Sepultura
Sepultura (pengucapan bahasa Portugis: [se.puw.ˈtu.ɾɐ], "Kuburan")[1] adalah grup musik heavy metal dari Brasil yang didirikan pada tahun 1984, oleh Cavalera bersaudara yakni Max dan Igor Cavalera. Nama mereka dipilih oleh Max Cavalera setelah ia menerjemahkan lirik lagu Motörhead yang berjudul "Dancing On Your Grave".[1] Kini lebih dari tiga dekade perjalanan musiknya, Sepultura menjadi salah satu supergrup yang paling sukses sepanjang sejarah di kancah musik metal dunia dan dianggap sebagai generasi kedua dari gelombang thrash metal[2] bersama dengan Pantera, Machine Head, Testament, Death Angel, Sacred Reich, Dark Angel dan Fear Factory.[3] SejarahBerawal dari grup musik bentukan Max Cavalera dan adiknya Igor Cavalera awal dasawarsa 1980–an, di antaranya adalah grup musik Guerrilha[4] yang digawangi oleh Max (bassis), Igor (drum dan perkusionis), Jairo Guedes (dikenal juga dengan Jairo Tormentor atau Jairo T) (gitaris) dan Silvio (vokalis) hanya untuk menyalurkan naluri bermusik dan membawakan lagu dari band-band terkenal pada waktu itu. Tidak ada album yang dirilis dari grup ini hingga digagasnya Sepultura pada tahun 1984, yang menyebabkan duo bersaudara Max dan Igor memutuskan untuk meninggalkan sekolah dan mendedikasikan diri mereka sepenuhnya untuk bermusik.[5] 1984: Formasi AwalSetelah beberapa kali pergantian anggota band sepanjang tahun 1984–1985, termasuk di antaranya Beto Pinga (drumer), Cássio (gitaris), Julio Franco (gitaris), Roberto Raffan (bassis) dan Roberto UFO (gitaris). Formasi awal yang relatif tetap pada waktu itu adalah Max Cavalera (gitaris), Igor Cavalera (drumer) dan Wagner Lamounier (vokalis), walaupun formasi ini tidak merilis album.[6] Namun, formasi inipun tidak bertahan lama, dengan keluarnya Wagner karena perbedaan pendapat dengan anggota band lainnya (diketahui kemudian Wagner membentuk band Sarcófago bersama Roberto UFO). Sehingga Max menggantikan Wagner menjadi vokalis dan masuknya gitaris Jairo Guedes (Jairo T) dari band sebelumnya, Guerrilha.[7] 1985–1986: Bestial Devastation dan Morbid VisionsSepanjang tahun 1985, Sepultura banyak mengikuti festival-festival band lokal di daerahnya, menandatangani kontrak dengan label Cogumelo Records dan mulai memperkenalkan Paulo Jr. (bassis) sebagai anggota tetap dalam sebuah konser pertunjukan langsung di "Santa Teresa Ideal Clube" bulan Maret 1985. Debut album mini Sepultura yang bertajuk Bestial Devastation (rilis 1 Desember 1985) berupa album kompilasi (split album), bersama dengan album mini grup band Overdose yang bertajuk Século XX, sehingga debut ini bertajuk Bestial Devastation / Século XX.[8] Proses penggarapan album mini ini bagi Sepultura terbilang cepat dengan proses rekaman yang hanya dilakukan selama dua hari saja[9] dan mendapat reaksi positif di belantika musik bawah tanah Brasil, dengan penjualan sejumlah lima belas ribu kopi yang dianggap sukses pada waktu itu, Sepultura mendapatkan perpanjangan kontrak dari label untuk membuat album penuh hingga rilis album studio pertamanya tanggal 10 November 1986 bertajuk Morbid Visions, menambah popularitas Sepultura di kancah musik metal Brasil dan mendapat perhatian media pada masa itu.[10] Album ini menghasilkan tembang populer "Troops Of Doom" yang dibawakan Sepultura sebagai band pendatang baru dalam konser pertunjukan langsung band Venom dan Exciter[11] di Stadion Mineirinho, Belo Horizonte, tanggal 5 Desember 1986 ketika Sepultura menjadi band pembukanya.