Sidasuha (Surat Batak: ᯙᯫᯑᯙᯮᯃ; disebut juga sebagai Purba Dasuha) adalah salah satu margaBatak Simalungun yang berasal dari Panei, Simalungun. Marga Sidasuha merupakan turunan dari marga Purba.[2][3] Pada umumnya, keturunan Sidasuha menggunakan nama Purba sebagai nama marga.
Menurut tarombo, Purba Dasuha berasal dari marga Purba Sigulang Batu yang berasal dari Humbang, tepatnya dari sekitaran Siborongborong dan Lintong Ni Huta yang datang ke Simalungun. Kemudian, beberapa marga Purba (Simamora) ini dari bona pasogit (daerah asal), Tipang, pergi melalui Pulau Samosir dan menetap di Haranggaol dan memperkenalkan dirinya sebagai marga Purba. Toga Simamora memperanakkan 4 putra, yaitu Toga Purba, Toga Manalu, Toga Debataraja, dan Tuan Sumerham. Toga Purba memperanakkan Sigulang Batu, lalu Sigulang Batu memperanakkan Partali Ganjang, Partali Ganjang memperanakkan Guru Sotangguon, Guru Sotangguon memperanakkan Somalate. Kemudian, Somalate memperanakkan Datu Parulas Parultop, yang kemudian Datu Parulas Parultop memperanakkan Sidasuha, bersama Girsang, Siboro, Tarigan, Purba Tambak, dan marga-marga Purba Simalungun lainnya yang menjadi marga-marga Batak. Somalate memperanakkan dua putra, yaitu Datu Parultop dan Datu Parulas. Keduanya merupakan anak kembar (silinduat), sehingga ada orang yang ketika membuat tarombo, nama mereka digabungkan menjadi Datu Parulas Parultop. Jadi, Datu Parulas Parultop yang dimaksud bukan hanya 1 orang, melainkan 2 orang. Jadi, yang memperanakkan Sidasuha adalah Datu Parultop alias Juaro Parultop dengan gelar Si Raja Dilangit. Yang memperanakkan Girsang, Siboro, dan marga Purba lainnya adalah Datu Parulas dengan gelar Si Raja Ursa. Menurut sejarah, ada juga marga Purba Manorsa dari Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, yang menyamakan dirinya dengan Purba Dasuha.
Menurut tarombo Batak Simalungun
Berawal dari dinasti Kerajaan Dolog Silau, yang penguasanya merupakan marga Purba Tambak. Suatu hari, putra bungsu Raja Dolog Silau kecewa karena abangnya menyantap habis makanan dan juga tuak. Si bungsu menegur abangnya karena itu, namun abangnya tidak mengindahkan kata-kata adiknya, dan berkata: “Suhasuhani bagod in do na suman inumonmu, tandani ho silojaloja i rumah bolon on!” yang berarti “Sisa tuak itu yang layak kau minum selaku suruhan di istana ini”. Kemudian mereka bertengkar hebat. Namun karena abangnya lebih kuat, ia memutuskan pergi dari Silou Buttu menuju daerah sekitaran Tiga Runggu, Purba, Simalungun dan mengubah nama marganya yang awalnya Purba Tambak, menjadi Purba Dasuha dan membuka kampung disana, bernama Huta Suha Bolag. Dari perkataan kakaknya itulah Sidasuha mendapatkan namanya, Suha. Dengan demikian, ia resmi menjadi marga Purba Dasuha. Kemudian di daerah Pamatang Panei, ia mendirikan kerajaan baru yaitu Kerajaan Panei, dan memekarkan marga baru, yaitu Purba Sidadolog dan Purba Sidagambir.
