan Jenderal Shi Le. Shi Le berasal dari etnis Jie yang bekerja sebagai buruh tani diwajibkan sebelum bergabung di pemberontakan Liu Yuan dan menjadi seorang jenderal yang berkuasa di Hebei. Pada tahun 319, ia mendirikan saingan Kerajaan Zhao, yang dikenal sebagai Zhao Akhir dan pada tahun 328 menaklukkan Zhao Awal, Liu Yao. Shi Le melembagakan dual sistem pemerintahan yang mengenakan aturan terpisah untuk Han dan non-Han, dan berhasil menguasai banyak Tiongkok utara. Setelah kematiannya, putra-putranya berselisih memperebutkan takhta dan kerajaan tersebut diakhiri pada tahun 350 oleh Jenderal Ran Min, seorang suku Han yang merampas takhta dan mendirikan Ran Wei. Ran Min membela Han Tiongkok dan membunuh massal ribuan Jie. Ia dikalahkan dan terbunuh pada tahun 352 oleh Murong Xianbei dari Liaodong. Pada tahun 337, Murong Huang mendirikan Yan Awal di Liaodong, yang pada tahun 356 luasnya sampai ke Hebei, Henan dan Shandong. Untuk sementara waktu, Yan Awal bersaing kekuasaan di Tiongkok utara dengan Qin Awal. Qin Awal dan persatuan singkat Tiongkok utaraQin Awal didirikan pada tahun 351 oleh Fu Jian (317–355), seorang jenderal Di, yang pernah bertugas di bawah kekuasaan Zhao Akhir dan menyerah kepada Jin sebelum mengumumkan kemerdekaan di Shaanxi. Setelah kematiannya pada tahun 355, kerajaan secara singkat diserahkan kepada putranya Fu Sheng sebelum keponakannya, Fu Jian (337–385) mengambil alih kepemimpinan. Dibawah kekuasaan Fu Jian yang lebih muda, yang dikendalikan oleh Wang Meng, seorang penasihat Han, Qin Awal berkembang dengan pesat. Dari tahun 370-76, Qin Awal meruntuhkan Yan Awal, Dai dan Liang Awal untuk mempersatukan seluruh wilayah Tiongkok utara. Fu Jian juga menguasai Sichuan dari Jin Timur dan berhasrat untuk menguasai sisa wilayah di Tiongkok selatan. Wang Meng menentang tindakan itu dan menyatakan yang dibutuhkan oleh Qin Awal adalah menguatkan kendali atas berbagai etnis di Tiongkok utara. Namun kepala suku Qiang, Yao Chang dan jenderal Xianbei, Murong Chui keduanya menyetujui gagasan tersebut. Pada tahun 383, setelah kematian Wang Meng, Fu Jian melancarkan serangan besar di Tiongkok selatan, tetapi dikerahkan melalui Perang Sungai Feishui di wilayah yang sekarang Anhui. Fragmentasi setelah Perang Sungai FeishuiSetelah Perang Sungai Feishui, kekuatan Qin Awal dengan cepat terurai karena berbagai rezim di utara pecah. Pada tahun 384, Murong Chui mendirikan Yan Akhir di Hebei. Bangsawan Murong lainnya mendirikan Yan Barat di Shanxi. Yao Chang mendirikan Qin Akhir di wilayah barat Gansu. Fu Jian dibunuh oleh Yao Chang, tetapi Qin Awal diselamatkan dan dipindahkan dari Shaanxi ke Gansu dan kemudian Qinghai. Pada tahun 385, Qifu Guoren, mantan pengikut Xianbei di bawah Fu Jian mendirikan Qin Barat. Pada tahun 386, Lü Guang, jenderal Di dari Qin Awal mendirikan Liang Akhir di wilayah barat Gansu. Tuoba Gui membangkitkan kembali Dai sebagai Wei Utara. Pada tahun 388, Zhai Liao, kepala suku Dingling di Henan mendirikan Zhai Wei, yang terjepit di antara Yan Akhir, Yan Barat dan Jin Timur. Begitu juga dengan tujuh kerajaan yang hidunp berdampingan selama sembilan tahun lamanya. Qin Akhir yang mengakhiri Qin Awal pada tahun 394, Qin Barat pada tahun 400, dan Liang Akhir pada tahun 403 memperluas kekuasaannya di Shaanxi, Gansu, dan Ningxia. Namun pada tahun 407, Helian Bobo, kepala suku Xiongnu memberontak dan mendirikan Xia di wilayah utara Shaanxi, dan Qin Barat bangkit kembali di wilayah selatan Shaanxi. Pada tahun 416, Jin Barat di bawah pimpinan Jenderal Liu Yu melancarkan ekspedisi utara yang menguasai Luoyang dan Chang'an dan