Tondano adalah ibukota Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Tondano dijuluki sebagai Kota Toar. Julukan ini diambil dari nama julukan cerita rakyat toar dan lumimuut.[butuh rujukan]
Etimologi
Kata Tondano merupakan gabungan kata Tou dalam bahasa Tombulu yang memiliki arti orang dan Rano yang artinya air. BIla mengacu dari kedua kata ini, maka Tondano memiliki makna sebagai masyarakat atau penduduk yang tinggal disekitar air yang masyrakatnya saat itu memang tinggal di sekitar Danau Tondano yang juga diperkirakan mendapatkan namanya dari istilah ini.[2]
Sejarah
Masa sebelum pendudukan Belanda
Wilayah Tondano pada abad 1800-an terbagi menjadi dua walak, yaitu Tondano Toulimambot dan TondanoTouliang yang akhirnya baru disatukan pada tanggal 20 Agustus 1809 dengan Jacob Supit yang bertugas sebagai kepala walak untuk meredam pertengkaran masyarakat Tondano saat itu.[3]
Masa pendudukan Belanda
Pada tahun 1920, nama Tondano diganti menjadi Toulour pada tahun 1920 hingga 1966. Kata Toulour merupakan penggabungan makna dari kata Tou dalam bahasa Tombulu yang bermakna orang dan Lour yang bermakna danau, jadi Toulour bermakna anak danau.[4]
Demografi
Penduduk
Kota Tondano memiliki luas wilayah 81,00 km2, dan pada tahun 2020 memiliki jumlah penduduk sebanyak 67.235 jiwa, dimana laki-laki sebanyak 34.074 jiwa dan perempuan 33.161 jiwa, dengan kepadatan penduduk 830,06 jiwa/km2.[1]
Berdasarkan suku, pada umumnya penduduk kabupaten Minahasa termasuk di kota Tondano, berasal dari suku Minahasa sebagai penduduk asli wilayah tersebut.[5] Adapaun suku lain, pada umumnya berasal dari suku Sangir, Talaud, Gorontalo, Bolaang Mongondow, dan suku pendatang lainnya, seperti Jawa, Bugis, dan aasl Papua.
Agama
Dalam bidang keagamaan, masyarakat kota Tondano memiliki beragam kepercayaan. Data Kementerian Dalam Negeri tahun 2023 mencatat bahwa mayoritas penduduk Tondano memeluk agama Kristen yakni 89,80% dimana Protestan 85,05% dan Katolik 5,87%. Sebahagian lagi memeluk agama Islam yakni 8,84%, kemudian Kepercayaan 0,20%, Hindu 0,02%, Budha 0,02% dan Konghucu 0,01%. Rumah ibadah yang ada di kota ini yakni terdapat 139 bangunan gereja Protestan, 7 bangunan masjid, 6 bangunan gereja Katolik, dan 2 bangunan Pura.
^Wenas, Jessy (2007). Sejarah dan kebudayaan Minahasa. Jakarta: Institut Seni Budaya Sulawesi Utara. hlm. 15.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)