Mayjen TNI (Purn.) Syaukat Banjaransari (26 November 1936 – 2 Juli 2023) adalah seorang jenderal tentara dan seniman Indonesia. Dia adalah Sekretaris Militer untuk Presiden dari tahun 1986 hingga 1992 dan Inspektur Jenderal Pembangunan dari tahun 1992 hingga 1996.
Riwayat Hidup
Kehidupan awal
Syaukat Banjaransari lahir pada tanggal 26 November 1936 di Kutoarjo, sebuah kota kecil di provinsi Jawa Tengah, Hindia Belanda. Keluarganya kemudian pindah ke Yogyakarta dan dia kemudian menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di sana.[1]
Syaukat bersekolah di Sekolah Rakyat di Yogyakarta dan tinggal di Jalan Merbabu di Yogyakarta, yang juga menjadi tempat tinggal presiden masa depan Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai komandan militer berpangkat letnan kolonel. Saat bertemu dengan Soeharto, Syaukat diminta oleh Soeharto untuk membantunya menarik sepeda.[2] Ia juga merupakan teman masa kecil dari Adnan Buyung Nasution.
Riwayat Pendidikan
Syaukat melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta dan lulus dari SMP 1 Yogyakarta dan SMA Padmanaba Yogyakarta pada tahun 1957. Ia kemudian bersekolah di Akademi Militer Nasional dan ditugaskan sebagai perwira artileri pertahanan udara setelah lulus pada tahun 1960.[1]
Karier militer
Selama karir militernya, Syaukat ditugaskan di berbagai pos di komando artileri pertahanan udara, termasuk sebagai komandan Batalyon Artileri Pertahanan Udara 9 di Ngawi dan sebagai asisten penelitian dan pengembangan untuk komando pertahanan udara.[3]
Sekitar tahun 1979, Syaukat ditempatkan di kedutaan Indonesia di New Delhi sebagai atase militer.[3] Selama berada di kedutaan, ia bertemu dengan Presiden Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah, saat berkunjung ke Sri Lanka. Setelah mengetahui bahwa istri Syaukat meninggal karena kandungan mati, dan dia memiliki seorang anak berusia dua tahun, Hartinah secara retoris menyatakan bahwa anak Syaukat adalah "anaknya". Syaukat bertemu lagi dengan Suharto dua tahun kemudian di New Delhi saat dia ditugaskan untuk mempersiapkan kedutaan untuk kunjungan Soeharto.[2]
Syaukat kembali ke Indonesia setelah menjabat atase militer. Sekretaris Militer Presiden saat itu, Marsekal Muda Kardono, terkesan dengan kemampuan Syaukat dalam mempersiapkan kedutaan selama kunjungan Soeharto, dan mengangkatnya sebagai kepala biro keamanan presiden. Dia dipindahkan ke Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, di mana dia menjadi kepala staf dengan pangkat brigadir jenderal. Beberapa bulan kemudian, ia naik pangkat menjadi mayor jenderal dan menjadi asisten urusan personalia KSAD.[3][4]
Karier selanjutnya
Setelah menjabat selama hampir satu dekade sebagai Sekretaris Militer Presiden, Kardono mencalonkan Syaukat sebagai penggantinya. Soeharto menyetujui pencalonan tersebut, dan Syaukat dilantik sebagai sekretaris militer presiden pada 14 Februari 1986.[5][6] Meski aktif sebagai perwira militer dan pejabat publik di Sekretariat Negara, dalam kartu nama Syaukat mencantumkan pekerjaannya sebagai pelukis.[7] Ia digantikan sebagai Sekretaris Militer Presiden oleh Brigjen Pranowo, dan ia sendiri dipindah tugaskan sebagai Inspektur Jenderal Presiden untuk proyek Instruksi Presiden.[8][9] Ia kemudian menjadi sekretaris jenderal Gerakan Pramuka Indonesia dari tahun 1998 hingga 2003,[10] dan ketua Yayasan Trikora, yang memberikan bantuan keuangan untuk anak-anak yang ayahnya tewas selama Operasi Trikora.[2]
Kehidupan Pribadi
Syaukat sudah melukis sejak duduk di bangku SMA. Ia melanjutkan hobi melukisnya setelah bergabung dengan tentara dan menjadi pelukis profesional sekitar akhir 1980-an. Ia bergabung dengan kelompok pelukis Indonesia Lima, yang merupakan kelompok beranggotakan lima pelukis terkemuka Indonesia. Kelompok ini mengadakan pameran seni rupa di berbagai hotel dan galeri seni di Jakarta.[2][11] Syaukat juga telah merancang berbagai barang untuk pemerintahan dan militer, seperti cincin alumni lulusan AKABRI dan Seskoad, emblem berbagai satuan di lingkungan Kohanud, trophy Wahana Tata Nugraha departemen perhubungan pada tahun 1992, trophy dinas olahraga tahun 1993, dan logo Badan Kepegawaian Negara tahun 1994.[1]
Syaukat juga terlibat dalam pembuatan film dan telah berpartisipasi dalam beberapa film. Setelah pensiun, ia menjadi ketua Yayasan Film Sentral Usmar Ismail.[1]
Kematian
Syaukat meninggal dunia pada 2 Juli 2023 pagi di RSPAD Gatot Soebroto. Dia berusia 86 tahun.[12]
Penghargaan
Referensi