[12] Hal ini membuat Ann Boleyn, produser musik dari Amerika merilis Morbid Visions tahun 1987 melalui label yang didirikannya New Renaissance Records.[13] Kemudian Sepultura memutuskan pindah ke São Paulo untuk mengejar karier musiknya.[14] 1987–1990: Schizophrenia dan Beneath the RemainsTak lama setelah tur pertamanya di tahun 1987, Jairo Guedes mengundurkan diri karena kehilangan minatnya terhadap musik ekstrem,[6] kemudian posisinya digantikan oleh Andreas Kisser yang mulai diperkenalkan pada konser Sepultura di kota Caruaru, Pernambuco, bulan Mei 1987, sehingga formasinya menjadi Max (vokalis dan gitaris), Igor (drummer), Paulo Jr. (bassis) dan Andreas (gitaris).[10] Formasi baru ini kemudian menggarap album keduanya yang dikerjakan secara lebih profesional dibandingkan dengan pengerjaan album sebelumya, hingga kemudian rilis tanggal 30 Oktober 1987 melalui label Cogumelo Records bertajuk Schizophrenia, menyusul gelaran konser pada bulan berikutnya yang dihadiri hingga dua ribu penonton. Schizophrenia berhasil terjual lebih dari sepuluh ribu kopi yang mengalahkan penjualan album Slayer dan Anthrax di Brasil pada waktu itu,[5] serta mulai meraih popularitas di Amerika, kemudian menarik perhatian label Roadrunner Records yang diikuti dengan membuat kontrak jangka panjang mengawali peluncuran album studio ketiganya Beneath the Remains (rilis 7 April 1989).[15] Album ini digarap oleh produser Scott Burns yang juga mengerjakan album-album Obituary, Cannibal Corpse, Malevolent Creation dan band-band death metal lainnya.[16] Menjelang akhir tahun 1989, pada periode September–Oktober 1989, Beneath the Remains membawa Sepultura keliling Eropa menjalankan tur bersama Sodom,[17][18] kemudian tampil dalam pertunjukan yang diselenggarakan oleh Roadrunner Records di The Ritz, New York, tanggal 31 Oktober 1989, dengan bintang tamu utama King Diamond yang juga didukung oleh Sacred Reich melalui manajernya Gloria Bujnowski (kelak menjadi manajer Sepultura).[19] Tak lama berselang setelah rilis album studio ketiganya ini, Sepultura memutuskan untuk relokasi ke Phoenix, Arizona, tahun 1990.[20] 1991–1995: Arise dan Chaos A.D.Menyusul sukses album sebelumnya, Sepultura dengan manajemen baru mulai mengerjakan album berikutnya bersama Scott Burns di Morrisound Studios, Tampa, Florida dengan proses pengerjaan album yang lebih serius dan proses mixing yang dikerjakan di Quantum Sound Studios, Jersey, New Jersey oleh Andy Wallace (kelak menjadi produser Chaos A.D.). Album yang bertajuk Arise ini rilis tanggal 2 April 1991 yang disusul kemudian dengan rangkaian tur keliling dunia ke 39 negara yang secara keseluruhan mencakup 220 pertunjukan,[21] termasuk kunjungannya ke Jakarta dan Surabaya pada bulan Juli 1992 dengan menggelar konser pertunjukan langsung di Stadion Lebak Bulus, yang diawali oleh Edane sebagai band pembukanya.[22] Kemudian hari berikutnya, konser berlanjut di Stadion Tambaksari yang pertunjukannya dibuka oleh Power Metal dan Mel Shandy & Metal Boyz.[23] Seluruh rangkaian tur keliling dunia ini dilakukan dalam kurun waktu hingga dua tahun[21] termasuk tur utamanya dengan band-band Helmet, Ministry, Alice in Chains dan Ozzy Osbourne.[24] Setelah sukses mendapatkan perhatian internasional dengan Arise, Sepultura meluncurkan album kelimanya bertajuk Chaos A.D. pada September 1993, dirilis melalui Roadrunner dan Epic Records, label besar yang juga menaungi Pearl Jam dan Rage Against the Machine.