PT Salim Ivomas Pratama Tbk (IDX: SIMP) adalah perusahaan dalam Indofood Sukses Makmur yang bergerak dalam bidang agribisnis, terutama dalam pengolahan kelapa sawit. SIMP merupakan salah satu grup agribisnis terbesar nasional, dengan usaha yang terintegrasi vertikal dari penelitian dan pengembangan, pemuliaan benih bibit, pembudidayaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi serta pemasaran produk minyak goreng, margarin dan shortening. Selain berbisnis sawit sebagai bisnis utamanya, bisnisnya juga mencakup tebu, karet dan tanaman lainnya.[1]
Sejarah
SIMP didirikan pertama kali pada 12 Agustus 1992, dengan nama PT Ivomas Pratama, dan mulai beroperasi pada 1994. Awalnya, perusahaan ini hanya salah satu perusahaan kecil dari banyak bisnis agrobisnis Salim Group lainnya, dengan fokus mengelola bisnis sawit di Khayangan, Riau.[2] Kepemilikan sejak April 1997 sudah dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur (80%), bersama PT Intiboga Sejahtera, PT Salim Oil Grains, PT Bitung Manado Oil Ltd and PT Argha Giri Perkasa.[3][4] Namanya sudah menjadi PT Salim Ivomas Pratama sejak 24 September 1994.[5]
Bisnis SIMP mulai berkembang ketika Salim hendak membangkitkan kembali bisnis agribisnisnya. Sebelumnya, pada tahun 1999, Salim telah menyerahkan PT Salim Sawitindo, PT Bhaskara Multipermata, PT Minamas Gemilang dan PT Anugerah Sumbermakmur kepada BPPN untuk membayar hutang BLBI ke BCA pada 1998.[6] Pada 14 Maret 2001, perusahaan dengan lahan 270.000 hektar dan 25 anak usaha ini dijual pada Guthrie Berhad, perusahaan yang kini dimiliki pemerintah Malaysia oleh BPPN dengan harga US$ 368 juta.[7][8][9]
Kehilangan bisnis sawit membuat Indofood sulit berkembang, padahal bisnis makanan dan minuman membutuhkan minyak sawit dan pada saat itu harga CPO sedang naik tajam di pasar global. Oleh karena itu, Salim memutuskan membangkitkan bisnis sawitnya kembali dengan sejumlah akuisisi pada pertengahan 2000-an. Pada 2006, SIMP melakukan akuisisi pusat penelitian, pengembangan, dan pembiakan bibit di Riau, serta akuisisi lahan perkebunan di Kalimantan Barat. Sebelumnya, pada 2005, SIMP mengambilalih lahan perkebunan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.[10] Kemudian pada 16 Agustus 2006, SIMP menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Rascal Holdings Limited, untuk mengakuisisi 60% kepemilikan di PT Mentari Subur Abadi, PT Swadaya Bhakti Negaramas dan PT Mega Citra Perdana yang memiliki sekitar 85,500 hektar lahan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.[11]
Pada 16 Agustus 2006, Indofood melakukan merger pada 6 perusahaan sawit miliknya, dengan SIMP menjadi surviving company. 5 perusahaan yang dimerger dengan SIMP adalah:
PT Bitung Manado Oil Ltd (Manado) - perusahaan ini awalnya dikenal dengan merek Bimoli (Bitung Manado Oil Limited). Didirikan pertama kali oleh pendiri Sinarmas, Eka Tjipta Widjaja pada 1968-1969, dan memimpin pasar sebesar 60%. Selain itu, juga diproduksi merek Simas margarin (singkatan Sinarmas). Pada 1983 Eka menjalin kongsi dengan Sudono Salim, dengan nama perusahaan PT Sinar Mas Inti Perkasa (45-45% dengan 10% menjadi milik Sigit Harjojudanto). Kongsi itu pecah pada Desember 1990, dengan merek Bimoli-Simas menjadi merek milik Salim sedangkan 200.000 ha lahan menjadi milik Sinarmas. Merek Bimoli kemudian beralih ke PT Sajang Heulang dan terakhir PT Intiboga Sejahtera sejak 1996, sedangkan PT Bitung tetap menjadi produsen minyak goreng.[12][13][14]
PT Intiboga Sejahtera (Jakarta) - berdiri pada 1991, setelah pecah kongsinya Salim-Sinarmas, awalnya merupakan pabrik minyak di Surabaya.[15] Pada 1996 kemudian pabriknya bertambah di Jakarta dan mendapat merek Bimoli dan lain-lain, menjadikannya di bawah satu produsen. Menjadi bagian Indofood SM sejak 1997.[16]
Tujuan merger ini adalah untuk menciptakan integrasi dan efisiensi. Saham mutlak (80%) tetap dimiliki oleh Indofood Sukses Makmur, sementara 13% dimiliki oleh PT Birina Multidaya (pabrik sabun Bukrim),[17] 4% oleh PT Bimamakna Indopratama dan 3% oleh PT Metro Lintasnusa.[18][19]
Pada pertengahan Desember 2007, perusahaan yang baru merger ini memberikan kejutan dengan mengakuisisi PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum), yang dimiliki oleh First Durango Limited milik keluarga Eddy Kusnadi Sariaatmadja. Transaksi ini memakan biaya Rp 8,4 triliun (Rp 6.900/saham, 36% kepemilikan yang akan menjadi 64% setelah tender offer) dan sudah disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Indofood pada 23 Oktober 2007 dan sebelumnya juga keduanya sudah menandatangani perjanjian penjualan pada 25 Mei 2007.[20][21][22] Akuisisi ini dilakukan dengan skema "tukar guling" dimana Salim akan menyerahkan saham Indosiar Karya Media pada keluarga Sariaatmadja (Emtek), yang dilakukan selanjutnya (setelah diundur) pada Maret 2011.[23][24] Dengan pembelian Lonsum, kebun sawit Salim Grup berkembang dari hanya 220.000 hektar menjadi 384.000 hektar, bertambah 164.000 dari lahan milik Lonsum yang sudah ditanami sawit, kakao dan karet.[25] Awalnya, Salim sempat berencana membeli Astra Agro Lestari, namun gagal karena tidak sepakat.[26] Selain akuisisi ini, kemudian Salim juga mengalihkan saham PT SIMP yang awalnya dipegang langsung oleh Indofood Sukses Makmur menjadi di bawah anak usaha INDF bernama IndoAgri yang berbasis di Singapura.[27] Saham IndoAgri kemudian dicatatkan di Bursa Saham Singapura, dengan mengambil alih (backdoor listing) ISG Asia Limited.[11]
