Syarif Makkah adalah gelar yang diberikan pada Gubernur yang memerintah tanah suci Makkah, Madinah dan Daerah Hijaz di sekitarnya.[1] Nama gelar Syarif ini sebenarnya diambil dari nama gelar kehormatan keturunan Nabi Muhammad dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib.[2][3] Ini sesuai dengan tradisi umat Islam, yaitu memberikan gelar Syarif dan Mawla pada keturunan Nabi Muhammad yang berasal dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, dan memberikan gelar Sayyid atau Habib dan semua variannya pada keturunan Nabi Muhammad yang berasal dari jalur Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Syarif Muhammad Syukr bin Hasan bin Ja'far (1010-1012), wafat tanpa punya keturunan.
Klan Sulaimani
Syarif Abu Thoyyib Dawud bin Abdurrahman bin Abul Fatik Abdullah bin Dawud bin Sulaiman bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan (1012-1039)
Syarif Muhammad bin Abdurrahman (1039-1048)
Syarif Wahhas bin Abu Thoyyib Daud bin Abdurrahman (1048-1058)
Syarif Hamzah bin Wahhas (1058-1062), wafat dalam pengasingan di rumahnya setelah dikalahkan Abu Hasyim Muhammad dari Klan Hawasyim atas bantuan Ali bin Muhammad as-Sulaihi. Ia menurunkan Klan al-Hasyim, al-Isa dan al-Ghanim (cabang Klan Sulaimani)
Klan Hawasyim (Hasyimi)
Syarif Abu Hasyim Muhammad bin Ja'far bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Hasyim Muhammad bin Husain bin Muhammad bin Musa bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan(1063-1094), bangkit atas bantuan Ali bin Muhammad as-Sulaihi dari Sulaihi Yaman.
Syarif Abu Fulaitha Qasim bin Abu Hasyim (1094-1101). Wafat bertepatan dengan wafatnya al-Musta'li dari Dinasti Fatimiyah. Ia digantikan putranya Fulaitha.
Syarif Fulaitha bin Qasim (1101-1133), ia digantikan putranya Hasyim.
Syarif Hasyim bin Fulaitha (1133-1155), ia digantikan putranya Qasim.
Syarif Qasim bin Hasyim (1155-1161), ia digantikan pamannya Isa.
Syarif Isa bin Fulaitha (1161-1175), ia digantikan putranya Dawud.
Syarif Dawud bin Isa (1175-1176), berseteru dengan saudaranya Muktsir.
Syarif Muktsir bin Isa (1176-1177) (-1201), dijatuhkan oleh Qatadah.
Syarif 'Abdul Muthollib[10] bin Ghalib (1827-1827)
Syarif Muhammad[11][10] bin 'Abdul Mu'in (1827-1851). Dengan dibantu KhediveMuhammad Ali Pasha beliau bisa naik menggantikan saudara sepupunya dari Klan senior Dhawu Zaid meski kemudian mereka kembali bergantian menjabat Syarif. Keturunan mereka saling berebut kuasa Mekkah sampai Syarif Husain memutuskan merdeka dari Turki Usmani.
Syarif 'Abdul Muthollib[12] bin Ghalib (1851-1856)
Syarif Muhammad[11][10] bin 'Abdul Mu'in[13] (1856-1858)
Syarif 'Abdulah Kamil Pasha[14][10] ('Abdullah bin Muhammad) (1858-1877)
Syarif 'Ali Haidar Pasha bin 'Ali Jabir bin 'Abdul Muthalib bin Ghalib dari Dhawu Zaid (1916-1917), berkuasa sebatas gelar karena Syarif Husain telah dianggap memberontak terhadap Usmani dan beliau tak mampu mengambil alih Makkah.
Syarif Husain[19] bin 'Ali[20] bin Muhammad bin 'Abdul Mu'in al-Hasyimi (1916-1924)
Syarif 'Ali[23] bin Husain (1924-1925). Putra sulung Husain yang menolak memperjuangkan gelar Khalifah Islam. Itu termasuk saudara-saudaranya, baik Faishal (Penguasa Irak dan Syria), 'Abdullah (penguasa Transyordan) maupun Zaid tidak ada yang tertarik menyandang gelar Khalifah meski memiliki legitimasi berupa silsilah nasab dan lembaga berbentuk negara.
Jatuhnya Kerajaan Hijaz sudah bisa diprediksikan, karena Raja Husain bin Ali menolak deklarasi Balfour yang dilakukan oleh Inggris. Pada deklarasi itu, Inggris menyatakan bahwa Palestina adalah tanah yang akan diberikan pada kelompok Zionis. Pihak Inggris menawarkan banyak subsidi pada Raja Husain agar mau menerima deklarasi Balfour itu, tetapi Raja Husain tetap menolaknya sampai tahun 1924. Setelah itu, Inggris menghentikan tawaran subsidi itu. Tidak lama kemudian, Raja Abdul Aziz bin Saud dari Najd mulai menyerang kerajaan Hijaz dengan bantuan pihak Inggris, dan serangan ini menyebabkan jatuhnya kerajaan Hijaz.