[25] Diproduseri oleh Andy Wallace, Chaos A.D. digarap selama tiga hingga empat bulan dengan sesi rekaman yang dilaksanakan di Rockfield Studios, Monmouth, Wales. Sepultura menyadari akan pentingnya album ini, sehingga semuanya harus dipersiapkan secara matang dan meyakini bahwa Andy Wallace adalah orang yang tepat dalam menggarap album ini. Sepultura berkolaborasi dengan salah seorang tokoh pergerakan musik punk Jello Biafra (Dead Kennedys) dalam menggarap tembang "Biotech Is Godzilla" dan Evan Seinfeld (Biohazard) yang juga membantu penulisan lagu "Slave New World".[26] Album ini terjual lebih dari 500.000 kopi dan tercatat sebagai album yang paling sukses secara penjualan dibandingkan dengan album-album sebelumnya.[26] Chaos A.D. meraih posisi 32 pada tangga lagu Billboard 200,[27] lalu mendapatkan sertifikasi emas di Amerika[28] Eropa,[29] Inggris Raya[30] dan Australia.[31] Kemudian termasuk dalam daftar 100 album metal terbaik sepanjang masa menurut Rolling Stone.[32] 1996–2000: Roots, pengunduran diri Max dan AgainstTiga tahun setelah kesuksesan Chaos A.D., Sepultura meluncurkan album keenamnya bertajuk Roots yang dirilis terlebih dahulu di Eropa pada Februari 1996, menyusul rilis di Amerika satu bulan kemudian pada Maret 1996. Konsep album ini dibuat berbeda dari album-album yang pernah digarap Sepultura sebelumnya, melalui tema yang bercerita tentang kultur dan budaya Brasil yang penuh gejolak dengan menggabungkan riff bergaya nu metal, elemen tribal[33] dan ritme instrumen rakyat Brasil. Bahkan Sepultura berkolaborasi dengan seniman asli suku Xavante melalui persembahan lagu "Itsári".[34] Selain itu, Sepultura juga melibatkan Jonathan Davis (Korn), Mike Patton (Faith No More) dan DJ Lethal (Limp Bizkit)[35] dalam menggarap tembang "Lookaway",[36] kemudian berkolaborasi pula dengan musisi asal Brasil Carlinhos Brown dan perkusionis David Silveria dalam mengerjakan tembang "Ratamahatta" yang berbahasa Portugis, dipersembahkan dalam rangka perayaan Hari Kehidupan di kawasan kumuh (favela) Brasil yang bercerita tentang tokoh pejuang rakyat Zé do Caixão dan Lampião.[37] Roots berhasil menduduki posisi 27 pada tangga lagu Billboard 200,[27] nomor 4 di OCC Album top 100, Inggris Raya[38] dan nomor 1 untuk kategori musik rock dan metal di tangga lagu yang sama,[39] kemudian diganjar sertifikasi emas di Amerika,[40] lalu bersama dengan Chaos A.D., album ini tercatat sebagai album Sepultura yang paling sukses secara komersial.[41] Di tengah kesuksesan dan popularitas tersebut, dalam rangka tur Eropa yang dimulai dari Belgia pada 20 November 1996, Sepultura mengakhiri kerja sama dengan managernya Gloria Cavalera yang berujung pada pengunduran diri Max dari band yang didirikannya tersebut dengan perasaan penuh amarah dan kecewa.[42] Tur tersebut berakhir hanya kurang dari satu bulan dengan penampilan terakhir Max bersama Sepultura di Brixton Academy, London, pada 16 Desember 1996.[43] Tak lama berselang, Sepultura mengumumkan rencana untuk mencari vokalis baru pengganti Max melalui sebuah audisi. Peserta yang mengikuti audisi tersebut di antaranya adalah Chuck Billy (Testament),[44] Phil Demmel (Machine Head dan Vio-lence), Jorge Rosado (Merauder) dan Jason Jones (Drowning Pool).[45] Andreas Kisser menggantikan posisi Max menjadi vokalis sementara untuk setiap pertunjukan "trio" Sepultura dalam kurun waktu antara delapan hingga sembilan bulan, usai Max mengundurkan diri. Kemudian setelah melalui proses panjang, terpilih musisi asal Cleveland, Ohio, Derrick Green sebagai vokalis tetap pada awal 1998.