Saint Martin dihuni oleh orang-orang Amerindian selama berabad-abad, dengan bukti arkeologi yang menunjukkan keberadaan manusia di pulau itu sejak tahun 2000 SM,[3] dan orang-orang ini kemungkinan besar bermigrasi dari Amerika Selatan. Sedangkan orang paling awal yang diketahui adalah Arawak yang menetap di sana antara tahun 800 dan 300 SM. Sekitar tahun 1300-1400 M, mereka mulai digusur oleh kelompok Carib yang bermusuhan dengan rakyat disana.
Kedatangan orang Eropa
Secara umum diyakini bahwa Christopher Columbus menamai pulau itu untuk menghormati Saint Martin dari Tours. Christopher Columbus menemukan wilayah ini dalam perjalanan penemuannya yang kedua. Namun, dia benar-benar menerapkan nama tersebut ke pulau yang sekarang disebut Nevis ketika dia berlabuh di lepas pantai pada tanggal 11 November 1493, yang secara kebetulan merupakan hari raya Saint Martin. Kebingungan dari banyak pulau kecil yang dipetakan dengan buruk di Kepulauan Leeward berarti bahwa nama ini secara tidak sengaja dipindahkan ke pulau yang sekarang dikenal sebagai Saint-Martin/Sint Maarten.[4][5]
Secara nominal pulau ini merupakan wilayah Spanyol, dan pulau ini menjadi fokus persaingan kepentingan kekuatan Eropa, khususnya Prancis dan United Province. Sementara itu, populasi Amerindian mulai menurun drastis diakibatkan meninggal karena penyakit yang dibawa oleh bangsa Eropa.
Pada tahun 1631, Belanda membangun Benteng Amsterdam di Saint Martin dan Perusahaan Hindia Barat Belandа untuk menambang garam di sana. Ketegangan antara Belanda dan Spanyol sudah tinggi karena Perang Delapan Puluh Tahun yang sedang berlangsung, dan pada tahun 1633 Spanyol merebut St Martin dan mengusir penjajah Belanda. Kemudian, Belanda di bawah Peter Stuyvesant, berusaha untuk mendapatkan kembali kendali pada tahun 1644 tetapi tidak berhasil.[6] Pada tahun 1648 ketika Perang Delapan Puluh Tahun berakhir, dan pulau itu kemudian kehilangan nilai strategis dan ekonominya bagi pihak Spanyol, yang mengakibatkan Spanyol meninggalkan pulau itu dan Belanda mengambil kembali. Prancis juga mulai menetap di pulau itu, alih-alih berjuang untuk menguasai seluruh pulau, kedua kekuatan setuju untuk membaginya menjadi dua melalui Perjanjian Concordia.[7]
Abad ke-18–19
Untuk mengerjakan perkebunan kapas, tembakau, dan gula, Prancis dan Belanda mulai mengimpor sejumlah besar budak dari Afrika, dan jumlah budak itu melebihi jumlah orang Eropa. Prancis akhirnya menghapus perbudakan pada tahun 1848, diikuti oleh Belanda pada tahun 1863 (meskipun setelah tahun 1848, perbudakan hampir tidak dapat ditegakkan karena budak dapat dengan mudah berpindah dari Belanda ke sisi pulau bagian Prancis). Sementara itu, pada tahun 1763, Saint Martin digabungkan menjadi koloni Guadeloupe Prancis.
Abad ke-20–21
Pada dekade pertama abad ke-20, ekonomi Saint Martin berada dalam kondisi yang buruk, dan hal tersebut mendorong banyak orang untuk beremigrasi. Kemudian, berbagai hal membaik selama Perang Dunia Kedua ketika Amerika membangun lapangan terbang di sisi pulau Belanda. Pada tahun 1946 Saint Martin (bersama dengan Saint Barthélemy) secara resmi dimasukkan sebagai arondisemen ke département Guadeloupe. Pariwisata mulai berkembang dari tahun 1960-70an dan seterusnya, yang pada akhirnya menjadi sektor dominan ekonomi Saint Martin.
Pada tahun 2007 Saint Martin dipisahkan dari Guadeloupe dan menjadi kolektivitas teritorial dengan Prefek dan Dewan Teritorialnya sendiri. Pada tahun 2017 Saint Martin kembali dihancurkan oleh badai Irma, dan menyebabkan kerusakan yang meluas di seluruh pulau.[8]
Geografi
Kolektivitas Saint Martin yaitu menempati bagian utara pulau Saint Martin di Kepulauan Leeward; bagian selatan membentuk wilayah Sint Maarten yang merupakan bagian dari Belanda. Di sebelah utara melintasi Selat Anguilla yang terletak di Wilayah Seberang Laut Inggris Anguilla, di sebelah tenggara pulau terletak pulau Saint Barthélemy milik Prancis dan lebih jauh ke selatan adalah pulau-pulau Belanda seperti Saba dan Sint Eustatius.