Ekspansi terus dilakukan oleh kelompok agribisnis Salim ini. Pada 2008, SIMP mulai memperluas bisnisnya ke bisnis gula melalui penyertaan saham (60%) di PT Lajuperdana Indah (dikenal dengan merek IndoSugar, menandakan kembalinya Grup Salim ke bisnis ini setelah melepas Sugar Group ke BPPN pada 1999).[28] Selain itu, SIMP juga mengakuisisi lahan perkebunan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah, dan pada 2009 SIMP kembali menambah kepemilikan lahannya di Sumatera Selatan. Dengan akuisisi-akuisisi ini, saat ini SIMP menguasai 300.000-400.000 ha lahan perkebunan.[29]
Sejak 2014, SIMP telah mengadakan sejumlah diversifikasi, dimulai dengan mendirikan perusahaan patungan bersama PT Wahana Inti Selaras yang bergerak di bidang pembangunan jalan dan infrastruktur perkebunan, serta menyewakan alat-alat berat. SIMP juga mengembangkan bisnis gula lewat akuisisi PT Madusari Lampung Indah. Pada 2016, SIMP mulai menjajal bisnis teh setelah mengakuisisi PT Pasir Luhur, dan mendirikan perusahaan patungan dengan Daito Cacao Co. Ltd. untuk memproduksi dan memasarkan produk cokelat di Indonesia. Daito dan SIMP kini tengah membangun pabrik pengolahan biji kakao di Purwakarta, Jawa Barat, dengan investasi US$30 juta hingga US$35 juta. Pabrik itu rampung pada kuartal IV/2019.[10]
Pencatatan saham
Pada 27 Mei 2011, SIMP melepas 20% sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan harga IPO Rp 1.100/saham.[30] Dana yang diraih mencapai Rp 3,7 triliun dan saham dicatatkan dengan kode SIMP.[31]
Bisnis SIMP
Divisi
Saat ini, bisnis SIMP terdiri dari tiga bagian:
Divisi Minyak & Lemak Nabati (Edible Oil and Fats) memproduksi dan memasarkan produk-produk minyak goreng, margarin dan shortening, serta produk-produk turunan kelapa sawit RBD palm stearin dan palm fatty acid distillate secara kecil. Produk ini dijual dengan berbagai merek ke pasaran seperti Bimoli, Palmia dll, dan juga dijual ke perusahaan makanan termasuk Indofood induknya. Pada tahun 2019, lebih dari 80% dari produknya terjual di pasar domestik, sedangkan sisanya diekspor ke 26 negara di Asia, Afrika, Timur Tengah, Australia dan Eropa.[32] Untuk mengolah bisnis ini, SIMP memiliki dan mengoperasikan lima fasilitas penyulingan CPO dengan total kapasitas penyulingan sebesar 1,7 juta ton CPO per tahun, di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.[33]
Divisi Perkebunan, dengan fokus utama perkebunan kelapa sawit yang menjual CPO, inti sawit (PK), serta produk turunan lainnya. Divisi Perkebunan juga membudidayakan komoditas tebu dan produksi gula, serta memproduksi dan menjual karet dan komoditas tanaman lainnya. Pada tanggal 31 Desember 2019, Divisi Perkebunan memiliki lahan inti seluas 302.372 hektar, dimana 83% atau 251.819 hektar ditanami kelapa sawit, 6% atau 16.796 hektar ditanami karet, 4% atau 13.543 hektar ditanami tebu, sedangkan sisanya adalah tanaman lain, terutama hutan tanaman industri, kakao dan teh. Grup SIMP juga menjalin kemitraan dengan petani plasma untuk lahan perkebunan kelapa sawit dan karet seluas 89.930 hektar. Selain kebun, SIMP mengoperasikan 27 pabrik kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan dengan total kapasitas pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 7,0 juta ton per tahun pada tanggal 31 Desember 2019. Grup SIMP juga mengoperasikan empat lini produksi karet remah, tiga lini produksi karet lembaran, dua pabrik pengolahan dan penyulingan gula, satu pabrik kakao dan satu pabrik teh.[34]
Divisi Riset dan Pengembangan, mengelola dua pusat penelitian dan pengembangan kelapa sawit, yakni Sumatra Bioscience (SumBio) di Bah Lias, Sumatera Utara, dan PT Sarana Inti Pratama (SAIN) di Pekanbaru, Riau yang dijalankan oleh tim ahli agronomi dan para peneliti profesional yang secara aktif melakukan program-program Litbang untuk meningkatkan hasil panen, ketahanan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, dan praktik manajemen perkebunan. Litbang juga memproduksi benih bibit kelapa sawit tersertifikasi yang unggul, memiliki hasil panen yang tinggi, serta tahanterhadap penyakit. Grup SIMP juga memiliki tim Litbang untuk komoditas tebu di Sumatera Selatan dan untuk kegiatan usaha Minyak & Lemak Nabati di Jakarta.[35]