[45] Formasi yang digawangi oleh Andreas (gitaris), Paulo (bassis), Igor (drumer) dan Derrick (vokalis) kemudian langsung menggarap album perdana bagi Derrick atau album ketujuh Sepultura yang dirilis pada 6 Oktober 1998 bertajuk Against. Seperti album sebelumnya yang berkolaborasi dengan musisi-musisi lain, Sepultura menampilkan Jason Newsted (Metallica) dalam "Hatred Aside" yang sekaligus bermain bass dan menjadi vokalis tamu pada tembang tersebut[46] dan berkolaborasi dengan musisi asal Brasil, João Gordo (Ratos de Porão) dalam penampilannya sebagai vokalis tamu pada lagu "Reza". Album ini membukukan penjualan komersial yang mengecewakan bila dibandingkan dengan Roots, tercatat hanya 18.000 kopi penjualan pada minggu pertama perilisannya di Amerika.[47] 2001–2005: Nation dan RoorbackSepultura merilis album kedelapan bertajuk Nation pada Maret 2001, yang konsepnya tidak lagi sama sejak hengkangnya Max Cavalera. Namun, Sepultura terus mengembangkan perpaduan dan dinamika musikalitasnya[48] di tengah kritik bahwa Nation dianggap masih lebih baik dari album sebelumnya,[49] meskipun membukukan penjualan yang tidak lebih baik dari Against dengan meraih angka penjualan lebih dari 127.000 kopi hingga April 2002, sementara Nation hanya meraih 55.000 kopi penjualan pada tahun pertama rilis.[50] Hal ini juga berpengaruh atas peraihan posisi tangga lagu Billboard 200 yang berada jauh pada posisi 134.[27] Label Roadrunner Records mengakhiri kerja sama yang telah terjalin lebih dari satu dekade sejak 1989, menjadikan Nation sebagai album studio terakhir yang dirilis major label tersebut.[51] Setelahnya, Roadrunner merilis album pertunjukan langsung dengan penampilan terakhir Max Cavalera bersama Sepultura saat konser di Brixton Academy pada 16 Desember 1996, bertajuk Under A Pale Grey Sky yang dirilis pada 24 September 2002.[52] Sepultura meyakini bahwa Nation mewakili permulaan dari konsep musik era baru dibandingkan konsep sebelumnya, dengan mengurangi instrumentasi musik tradisional dan bermain dengan gaya hardcore dan death metal. Dalam album ini, Jello Biafra (Dead Kennedys) kembali dihadirkan dalam tembang "Politricks", Jamey Hasta (Hatebreed) dalam "Human Cause" dan berkolaborasi dengan musisi asal Finlandia, Apocalyptica dalam penggarapan komposisi "Valtio".[48] Dua tahun berselang, Sepultura meluncurkan albumnya yang kesebembilan bertajuk Roorback pada Mei 2003, satu bulan setelah merilis album kompilasi bertajuk Revolusongs yang berisi komposisi lagu-lagu daur ulang, di antaranya lagu dari Massive Attack, Public Enemy, U2, Metallica dan band lainnya.[53] Roorback sebagai ajang pembuktian bahwa Sepultura akan tetap berada dijalurnya, dengan revitalisasi musikalitas dan konsisten melalui gaya bermusik yang dimainkan setelah era Roots,[54] di tengah hujan kritik atas jawaban untuk dapat mengembalikan kejayaan kembali seperti pada era Chaos A.D. dan Roots,[55] termasuk "perjuangan" untuk mendapatkan label Amerika setelah berakhirnya kontrak dengan Roadrunner sebelumnya.[56] Roorback akhirnya dirilis melalui label indie asal Jerman SPV GmbH yang juga merilis album dari band-band terkemuka di antaranya Whitesnake, Judas Priest, Helloween, Kreator dan band lainnya, sementara untuk perilisan dan distribusi di Brasil, dirilis melalui label Universal Music. Roorback menduduki posisi nomor 17 dalam tangga lagu Billboard Independen dan membukukan penjualan sejumlah 4.000 kopi pada minggu pertama perilisannya di Amerika.