Salman Aristo (lahir 13 April 1976) adalah seorang penulis skenario film, produser, dan sutradara asal Indonesia.[1]
Dikenal oleh publik lewat karya-karyanya seperti Laskar Pelangi (film) dan Garuda di Dadaku. Melalui Athirah bersama Riri Riza, berhasil meraih Piala Citra untuk kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik pada tahun 2016.[2] Salman Aristo merupakan CEO dari Wahana kreator.
Karier
Awal karier
Salman Aristo yang berdarah Minang ini[3] mengambil jurusan jurnalistik di Universitas Padjadjaran, Bandung. Setelah lulus sarjana, berkat saran seorang sahabatnya, Pria yang akrab disapa Aris ini mulai menulis naskah skenario pertamanya "Tak Pernah Kembali Sama" setebal 90 halaman pada tahun 1999.[4] Aris kemudian berprofesi sebagai kolumnis untuk Majalah MTV Trax dan memegang rubrik film, karena itulah dia dapat berhubungan dengan orang-orang di dunia perfilman.
Awal mula keterlibatan Aris dengan dunia film adalah dalam film Brownies. Pada pertengahan tahun 2003, Hanung Bramantyo mengajukan cerita "Surakarta 1912" kepada studio SinemArt. Cerita tersebut berkisah tentang percintaan dua manusia yang berlainan budaya (Cina dan Jawa), yang mengambil latar belakang sejarah perkembangan industri batik tahun 1912. Tetapi produser SinemArt, Leo Sutanto menganggap skenario tersebut terlalu idealis dan berat. Produser Leo kemudian menyodorkan cerita lain kepada Hanung untuk dibaca. Cerita setebal 3 lembar karya Lina Nurmalina (yang juga senior Hanung di Institut Kesenian Jakarta) berjudul "Cinta ... Enggak ya?". Dalam blog-nya, Hanung mengungkapkan bahwa sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan cerita tersebut, tetapi karena dia berhasrat untuk segera melakukan debut di layar lebar maka dia pun menerimanya. Hanung pun menemui Lina dan berdiskusi untuk melakukan perubahan pada cerita, tetapi mereka berdua menemui jalan buntu, hingga akhirnya Lina menyerahkan semuanya pada Hanung. Kemudian di tengah buntunya ide untuk perubahan cerita, pada suatu acara yang diadakan oleh Kine 28, Hanung bertemu dengan Salman, kemudian mereka merombak skenario, dan di luar dugaan, Leo Sutanto senang dengan cerita tersebut. Pada Januari 2004, Salman dan Hanung, dibantu oleh Erik Sasono mulai merombak cerita "Brownies" dengan mengambil plot dan tokoh dari cerita Lina Nurmalina tetapi konflik dan latar belakangnya dibuat baru. Film "Brownies" kemudian mengantarkan Hanung meraih Piala Citra untuk sutradara terbaik sementara Salman masuk nominasi sebagai penulis naskah terbaik.
Di tengah pengerjaan Brownies, Aris juga menulis skenario Catatan Akhir Sekolah, Cinta Silver, Jomblo, dan Alexandria. Dalam waktu 2 tahun tidak terasa lima skenario film telah dibuat.[3] Pada tahun 2005, Aris memutuskan untuk rehat sejenak dan menikah dengan Ginatri S. Noer, juga sesama penulis skenario. Akhir tahun 2006, Aris mendapatkan tawaran untuk menulis skenario film Ayat-Ayat Cinta, skenario yang dia tulis bersama dengan istrinya. Di tengah pembuatan Ayat-Ayat Cinta, Salman dipercaya untuk menulis skenario film Laskar Pelangi oleh Mira Lesmana. Di saat skenario Laskar Pelangi akan rampung, Aris dihubungi oleh Shanty Harmayn untuk menulis skenario Garuda di Dadaku, maka jadilah skenario ketiga film tersebut ditulis bersamaan.
Usai Garuda di Dadaku, Aris memutuskan untuk menjadi produser dengan bendera Million Pictures. Sebelumnya, Aris sudah memulai jadi co-produser seperti dalam film Jelangkung 3. Pada tahun 2009, Aris melakukan debut produsernya pada film Queen Bee.
Wahana Kreator
Salman Aristo aktif sebagai pengajar untuk kelas penulisan skenario di PlotPoint Kreatif sejak tahun 2009. Bersama Arief Ash Shiddiq, Aris menulis buku kelas skenario berdasarkan kurikulum pengajaran di kelas skenario.[5]
Aris bersama rekan-rekan penulis seperti Gina S. Noer dan Ifan Ismail kemudian mendirikan writer's room lewat Wahana penulis, sebuah perusahaan pengembangan cerita berbasis riset pada tahun 2011.[6] Wahana Penulis kemudian bergabung dengan PlotPoint Kreatif dan menjadi PT. Wahana Kreator Nusantara.[7] Kini PlotPoint Kreatif telah berganti nama menjadi Wahana Edukasi.[8] Aris merupakan CEO Wahana Kreator.
Aris kini masih aktif menjadi salah satu pengajar di kelas skenario Wahana Edukasi. Selain itu, Aris juga merupakan kreator dari podcast drama audio Kisah Horor The Sacred Riana (2020)[9] dan Horor Pendek (2021)[10] yang diproduksi bersama Wahana Kreator. Karya terbarunya adalah serial Indonesia Biner yang tayang di MAXstream.
Pada tahun 2023, Aris kembali menggarap serial Klub Kecanduan Mantan. Aris merupakan kreator dari serial yang tayang mulai tanggal 20 April di Netflix.[11]
Filmografi
Film
- Seri Web
- Keterangan
Belum dirilis
- TBA : To be announced
- N/A : Not Available
Penghargaan dan Nominasi
Referensi
- ^ "Salman Aristo: Terlalu Banyak Ide" Diarsipkan 2009-08-29 di Wayback Machine. 21cineplex.com.
- ^ "Festival Film Indonesia 2016". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2022-06-02.
- ^ a b "Catatan akhir sekolah" Erik Sasono. GagasMedia.
- ^ "Salman Aristo, "Rajanya" Skenario Andal". tabloidnova.com. Tabloid Nova. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-01. Diakses tanggal 15 Juli 2014.
- ^ Yanuar, Elang Riki (2018-02-21). "Salman Aristo Berbagi Ilmu Menulis Naskah Film lewat Buku Kelas Skenario". Medcom.id. Diakses tanggal 2022-09-14.
- ^ SEJARAH WAHANA KREATOR NUSANTARA #SEKOLAHMINGGU - episode 20, diakses tanggal 2022-09-14
- ^ "Wahana Kreator Nusantara – We believe that story is the driving force that moves civilization forward" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-14.
- ^ "wahanaedukasi.com" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-14.
- ^ "Kisah Horor The Sacred Riana". Spotify. Diakses tanggal 2022-09-14.
- ^ Horor Pendek (Podcast Series 2021) - IMDb, diakses tanggal 2022-09-14
- ^ "Watch Ex-Addicts Club | Netflix Official Site". www.netflix.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-05-09.
Pranala luar