meruntuhkan Qin Akhir. Jin Timur tidak dapat mempertahankan kota-kota tersebut karena Liu Yu kembali ke selatan untuk naik takhta. Kerajaan Xia dengan cepat merebut Chang'an. Liang Akhir dibagi menjadi Liang Utara, Liang Selatan dan Liang BaratDi dalam Koridor Gansu di wilayah barat Gansu, Liang Akhir pecah menjadi Liang Utara dan Liang Selatan pada tahun 397. Liang utara didirikan oleh Tufa Wugu di Ledu, Qinghai. Liang Utara didirikan oleh suku Han, Duan Ye di Zhangye dengan dukungan Juqu Mengxun dari suku Xiongnu, yang kemudian merebut kekuasaan kerajaan pada tahun 401. Pada tahun 405, Li Gao, seorang komandan suku Han di Dunhuang memisahkan diri dari Liang Utara dan mendirikan Liang Barat yang berumur pendek. Liang Barat diserap oleh Liang Utara pada tahun 421. Keturunan Li Gao kemudian mendirikan Dinasti Tang pada abad ke-7. Liang Selatan dikuasai oleh Qin Barat pada tahun 414, dan Liang Utara berlangsung sampai tahun 414, ketika kerajaan itu menyerah kepada Wei Utara. Yan Akhir dipecah menjadi Yan Utara dan Yan SelatanYan Akhir menaklukkan Zhai Wei pada tahun 392 dan Yan Barat pada tahun 394, tetapi kehilangan serangkaian kekuasaan ke Wei Utara. Pada tahun 397, Wei Utara menguasai Hebei dan membagi Yan Akhir menjadi dua. Murong Bao memindahkan ibu kota utara Yan Akhir ke Liaoning namun Murong De menolah untuk pindah ke utara dan mendirikan Yan Selatan di Henan dan Shandong. Yan Selatan diruntuhkan oleh Jin Timur pada tahun 410. Yan Akhir berlangsung sampai tahun 407 ketika Jenderal Feng Ba membunuh Kaisar Murong Xi dan menempatkan Gao Yun. Gao Yun berasal dari keluarga bangsawan Goguryeo yang diadopsi ke dalam istana Murong, ia dianggap baik sebagai kaisar terakhir Yan Akhir atau kaisar pendiri Yan Utara. Pada tahun 409 ia dibunuh oleh Feng Ba, seorang Han yang mengendalikan Yan Utara. Upaya Jin Timur untuk merebut utaraSelama pemerintahan yang panjang di selatan Tiongkok, Dinasti Jin Timur meskipun dilanda pemberontakan lokal dan beebrapa upaya untuk merebut kembali Utara, dan berhasil membuat beberapa terobosan yang akhirnya gagal.[2] Pada tahun 313, Kaisar Yuan memberi Zu Ti 1,000 orang tentara dan 3,000 gulungan kain untuk ekspedisi utara. Meskipun dengan sumber daya yang terbatas, Zu Ti berhasil merebut kembali sebuah wilayah besar di Henan sebelah selatan Sungai Kuning dan berulangkali mengalahkan pasukan Zhao Akhir Shi Le. Kaisar-kaisar Jin Timur waspada dengan jenderal-jenderal yang terlalu berkuasa dan prestise dari ekspedisi utara yang sukses ini menjadi ancaman bagi takhta. Kaisar Yuan tidak mempercayai Zu Ti untuk memimpin pasukan ekspedisi besar pada tahun 321. Zu Ti yang kecewa jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Pasukan ekspedisi tersebut akhirnya dipanggil kembali ke Jiankang untuk memadamkan pemberontakan dan Shi Le merebut kembali Henan. Pada tahun 347, Jenderal Jin yang bernama Huan Wen menyerang Sichuan dan meruntuhkan kerajaan Cheng Han. Ia kemudian melancarkan sebuah ekspedisi sukses melawan kerajaan-kerajaan utara yang secara singkat merebut kembali Chang'an dari Qin Awal pada tahun 354 dan Luoyang dari kepala suku Qiang, Yao Xiang pada tahun 356. Pada tahun 369, ia memimpin sejumlah besar pasukan menyeberangi Sungai Kuning ke Hebei namun dikalahkan oleh Yan Awal. Pada tahun 383, Jin Timur menuntut balik selatan Henan Sungai Kuning setelah mengalahkan Qin Awal di dalam Perang Sungai Feishui pada tahun 383, tetapi kehilangan wilayah itu setelah kerajaan-kerajaan utara kembali berkuasa. Huan Wen memiliki pretensi untuk merebut kekuasaan dan memecat Kaisar Fei demi Kaisar Jianwen pada tahun 