[57] Album ini memuat tembang daur ulang U2 yang bertajuk "Bullet the Blue Sky" yang juga dirilis sebagai singel dalam album kompilasi Revolusongs sebelumnya. Sepultura melaksanakan tur Eropa yang berlangsung pada akhir Mei hingga Juli 2003, diawali dari Detroit, Amerika dan berakhir di Cagliari, Italia, sekaligus meluncurkan album Roorback untuk wilayah Eropa pada 26 Mei 2003 yang kemudian dilanjutkan dengan mengikuti berbagai acara festival musik di daratan Eropa, di antaranya turut serta dalam gelaran Download Festival di Donington Park, Inggris, pada 31 Mei 2003 yang dilanjutkan dengan festival Waldrock Fest (Belanda) dan Wanted Festival (Hungaria) pada bulan Juni 2003, kemudian selama bulan Juli 2003 Sepultura tampil dalam acara Graspop Metal Meeting Festival (Belgia) dan With Full Force Metal Festival (Jerman) yang dilanjutkan dengan acara Metalmania Fest (Spanyol) dan Vilar de Mouros Festival di Portugal.[58] Selain Eropa, Sepultura juga menyambangi Afrika Selatan sebagai bagian dari rangkaian tur tersebut.[59] 2006–2010: Dante XXI, pengunduran diri Igor dan A-LexPada bulan Maret 2006, Sepultura meluncurkan album kesepuluh bertajuk Dante XXI, merupakan album konsep yang terinspirasi dari Divina Commedia, sebuah literatur klasik karya Dante Alighieri. Gebrakan Sepultura dalam album ini dengan fokus terhadap thrash metal yang dipengaruhi oleh sentuhan gaya progresif yang menjadi ciri musikalitasnya.[60] Melalui Dante XXI, Sepultura ingin menunjukkan bahwa mereka masih belum kehilangan kemampuannya sejak era Max Cavalera dan berusaha bangkit untuk mengembalikan masa kejayaannya, sebagaimana perpecahan yang pernah dialami oleh Queensrÿche dengan kesuksesan albumnya Operation: Mindcrime II (2006), Megadeth dengan kesuksesan The System Has Failed (2004) yang direkam bersama sejumlah musisi sesi, bahkan Deep Purple dengan Rapture of the Deep (2005).[61] Dalam beberapa resensi, secara keseluruhan album ini dianggap sebagai album terbaik era Derrick Green, termasuk konsep musiknya, baik secara aransemen dan penulisan lagu.[62] Meskipun memperoleh tanggapan dan ulasan yang positif, album ini secara penjualan tidak seperti yang diharapkan dan cenderung menurun bila dibandingkan dengan album-album sebelumnya yang tercatat hanya 2.300 kopi terjual pada minggu pertama rilis di Amerika[57] dan menduduki posisi 45 pada tangga lagu Billboard Independen.[63] Namun, album ini berhasil terjual hingga 120 ribu kopi di seluruh dunia pada awal Januari 2008 dan mendapatkan sertifikasi emas di Siprus.[64] Dalam rangka promosi dan peluncurannya di Eropa, Sepultura melakukan tur perilisan Dante XXI pada bulan Maret 2006. Tur ini tanpa kehadiran Igor Cavalera yang posisinya digantikan oleh drumer Roy Mayorga (ex-Soulfly dan Ministry) selama tur berlangsung. Igor beralasan bahwa dirinya ingin beristirahat dan melewatkan waktunya bersama keluarga dan putranya yang baru lahir.[65] Penampilan Sepultura tanpa Igor pertama kali terjadi saat menjalani tur pendek ke Meksiko pada April 2005, yang posisinya digantikan oleh musisi sesi Guilherme Martin (Toyshop).[66] Situasi berubah sekembalinya Sepultura usai menjalani tur Eropa. Seluruh rencana band diatur oleh Andreas, termasuk jadwal-jadwal tur yang dibuat tanpa sepengetahuan Igor bahkan menggaet drumer baru yang juga berasal dari Belo Horizonte, Jean Dolabella (Udora). Igor yang pada akhirnya juga memutuskan untuk hengkang dari band yang turut didirikannya tersebut, beralasan bahwa hubungannya dengan anggota band tidak berjalan dengan baik, terutama dari sisi musikalitas karena adanya perbedaan "artistik".