Sarimi
Sarimi adalah merek mi instan di Indonesia yang diproduksi oleh Indofood CBP Sukses Makmur. Merek ini diluncurkan pada tahun 1982, empat belas tahun setelah Supermi dan sepuluh tahun setelah Indomie. SejarahProduk ini merupakan merek mi instan pertama yang dimiliki dan diluncurkan oleh Salim Group (karena Supermi dan Indomie adalah merek hasil akuisisi). Mulanya, kelompok usaha pemilik penggilingan terigu Bogasari tersebut tidak berminat memasuki bisnis mi instan, karena menurut Anthony Salim, mereka hanya ingin bermain di sektor hulu, bukan hilir.[1] Namun, pemerintahan Presiden Soeharto yang memiliki relasi istimewa dengan keluarga Salim, berusaha merayu grup tersebut untuk ikut terjun ke bisnis pembuatan mi instan. Hal ini mengingat kondisi hingga akhir 1970-an dimana Indonesia masih mengimpor beras dalam jumlah yang sangat besar. Selain untuk mempromosikan konsumsi produk olahan terigu, mi instan buatan Salim Group diharapkan dapat dijadikan ransum bagi keperluan ABRI dan PNS, sehingga beras yang ada bisa mengalir ke masyarakat biasa.[2] Salim Group menyambut usulan tersebut dengan cukup ambisius memasuki pasar mi instan, dengan membeli 20 mesin produksi berkapasitas 100 juta bungkus mi/tahun,[2] dan membangun pabrik yang mulai dikerjakan sejak 1979.[3] Pabrik mi instan itu ada di bawah pengelolaan PT Sarimi Asli Jaya yang didirikan pada tahun 1981[4] dan produknya adalah Sarimi yang diperkenalkan ke publik pada tahun 1982. Adapun kantor pusatnya berada di Jl. Gunung Sahari No. 84, Jakarta.[1] Awalnya, Salim Group berencana mengajak pemimpin pasar saat itu, Indomie, untuk bekerjasama dalam hal produksi.[2] Bahkan, di tahun 1982 sekitar 70% saham PT Sarimi sudah ditawarkan ke pemilik Indomie, PT Sanmaru Food Manufacturing.[1] Namun pemilik PT Sanmaru, Djajadi Djaja menolak usulan tersebut karena kedua perusahaan memiliki skema produksi yang berbeda.[2] Dua tahun setelah Sarimi mulai dipasarkan, Indonesia justru mengalami swasembada beras. Dukungan dari pemerintah pun menguap,[1] sehingga bisnis Salim Grup di bidang mi instan yang baru seumur jagung itu pun terancam gagal. Bahkan kardus-kardus Sarimi dikabarkan menumpuk di gudang akibat produksinya yang tidak tersalurkan, belum lagi mesin-mesin produksi yang tidak bisa dibatalkan pesanannya.[2][1] Gagal membujuk Djajadi kembali, sebagai solusinya, Salim Group mulai berusaha mempromosikan Sarimi ke publik dengan masif. Dibantu anggaran iklan US$ 10 juta, harga yang lebih murah dibanding Indomie dan Supermi maupun slogan bahwa Sarimi adalah "mi instan super", dengan cepat Sarimi memperoleh pangsa pasar 40% hanya dalam beberapa tahun.[5][2] Produksi PT Sarimi Asli Jaya pada tahun 1984 mencapai 540 juta bungkus/tahun.[4] Sarimi dibantu juga oleh pabrik Bogasari yang pada saat itu memonopoli perdagangan terigu di Indonesia.[6] Akhirnya, dari hanya bermodalkan Sarimi, Salim Group kemudian bisa mengambil alih Indomie dan Supermi pada 1984-1986. Para pesaing yang ada, terutama Djajadi dan Indomie-nya, merasa perlu berkongsi dengan Salim ketika mengetahui kinerja Sarimi yang cukup memuaskan (walaupun akhirnya harus tersingkir).[2] Sejak awal 1994, PT Sarimi Asli Jaya (bersama sejumlah perusahaan lain) telah digabungkan ke dalam perusahaan baru bernama PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yang memproduksi mi instan ini hingga tahun 2009. Pada tahun tersebut, produksi Sarimi (dan merek mi instan Indofood lainnya) dialihkan ke anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk hingga saat ini. Sarimi mulanya hanya memiliki tiga rasa: mi goreng, sapi dan ayam.[5] Namun, kemudian dilakukan perluasan variasi, seperti mi snack,[7] rasa soto ayam, gule dan ayam bawang.[8] Sarimi terkenal dengan maskotnya yang seperti pria aladin (atau jin yang memakai serban), dan dengan slogannya "dari aromanya terbayang kelezatannya" (sebelumnya "dari aromanya sudah tercium kelezatannya") yang digunakan pada 1990-an.[9] Secara tradisional, Sarimi berada di peringkat ketiga pangsa pasar dibanding "saudara tiri"-nya, yaitu Indomie dan Supermi. Kehadiran Mie Sedaap membuat posisi Sarimi harus turun.[10] Kini Sarimi menyasar pasar kelas menengah ke bawah,[11] yang dapat dilihat dari iklannya yang sering menonjolkan sejumlah pedangdut (seperti Ayu Ting Ting dan Soimah) maupun grup musik pop melayu (seperti ST12, Ungu dan Wali) dan mensponsori sejumlah program segmen menengah ke bawah sesuai dengan segmen pasar Sarimi, seperti D'Academy, Pesbukers, blocking time serial India antv, Kampung Rasa hingga Lapor Pak!. Hal yang sama juga dapat dilihat dari hari jadinya yang ke-30 pada 2012 yang dilakukan dengan acara yang "merakyat" (seperti konser dangdut, gerebek pasar, undian berhadiah dan aneka lomba) yang digelar di 30 kota.[12][13] Pada hari jadinya Sarimi selalu meluncurkan kemasan baru dan maskot aladin yang diperbarui, baik pada 2012, September 2017 dan 2022. Jenis rasaSaat ini produk Sarimi umumnya menekankan kemasan isi 2; produk ini pertama kali muncul di tahun 1994[14] sebagai pesaing Miduo (sudah tidak diproduksi, buatan Mayora Indah).[15] Di tahun 2010 produk ini diluncurkan kembali, dan menambahkan variannya dari yang awalnya hanya tersedia mi goreng menjadi beberapa varian kuah. Pesaing utamanya kini adalah Mie Suksess yang mulai diproduksi Wings Food pada tahun 2015. Beberapa varian lama yang pernah dipasarkan seperti Sarimi Ekstra (2004) dan Koya (2007), dimana keduanya digunakan untuk melawan Mie Sedaap.[16][17] Sarimi juga sempat memiliki lini mi cangkir dengan sub-brand "Top Mie".[18] Varian Sarimi yang saat ini diproduksi, meliputi:
Beberapa varian Sarimi yang pernah diproduksi antara lain:
Lihat pulaReferensi
Pranala luar |