Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Kalinyamatan di sebelah utara, Wedung di sebelah barat, Kecamatan Mayong di sebelah timur, Kecamatan Mijen di sebelah selatan. Akses Welahan berada di jalur utama masuk kabupaten Jepara melalui Demak.
Asal mula nama desa welahan berasal dari kata welah (dayung), yang pada era jawa kuno orang sering menambahkan akhiran (-an) untuk mempertegas kalimat, hingga tercipta kata welahan.
Kata Welahan berasal dari kisah Baru Klinting (ular besar yang bertapa di lereng gunung) dan perjalanan seorang janda dari rawa pening asal mula Baru Klinting berasal, janda itu menyelamatkan diri dari banjir besar dengan menggunakan lesung (tempat menumbuk padi) sebagai perahu alternatif dan mengayuh lesungnya dengan welah(dayung), sesampainya di demak si janda menemukan airnya sudah dangkal yang dalam bahasa jawa air yang dangkal disebut demek-demek hingga karena termakan waktu namanya tersingkat menjadi demak, dan Welahnya(dayungnya) terbawa arus sampai perbatasan Jepara.
Welahan sendiri dulunya adalah teluk dengan dibuktikannya sungai serang yang memanjang hingga laut dan dasar tanah Welahan yang penuh karang dan pasir laut.
Terindikasi juga bahwa welahan mungkin sebelum islam masuk pada dinasti kalingga adalah pelabuhan, dengan ditemukannya kuburan kapal dalam beberapa galian sumur dan juga kumpulan palawija yang membatu di dasar Welahan.
Besar kemungkinan Pegunungan Muria pernah mengalami longsor entah gempa atau letusan hingga menenggelamkan banyak sejarah, termasuk kerajaan Kalingga, dan sungai serang(perbatasan Jepara-Demak) yang semula teluk menjadi menyempit.
Saksi sejarah welah-an(dayung) bisa di temukan di dasar sumur kuno di desa Welahan, sayang hanya bisa dilihat jika kemarau panjang saja, tepatnya di kampung pecinan rumah dari keturunan tiongkok bernama nyah Pasue.
Bagi yang percaya sumur tersebut sampai saat ini masih dianggap keramat, bahkan bagi yang percaya air sumur tersebut dianggap dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sampai sekarang oleh pemilik rumah, dipergunakan sebagai tempat penjualan jamu dengan nama Nyah Pasue (sumur pusaka).
Membangun Tugu Dayung / Tugu Welah di Jalan Raya Pertigaan Pasar Welahan, yang asalnya Tugu Pancasila/Tugu KB diganti dengan Tugu berbentuk dayung dengan bentuk seperti dayung yang berada di dalam sumur Klenteng Welahan, juga dihiasi lampu warna-warni yang menyorot tugu dayung. ditugu juga tertulis sejarah Welahan. Dan Membangun Bangunan Berbentuk tulisan WELAHAN seperti bangunan tulisan PANTAI KARTINI di area Pantai Kartini. membangun bangunan tulisan WELAHAN di Jalan Raya Pertigaan Pasar Welahan didekat Tugu Dayung.
Membangun Halte Bus di Depan SMPN 1 Welahan, di depan SMPN 2 Welahan, di depan SMAN 1 Welahan, di depan Puskesmas Welahan, di pertigaan Pasar Welahan.
Rencana membuat acara yang diadakan setiap tahun yaitu Karnaval Welahan, yaitu:
Warga Kecamatan Welahan berharap kepada Camat kecamatan Welahan membuat rencana mengadakan karnaval yang diger setahun sekali yang bernama Welahan Cultural Carnival.
Dengan tujuan untuk mengenalkan kepada warga Jepara bahwa Kecamatan Welahan terdapat berbagai potensi dari kerajinan tangan, pertanian, dll.
Barisan Pertama arak-arakan ada Barongan dan Kuda Kepang (mewakili etnis Jawa), Barongsai dan Naga (mewakili etnis Tionghoa) karena Welahan terdapat dua etnis yaitu Jawa dan Tionghoa.
Acara tersebut adalah arak-arakan dengan peserta mulai dari balita hingga dewasa masyarakat umum boleh mengikuti karnaval ini
Dengan syarat setiap desa di kecamatan welahan harus mengirim perwakilannya minimal 1 kelompok dengan menggunakan busana dengan ciri khas potensi desanya. misalnya Desa Telukwetan memakai busana dengan hiasan rotan, Desa Bugo memakai baju berbentuk kue atau baju biasa dengan ornamen kue, dll.
Arak-arakan karnaval tersebut dimulai dari Lapangan Bogoran s/d Kantor Kecamatan Welahan.
Penduduk
Agama
Penduduk Welahan 90% beragama Islam, 4% mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan dan 6% Konghucu.
Kuluban adalah urap-urap (campur-campuran) sayur dengan bahan kacang panjang dan ketimun yang dicincang (dipotong kecil-kecil) ditambah kecambah yang semuanya mentah.
Janganan
Bahan-bahannya adalah daun bayam, tauge, kacang panjang, dll semuanya setengah matang.
Bahan pembuat carang madu adalah tepung beras, gula merah, dan bumbu (garam dll.). Cara pembuatannya: tepung dibuat adonan agak encer dan dibentuk seperti sarang/jaring laba-laba (dengan media plastik yang diberi lubang kecil di sudutnya) lalu dijemur hingga kering. Setelah itu digoreng, selagi masih panas diberi tetesan adonan gula merah.
Bahan minuman ini adalah cendol dari tepung sagu/aren, gula merah, dan santan. Semua bahan dicampur jadi satu dalam gelas/mangkuk, bila diperlukan ditambah aroma/rasa buah tertentu, paling nikmat bila dicampur buah durian dan bila diperlukan ditambah es secukupnya.
Bolu ini sangat unik karna bahan dan cara pembuatannya sangat tradisional tidak memakai bahan pengawet pengembang dan pewarna. Bahan Telur, Terigu, gula, margarin. pemanggangan yang dilakukan menggunakan kayu bakar dengan oven besar