[67] Awal 2009, Sepultura meluncurkan album kesebelas bertajuk A-Lex yang kembali mengusung album konsep, merupakan adaptasi dari novel klasik karya Anthony Burgess, bertajuk A Clockwork Orange[68] yang juga mengispirasi Stanley Kubrick untuk membuat film dengan tajuk yang sama pada 1971. Album pertama yang dirilis tanpa pendiri asli band ini, berisi tembang "Ludwig Van" yang terinspirasi dari alur cerita yang menampilkan Simfoni No. 9 karya Beethoven[69] dan cerita pada novel yang terdiri dari beberapa bagian (novel terdiri dari tiga bagian), A-Lex terdiri dari empat bagian yang setiap lagunya memiliki sentuhan bahasa slang[70] dan materi yang penuh dengan orientasi musikalitas thrash sejak era Arise.[71] A-Lex yang berarti "tanpa hukum" ini, tercatat hanya membukukan penjualan 1.600 kopi pada minggu pertama rilis di Amerika dan 5.000 kopi pada minggu pertama rilis di Brasil yang diedarkan melalui label Atração Fonográfica.[72] Karena satu dan lain hal, Sepultura memutuskan kontrak dengan SPV GmbH (dan sub-labelnya Steamhammer) dan menandatangani kontrak dengan Nuclear Blast pada pertengahan Juli 2010, label asal Jerman yang juga menaungi band-band metal terkemuka di antaranya Behemoth, Epica, Meshuggah, Suicide Silence, Soulfly dan band-band terkemuka lainnya[73] serta mulai menggarap album keduabelas yang direncanakan akan rilis pada 2011.[74] 2011–2015: Kairos dan The Mediator...Sepultura meluncurkan album keduabelas pada Juni 2011 yang bertajuk Kairos. Judul album ini berasal dari bahasa Yunani kuno yang menandakan waktu jeda, ketika periode waktu yang tidak ditentukan akan menjadi sesuatu yang istimewa. Album ini merupakan refleksi dari konsep waktu yang tidak berdasarkan kronologis atau tidak berurutan, seperti waktu yang instan dan waktu yang istimewa untuk perubahan. Sebagaimana uraian filosofi yang disampaikan bahwa setiap orang akan memiliki banyak momen "Kairos" sendiri-sendiri dan momen tersebut akan dapat merubah semuanya. Secara keseluruhan, album ini bercerita tentang kumpulan momen "Kairos" yang dialami sendiri oleh Sepultura dalam lebih dua dekade perjalanan karier bermusiknya.[75] Album ini diproduseri oleh Roy Z. yang juga menggarap Judas Priest, Rob Halford, Bruce Dickinson dan Helloween serta menampilkan tembang daur ulang Ministry yang bertajuk "Just One Fix" dan tembang "Firestarter" karya The Prodigy.[76] Kairos mencatat penjualan yang lebih baik dari A-Lex dengan membukukan penjualan sejumlah 2.500 kopi pada minggu pertama rilis di Amerika.[77] Selain itu, Kairos juga menduduki tangga lagu di Jerman, Austria dan Swiss[78] serta menduduki puncak tangga CMJ Loud Rock selama tiga minggu berturut-turut.[79] Lima tahun berselang, tak lama setelah perilisan Kairos, Jean Dolabella memutuskan hengkang dari Sepultura karena alasan jadwal kegiatan dan aktivitas band yang terlalu padat serta merasa bahwa posisinya seperti "mengambil alih" kedudukan orang lain.[80] Kemudian posisinya digantikan oleh musisi muda asal São Paulo, Eloy Casagrande (GLÓRIA)[81] yang dianggap sesuai dengan musikalitas Sepultura.[82] Dalam rangka promosi Kairos, Sepultura merencanakan tur Asia bertajuk Asian Relentless Tour 2012 yang dijadwalkan tampil menyambangi lima kota di Indonesia, lalu dilanjutkan tampil di Kuala Lumpur dan Kota Kinabalu di Malaysia, tetapi karena satu dan lain hal, tur tersebut ditunda.