371. Putranya Huan Xuan secara singkat mengambil takhta dari Kaisar An di dalam sebuah kudeta pada tahun 403, tetapi dikalahkan oleh Jenderal Liu Yu. Liu Yu juga menggunakan ekspedisi utara untuk membangun kekuasaannya. Pada tahun 409-10, ia memimpin pasukan Jin menyerang dan menghancurkan Yan Selatan di Shandong. Pada tahun 416, ia mengambil kesempatan atas kematian pemimpin Qin Akhir dengan menyerang Henan dan menaklukkan Luoyang, dan kemudian berbalik ke arah Shaanxi den merebut Chang'an. Pemimpin terakhir Qin Akhir, Yao Hong menyerah dan dikirim ke Jiankang untuk dieksekusi. Dengan runtuhnya Qin Akhir, beberapa negara kecil di barat laut, Qin Barat, Liang Utara dan Liang Barat menyerah pada kekuasaan Jin. Namun Liu Yu mundur kembali ke Jiankang untuk merencanakan perebutan kembali takhta Jin, dan Chang'an direbut oleh pasukan Xia. Pada tahun 420, Liu Yu mendesak Kaisar Gong untuk berabdikasi dan mengangkatnya sebagai kaisar Dinasti Liu Song. Pada tahun 423, ia berencana untuk melancarkan sebuah ekspedisi melawan Wei Utara, tetapi ia keburu meninggal karena sakit. Dinasti Liu Song memerintah Tiongkok selatan sampai tahun 479. Wei Utara dan persatuan kembali Tiongkok utaraRumah leluhur Tuoba Xianbei merupakan Khingan Besar di Mongolia Dalam. Pada tahun 258, marga tersebut bermigrasi ke selatan Pegunungan Yin dan menyebar ke wilayah Ordos Loop. Pada tahun 315, kepala Tuoba Yilu diakui sebagai Pangeran Dai oleh Kaisar Jin. Pada tahun 338, Tuoba Shiyijian secara resmi mengumumkan kemerdekaan Dai dan membangun ibu kota di Shengle (yang sekarang Provinsi Horinger, Hohhot). Pada tahun 376, Qin Awal menyerang Shengle dan menyingkirkan Tuoba ke stepa utara; Tuoba Shiyijian dibunuh oleh putranya. Pada tahun 386, cucu Tuoba Shiyijian Kaisar Daowu membangkitkan kembali kerajaan yang dinamakan Wei; yang disebut oleh para sejarawan sebagai Wei Utara. Dari dekat Hohhot, Tuoba Gui berkembang ke selatan, merebut Shanxi dan Hebei dari Yan Awal dan Henan dari Dinasti Liu Song. Pada tahun 398, ia memindahkan ibu kota ke Pingcheng (yang sekarang Datong) dan menyebut dirinya sendiri sebagai Kaisar Daowu. Pada tahun 423, cucu Tuoba Gui, Tuoba Tao naik takhta sebagai Kaisar Taiwu dan mulai menyatukan wilayah utara. Dibawah pimpinannya, Wei Utara menaklukkan nomaden Rouran di utara dan mulai menaklukkan Shaanxi, Ningxia, dan Gansu. Pada tahun 427, ia merebut ibu kota Xia, Tongwancheng yang sekarang Provinsi Jingbian, Shaanxi. Xia di bawah Helian Ding pindah ke Pingliang, Gansu dan menaklukkan Qin Barat di Jincheng (yang sekarang Lanzhou) pada tahun 431. Helian Ding mencari hubungan persahabatan dengan Dinasti Liu Song namun didorong lebih jauh ke barat oleh Wei Utara. Helian Ding ingin menyerang Liang Utara namun ditangkap di dalam sebuah pemberontakan oleh nomaden Tuyuhun dan dieksekusi oleh Wei Utara. Pada tahun 436, Kaisar Taiwu memimpin sebuah ekspedisi melawan Yan Utara. Feng Hong, adik Feng Ba melarikan diri ke Goguryeo, dimana ia tewas terbunuh. Pemimpin terakhir Liang Utara, Juqu Mujian, menyerah pada tahun 439 yang menyempurnakan persatuan Wei Utara di Tiongkok utara dan menandai akhir dari periode Enam Belas Negara. Sejarah Tiongkok kemudian memasukkan periode Dinasti Selatan dan Utara karena serangkaian paralel dinasti di utara dan selatan masih ada sampai Dinasti Sui menyatukan negara pada tahun 589. Marga Tuoba akhirnya mengganti nama marga mereka menjadi Yuan, dan menguasai Tiongkok utara sampai tahun 550-an. Kronologi
