Satu Hari Nanti |
---|
Sutradara | Salman Aristo |
---|
Produser | Dienan Silmy |
---|
Ditulis oleh | Salman Aristo |
---|
Pemeran | |
---|
Penata musik | |
---|
Sinematografer | Faozan Rizal |
---|
Penyunting | Cesa David Luckmansyah |
---|
Perusahaan produksi |
- Evergreen Pictures
- Rumah Film
|
---|
Tanggal rilis | 7 Desember 2017 |
---|
Durasi | 122 menit |
---|
Negara | Indonesia |
---|
Bahasa | Indonesia, Jerman |
---|
Satu Hari Nanti adalah film Indonesia yang disutradarai sekaligus ditulis skenarionya oleh Salman Aristo. Film berdurasi 122 menit ini ditayangkan secara perdana pada tanggal 7 Desember 2017 dan menyasar penonton usia di atas 21 tahun. Klasifikasi penonton tersebut ditentukan oleh Lembaga Sensor Film (LSF).[1]
Film ini juga menjadi proyek kerjasama antara Indonesia dan Kedutaan Besar Swiss.[2]
Alur
Satu Hari Nanti menceritakan Bima dan Alya sebagai sepasang kekasih yang tinggal di Swiss. Keduanya berusaha mengejar mimpinya masing-masing. Rasa takut menjadi modal mereka untuk bertahan satu sama lain. Hingga suatu ketika datang pasangan kekasih lain, yaitu Din dan Chorina.
Rupanya, Bima tertarik dengan kehadiran Chorina. Begitu pula Din yang menjadi penyemangat hidup Alya. Mereka pun memutuskan untuk bertukar pasangan supaya merasa lebih bahagia dan tidak saling menyakiti. Akhirnya, mereka sadar bahwa ada yang tak perlu lagi mereka sesalkan. Proses belajar menjadikan mereka berani untuk memilih lebih dewasa.
Selain tema tukar pasangan, film juga bercerita pilihan dan kegelisahan anak muda dalam membangun sebuah komitmen, baik cinta, keluarga, maupun pekerjaan. Inilah problema yang dihadapi anak muda menanjak dewasa.[3]
Pemeran
Produksi
Penggarapan Film Satu Hari Nanti menghabiskan waktu lama. Pembuatan skenario membutuhkan waktu 6-7 bulan. Proses syuting dilakukan selama 21 hari dan baru selesai Desember 2016. Kemudian dilanjutkan proses editing hampir satu tahun.[4][5]
Film berlatar lokasi di Swiss. Proses perizinannya ketat sehingga proses pengambilan gambar hanya bisa dilakukan 8 jam dalam sehari. Set film lebih banyak dilakukan di dalam apartemen Alya dan Chorina. Beberapa lokasi populer lainnya seperti Thun, Danau Interlaken, Zurich, dan Bern.[4][5]
Salah satu lokasi syuting diluar ruangan yang digunakan adalah Jungfraujoch yang memamerkan bentangan Pegunungan Alpen. Deretan gunung tertinggi di Benua Eropa ini seolah menyerupai gundukan cokelat yang diolesi krim susu putih. Pegunungan dengan ketinggian 3.454 mdpl itu sempat tertutup salju dibeberapa bagian.[4][5]
Penghargaan dan Nominasi
Referensi
Pranala luar