[83] Akhirnya Sepultura memastikan tampil kembali ke Indonesia pada November 2012. Konser yang bertajuk Indonesia Revision Tour 2012 ini,[84] digelar di tiga kota yakni di Tenggarong, Jakarta dan Makassar.[85] Penampilan Sepultura di Stadion Aji Imbut, Tenggarong, pada 9 November 2012 kembali dibuka oleh Edane, mengulang sejarah 20 tahun pertemuan keduanya di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.[86] Album ketigabelas yang bertajuk The Mediator Between Head and Hands Must Be the Heart diluncurkan pada Oktober 2013. Kali ini menggandeng produser Ross Robinson (produser Korn, Limp Bizkit dan Slipknot) yang pernah menggarap Roots dengan semangat baru untuk kembali menghadirkan "sesuatu" yang pernah hilang, sebagaimana yang ditampilkan pada salah satu tembang andalan "The Vatican" dengan riff yang mendekati tema Chaos A.D.[87] dan "The Age of the Atheist" yang mendekati tema Roots.[88] Meskipun bukan dimaksudkan sebagai album konsep seperti Dante XXI dan A-Lex, album ini terinspirasi dari film bisu klasik karya Fritz Lang bertajuk Metropolis yang secara keseluruhan bercerita tentang dehumanisasi oleh teknologi dan dokumenter suara distopia, kebalikan dari alur cerita pada film yang ingin mengubah robot menjadi manusia.[89] Sepultura menampilkan Dave Lombardo (ex-Slayer dan The Misfits) sebagai drumer tamu pada tembang "Obsessed" yang tidak direncanakan sebelumnya, karena Dave berada di studio yang sama ketika proses rekaman berlangsung dan diundang oleh Ross untuk bermain bersama Sepultura.[90] 2016–2022: Machine Messiah dan QuadraAlbum keempatbelas Sepultura yang bertajuk Machine Messiah diluncurkan pada Januari 2017, kali ini menggandeng produser Jens Bogren yang juga menggarap album-album dari Opeth, Dimmu Borgir, Arch Enemy, Babymetal, DragonForce, James LaBrie, Orphaned Land, Symphony X, Myrath dan banyak album musisi serta band terkemuka lainnya.[91] Album kedelapan sejak era Derrick Green ini, terinspirasi dari robotisasi dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, merupakan sebuah konsep tentang dewa mesin yang menciptakan manusia, kemudian siklusnya tertutup dan kembali ke titik awal.[92] Yakni sebuah tanggapan atas kondisi dunia yang mendewakan mesin, sementara manusia telah kehilangan jiwanya dan bergerak atas kendali mesin. Jika suatu saat nanti ada juru selamat, maka ia pun akan berbentuk mesin tanpa nurani.[93] Machine Messiah dianggap mewakili musikalitas thrash metal klasik melalui "I Am The Enemy", "Phantom Self" yang 'eksotis' dan "Sworn Oath" yang terdengar epik dan secara keseluruhan merupakan album terbaik Sepultura sejak era Derrick Green,[94] meskipun tidak secepat band lain dengan genre yang sama, album ini kental dengan riff dan ketukan drum yang saling mengisi.[95] Sepultura menambahkan elemen-elemen baru dengan bereksplorasi berbagai macam gaya dalam musikalitasnya[96] sehingga memberikan "rasa" baru, seakan menemukan kembali jati diri mereka sendiri[97] dengan kekuatan masa lalu.[98] Album ini menduduki urutan nomor 18 dari 25 daftar album terbaik tahun 2017 versi Majalah Rolling Stone Brasil.[99] Secara penjualan, Machine Messiah membukukan angka penjualan lebih baik dari album sebelumnya dengan 1,900 kopi terjual pada minggu pertama rilis di Amerika dan menempati posisi nomor 11 pada tangga album Billboard Independen.