Berasal dari Majalengka, Tubagus bertugas di Tentara Nasional Indonesia selama lebih dari tiga puluh tahun, bekerja sebagai ajudan atau sekretaris militer untuk empat presiden sebelum pensiun dan terjun ke dunia politik pada tahun 2009. Ia mencalonkan diri sebagai calon gubernur pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018, namun ia menempati posisi terakhir.
Latar Belakang
Tubagus lahir di Majalengka, Jawa Barat, pada tanggal 8 September 1952, sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara. Ayahnya Sutisna adalah seorang kepala desa. Ia menyelesaikan SD dan SMP di Majalengka, sebelum pindah ke Magelang untuk menyelesaikan SMA-nya. Setelah itu, ia mendaftar di Akademi Militer, mengikuti saran dari saudara iparnya. Dia lulus pada tahun 1974.[1][2] Ia kemudian belajar di Universitas Pasundan, memperoleh gelar sarjana, magister, dan doktor.[2][3]
Di DPR, Tubagus menjabat sebagai wakil ketua komisi pertama.[9] Pada tahun 2016, Tubagus mengkritik rencana Presiden Joko Widodo untuk memberikan amnesti kepada mantan pemimpin kelompok militan dan bersenjata GAMDin Minimi, dengan menyatakan bahwa Din adalah seorang tahanan kriminal, bukannya bersifat politis dan karenanya tidak boleh diberikan amnesti.[10]
Meskipun awalnya menyatakan bahwa dia tidak berlari,[11] Tubagus mencalonkan diri sebagai calon gubernur PDI-P pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018, dan mengundurkan diri dari jabatannya di parlemen, namun ia menempati posisi terakhir dengan 2.773.078 suara (12,62%).[12][13] Ia kembali mencalonkan diri di Pileg 2019, masih sebagai calon PDI-P dari daerah Jawa Barat ke-9.[14] Dia terpilih kembali ke badan tersebut.[15]
Riwayat Pekerjaan
Pama Yonarhanud 14 (1975—1983)
Instruktur AKABRI Magelang (1983—1985)
Kodam I Aceh (1985—1989)
Dosen SESKOAD Bandung (1989—1992)
Komandan Sektor Pasukan Perdamaian PBB di Irak (1992—1993)