Daftar penguasa Partuanon Panei - Baja Linggei di Pamatang Panei dan Sipispis
Tuan Suha Bolag Purba Dasuha (Raja Panei I)
Parhuda Sitajur (Raja Panei II)
Hantu Panei (Raja Panei III)
Raja Panei IV
Raja Panei V
Raja Panei VI
Raja Panei VII
Raja Panei VIII
Tuan Sarmalam Purba Dasuha (Raja Panei IX)
Tuan Sarhalapa Purba Dasuha (Raja Panei X)
Tuan Djintama Purba Dasuha (Raja Panei XI)
Tuan Djontama Purba Dasuha (Raja Panei XII)
Tuan Djadiammat Purba Dasuha (Raja Panei XIII)
Tuan Bosar Sumalam Purba Dasuha (Raja Panei XIV)
Pada masa pemerintahan Tuan Simalobong Purba Dasuha (bukan Raja Panei, ia merupakan penguasa Pamatang Purba, dengan gelar Tuan Pamatang Purba), datanglah seorang pengembara (ia diyakini sebagai Pangultopultop atau Datu Parulas Parultop), dijuluki sebagai "Nagodang Purba " salah seorang keturunan marga Cibero dari Pakpak Dairi ke wilayah Pematang Purba di Simalungun. Karena kepiawaiannya, pengembara tersebut berhasil merebut hati rakyat Tuan Simalobong dan menganggapnya sebagai raja. Karena itu, Tuan Simalobong cemburu dan mengadakan adu sumpah (marbija) dengan Pangultopultop yang kemudian dimenangkan oleh Pangultopultop. Kepemimpinan Tuan Simalobong berpindah ke Pangultopultop, dan Pangultopultop mendirikan sebuah kerajaan bernama Kerajaan Purba, di wilayah bekas kekuasaan Tuan Simalobong, di Pematang Purba, Simalungun. Saat itu Pangultopultop menyandang marga yang sama dengan Tuan Simalobong. Namun, mengingat dirinya berasal dari Pakpak Dairi, disebutnyalah dirinya Purba Pakpak, dan lahirlah marga Purba Pakpak.
Di masa pemerintahan Raja Panei ke-5, ia memperanakkan tiga putra yaitu Raja Panei ke-6, Sidadolog (Tuan Sinaman), dan Sidagambir (Tuan Rajaihuta). Di saat itulah, marga Purba Sidadolog dan Purba Sidagambir lahir.
Kekerabatan
Walaupun belum bisa dipastikan bahwa semua yang bermarga Purba Dasuha merupakan keturunan atau berasal dari marga Purba Sigulang Batu (keturunan Simamora), namun sudah banyak marga Purba, khususnya marga Purba Dasuha yang menganggap dirinya semarga dengan marga-marga keturunan Simamora dari Humbang, seperti Manalu, Debataraja (yang keturunannya kebanyakan memakai marga Simamora), dan Rambe. Banyak yang bermarga Purba Dasuha yang bangga menyatakan dirinya adalah keturunan Toga Simamora yang bersaudara dengan marga Purba Batak Toba, Manalu, Simamora Debataraja, dan Rambe, tetapi ada juga yang tidak setuju dan tidak menerima bahwa Purba Dasuha berasal dari Simamora. Ini sama halnya dengan marga Damanik yang bangga menyatakan dirinya adalah keturunan Silau Raja (Malau, Manik/Damanik, Ambarita, dan Gurning) ataupun keturunan Si Raja Borbor, yaitu Tuan Sidamanik. Namun, sama seperti marga Purba Dasuha di atas, ada juga marga Damanik yang tidak dapat menerima kalau ia merupakan keturunan Manik ataupun kelompok marga Naimarata.
Hubungan dengan marga Simamora lain
Sekarang ini, banyak marga Purba Dasuha yang mengaku bahwa mereka itu marsanina (bersaudara; dalam bahasa Batak Simalungun) atau na marhaha maranggi dalam bahasa Batak Toba, dengan marga-marga Simamora lainnya, yakni Manalu dan Debataraja (Simamora). Mereka (semua marga Purba Dasuha) yang mengaku sebagai keturunan Simamora, menganggap bahwa semua yang bermarga Manalu dan Debataraja merupakan saudara kandung mereka. Begitu juga dengan Manalu dan Debataraja (Simamora). Mereka juga menganggap bahwa Purba Dasuha, adalah saudara kandung mereka, atau bahkan haha doli (kakak laki-laki atau abang; dalam bahasa Batak Toba) mereka. Karena dalam tarombo Simamora, Purba merupakan anak sulung, dan Purba mempunyai adik yaitu Manalu dan Debataraja. Jadi, ada dari marga Manalu dan Debataraja, yang ketika bertemu dengan marga Purba Dasuha, mereka memanggilnya dengan "abang".
Tokoh
Beberapa tokoh yang bermarga Purba Dasuha, di antaranya adalah:
^Keturunan Purba Dasuha yang berasal dari Purba Sidadolog dan Sidagambir, memakai marga Purba Sidadolog dan Purba Sidagambir sebagai nama marga. Namun, keturunan Purba Dasuha yang bukan berasal dari keturunan Purba Sidadolog dan Purba Sidagambir, tetap memakai marga Purba Dasuha.
^Subroto, Lukman Hadi (13 Agustus 2022). "Daftar Marga Simalungun". Kompas (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 24 Juni 2023.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)