[100] Pada bulan Februari 2020, Sepultura merilis album kelimabelas bertajuk Quadra. Tema album ini berdasarkan gagasan dari Kuadrivium yang terdiri dari empat bidang dengan masing-masing menunjukkan sisi yang berbeda.[101] Dari empat bagian pada album ini, bagian pertama merupakan tembang dengan musikalitas thrash ikonik gaya Sepultura, bagian kedua mencakup gaya klasik seperti era Roots, bagian ketiga meliputi tembang yang terinspirasi "Iceberg Dances" dari Machine Messiah (walaupun tidak seluruhnya instrumental) dan bagian keempat merupakan tembang yang melodius dengan cenderung lambat. Konsep album ini belum pernah diadaptasikan pada album-album sebelumnya dengan menghadirkan variasi musikalitas yang eksploratif disepanjang album.[102] Pada 13 Agustus 2021, Sepultura merilis album kolaborasi saat karantina, menampilkan para anggota dari grup musik Megadeth, Testament, Anthrax, System of a Down, Trivium dan Sacred Reich.[103] Album yang direkam secara langsung ini, digarap pada awal masa pandemi ketika seluruh aktivitas terhenti. Terdapat limabelas lagu yang dimainkan bersama para anggota band seperti Dave Ellefson, Matt Heafy, Scott Ian, Phil Rind, Alex Skolnick, Rafael Bittencourt dan lainnya.[104] 2023–Sekarang: 40 tahun, pengunduran diri Eloy Casagrande dan konser perpisahanPada Agustus 2023, Andreas mengungkapkan bahwa Sepultura akan memperingati hari jadinya yang ke-40 pada 2024 dengan "tur istimewa", tetapi perayaan ini tanpa melibatkan Max dan Igor Cavalera, karena Andreas tidak menginginkan adanya reuni.[105][106] Kemudian pada 8 Desember 2023, Sepultura mengumumkan tur perpisahan pada 2024, dalam rangka perayaan hari jadinya yang ke-40. Tur perpisahaan yang bertajuk "Celebrating Life Through Death" ini akan berlangsung selama 18 bulan, yang akan dimulai pada Maret 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa Sepultura akan menghentikan kegiatannya setelah tur berakhir.[107] Pada 6 Februari 2024, drummer Eloy Casagrande mengundurkan diri. Pihak Sepultura menyatakan bahwa kepergian Eloy secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan sebelumnya dan meninggalkan segala sesuatu yang terkait dengan Sepultura. Dalam pernyataannya, ia akan bergabung dengan "proyek lain",[108] hingga kemudian terungkap ia bergabung dengan Slipknot.[109] Dalam pernyataan lain, Casagrande menyatakan bahwa ia "tidak ingin berhenti bermain drum pada usia 33".[110] Posisinya kemudian digantikan oleh Greyson Nekrutman (ex-Suicidal Tendencies).[111][112][113] Gaya musik dan pengaruhAwalnya, gaya musikalitas Sepultura banyak dipengaruhi oleh Iron Maiden, Metallica, Motörhead dan Slayer yang pada saat itu termasuk salah satu genre musik yang tidak dapat diterima secara sosial di daerahnya, tetapi dalam perjalanannya kemudian, orientasi musik Sepultura berkembang menjadi lebih ekstrem dengan termotivasi dari musikalitas thrash gaya Eropa dan death metal Amerika[10] seperti Venom dan Sodom ke arah genre black/death metal,[15] sebagaimana representasi dua album pertamanya Bestial Devastation (rilis tahun 1985) dan Morbid Visions (rilis tahun 1986).[114] Bahkan Morbid Visions termasuk dalam jajaran sepuluh album lawas black metal terbaik menurut Metal Hammer.[115] Hingga kini, orientasi musik Sepultura telah bertransformasi menjadi salah satu penentu tren kreatif terkemuka dalam belantika musik agresif dunia seperti sekarang ini, walaupun musik mereka saat ini umumnya digambarkan sebagai groove metal.[114] Anggota
Garis waktuDiskografi
Referensi
Pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Sepultura.
|