Keterlibatan etnis-etnis lainnyaKerajaan Goguryeo merupakan negara yang berkuasa dan berpengaruh di timur laut Tiongkok pada masa awal enam belas negara. Goguryeo diserang oleh Murong Xianbei beberapa kali, dan pada tahun 342 Pangeran Murong Huang dari Yan Awal merebut ibu kota Goguryeo, Hwando (Wandu di dalam Bahasa Tionghoa). Dibawah kepemimpinan yang kuat dan dinamis dari raj-raja feodal, Goguryeo di masa pemerintahan Gwanggaeto yang Agung berhasil menyerang kerajaan-kerajaan Baekje, Silla, dan Dongbuyeo. Dengan keberhasilannya itu, Goguryeo kampanye melawan Yan Akhir menguasai wilayah Sungai Liao. Raja Murong Xi dari Yan Akhir melancarkan dua kali serangan balasan untuk merebut kembali wilayah Sungai Liao, tetapi hanya sebagian berhasil. Pada kehancuran Yan Utara oleh Wei Utara, raja Yan Feng Hong melarikan diri ke Goguryeo untuk mencari suaka. Meskipun suaka diberikan, Hong konon bertindak seolah-olah ia masih menjadi raja, mengeluarkan perintah dan menuntut penghormatan, dan dieksekusi oleh Raja Jangsu dari Goguryeo. Grup Yuwen Xianbei, Kumo Xi, yang tinggal di utara Youzhou, dan Khitan mulai berkuasa. Pada tahun 414, suku Kumo Xi mengirim kafila dagang ke Yan Utara, kemudian bergabung dengan Khitan untuk menyatakan kesetiaan kepada Yan Utara, dan kemudian Wei Utara setelah kehancuran Yan Utara. Dengan demikian, Wei Utara (dasarnya Tuoba Xianbei), menguasai secara de facto atas seluruh Mongolia (wilayah) dan wilayah Sungai Liao. Di Xiyu (yg sekarangXinjiang) dari bekas Kerajaan Han meletakkan kerajaan-kerajaan Shanshan, Qiuzi, Yutian, Dongshi, dan Shule. Kerajaan-kerajaan tersebut kerap dikendalikan atau dipengaruhi oleh berbagai kerajaan Liang yang ada di masa Enam Belas Negara. Liang Awal mengatur Komander Gaochang (Hanzi: 高昌郡) dan Provinsi Tiandi (Hanzi: 闐地縣) di barat, keduanya berada di bawah administrasi Gubernur Gaochang. Administrasi sehari-hari dijalankan dari beberapa benteng. Negara-negara Liangzhou lainnya umumnya megnikuti sistem administrasi tersebut. Pada tahun 382, Raja Qin Awal, Fu Jian mengirim Jenderal Lü Guang untuk ekspedisi militer ke kerajaan Dayuan dan mempromosikannya menjadi Jenderal Pelindung wilayah perbatasan barat. Setelah Qin runtuh, Lü Guang mendirikan Liang Utara, benteng-benteng di perbatasan utara dan kerajaan Shanshan seluruhnya menjadi bagian atau pegikut Liang Utara. AgamaBeberapa penguasa kerajaan utara melindungi Buddhisme yang tersebar di sepanjang Tiongkok utara di masa Enam Belas Negara dan berkembang selama dinasti utara berikutnya. Penguasa Qin Awal, Fu Jian merupakan seorang pelindung besar beasiswa Buddha. Setelah menaklukkan Xiangyang pada tahun 379, ia mengundang Biksu Dao An ke Chang'an untuk membuat katalog kitab-kitab Buddha. Ketika ajaran biksu Kuchean yang terkenal, Kumārajīva, mencapai Chang'an, Dao An menganjurkan Fu Jian untuk mengundang Kumārajīva. Pada tahun 382, Fu Jian mengirim Jenderal Lü Guang untuk menaklukkan wilayah barat (Tarim Basin) dan membawa Kumārajīva ke Chang'an. Lü Guang menaklukkan Kucha dan merebut Kumārajīva, tetapi kerajaan Qin Awal runtuh setelah Perang Sungai Feishui pada tahun 383. Lü Guang mendirikan Liang Akhir dan memegang tawanan Kumārajīva di Gansu barat selama 18 tahun. Pada tahun 401, penguasa Qin Akhir, Yao Xing menaklukkan Liang Awal dan Kumārajīva akhirnya dapat menetap di Chang'an dan menjadi salah satu penerjemah yang paling berpengaruh dari sutra Buddha ke dalam bahasa Tionghoa. Gua-gua pertama di Gua Mogao, Dunhuang yang diukir di Qin Awal. Karya di Gua Maijishan dimulai di masa pemerintahan Qin Akhir. Candi Bingling dimulai di masa pemerintahan Qin Barat. Banyak gua-gua lainnya dibangun di Koridor Gansu di bawah pemerintahan Liang Utara. Lihat PulaReferensi
|