Luas daratan Saint Martin adalah 532 km2 (205 sq mi) dengan medan yang umumnya berbukit, dengan puncak tertinggi Pic Paradis (424 m (1.391 ft)) yang juga merupakan puncak tertinggi di pulau secara keseluruhan. Wilayah Terres Basses yang terletak di sebelah barat ibu kota Marigot yang berisi separuh wilayah Perancis dari Laguna Teluk Simpson medannya lebih datar. Ada beberapa danau kecil di Saint Martin, seperti Chevrise Pond, Great Pond, dan Red Pond. Lahan tersebut merupakan bagian dari ekoregion semak belukar xeric Kepulauan Leeward.[9]
Banyak pulau kecil terletak di lepas pantai, termasuk Batu Cove Marcel, Creole Rock, Little Key, Pinel Island, Green Cay Grand Islet (di dalam Simpson Bay Lagoon) dan yang terbesar Île Tintamarre.
Badai Irma
Badai Irma melanda Saint Martin pada 6 September 2017; 95% bangunan di pihak Prancis rusak atau hancur.[8][10] Akibat bencana tersebut, penjarahan menjadi sebuah masalah, dan Prancis kemudian mengirim 240 polisi untuk membantu mengendalikan situasi.[11][12][13]
Pada tanggal 11 September Presiden Emmanuel Macron mengunjungi St Martin untuk melihat kerusakan dan meyakinkan penduduk akan dukungan untuk upaya bantuan.[14] Saat itu, hanya turis dan pengunjung dari Prancis (daratan) yang dievakuasi dari St. Martin, yang menimbulkan keluhan dari penduduk kulit hitam dan ras campuran bahwa orang kulit putih diberi prioritas lebih.[15] Macron menjanjikan bantuan 50 juta euro untuk pulau-pulau Prancis dan mengatakan pembangunan kembali akan dilakukan dengan cepat tetapi dengan sangat baik.[16] Pada bulan Maret 2018, sebagian besar infrastruktur wilayah tersebut telah kembali beroperasi.[17]
Politik dan pemerintahan
Saint Martin selama bertahun-tahun merupakan komune Prancis yang merupakan bagian dari Guadeloupe, juga merupakan region dan département luar negeri Prancis. Pada tahun 2003 penduduk pulau bagian Prancis memilih mendukung pemisahan diri dari Guadeloupe untuk membentuk kolektivitas luar negeri (COM) terpisah dari Prancis.[18][19] Pada tanggal 9 Februari 2007, Parlemen Prancis mengesahkan undang-undang yang memberikan status COM kepada Saint Martin bagian Prancis dan (secara terpisah) tetangga mereka Saint Barthélemy.[20] Status baru mulai berlaku pada 15 Juli 2007, setelah majelis lokal terpilih,[21] dengan putaran kedua pemungutan suara akhirnya terjadi pada 15 Juli 2007.[22] Saint Martin tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.[23]
Struktur pemerintahan baru yang sesuai dengan kolektivitas luar negeri mulai berlaku pada tanggal 15 Juli 2007 dengan sesi pertama Dewan Teritorial (bahasa Prancis: Conseil territorial). Ini adalah badan unikameral yang terdiri dari 23 anggota, dengan pemilihan yang diadakan setiap lima tahun. Presiden pertama Dewan Teritorial adalah Louis-Constant Fleming, namun pada 25 Juli 2008 Fleming mengundurkan diri setelah mendapat sanksi dari Conseil d'État selama satu tahun karena masalah dengan kampanye pemilihannya di tahun 2007.[24] Pada tanggal 7 Agustus, Frantz Gumbs terpilih sebagai Presiden Dewan Teritorial.[25] Namun, pemilihannya dinyatakan tidak sah pada 10 April 2009 dan Daniel Gibbs diangkat sebagai Penjabat Presiden Dewan Teritorial pada 14 April 2009.[26]
Sebelum tahun 2007, Saint Martin diberi kode sebagai GP (Guadeloupe) di ISO 3166-1. Pada Oktober 2007, ia menerima kode ISO 3166-1 MF (kode alfa-2), MAF (kode alfa-3), dan 663 (kode numerik).[29]
Saint Martin memiliki populasi sekitar 32.489 penduduk menurut sensus Januari 2019, yang berarti kepadatan populasinya sebesar 611 jiwa per kilometer persegi (1.580/sq mi). Pada sensus Prancis 2017, populasinya adalah 35.334[32] (naik dari hanya 8.072 jiwa pada sensus tahun 1982). Penurunan populasi antara 2017 dan 2019 sebagian besar disebabkan oleh dampak Badai Irma yang melanda pulau itu pada awal September 2017 dan menghancurkan sebagian besar infrastrukturnya.
Sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pesisir di kota-kota Marigot (ibukota), Grand-Case dan Quartier-d'Orleans. Sedangkan sebagian besar penduduk adalah keturunan Kreol hitam atau campuran, dengan jumlah yang lebih kecil dari orang Eropa dan India.
Mayoritas penduduk pulau St. Martin mengaku beragama Kristen,[38] dan di bagian Prancis Gereja Katolik adalah kepercayaan mayoritas.
Wilayah Prancis St. Martin adalah bagian dari Keuskupan Basse-Terre dan Pointe-à-Pitre (dalam bahasa Latin, Dioecesis Imae Telluris dan dalam PrancisDiocèse de Basse-Terre et Pointe-à-Pitre), melekat pada organisasi Gereja Katolik di Prancis. Keuskupan tersebut meliputi wilayah Guadeloupe, St. Barthélemy dan St. Martin. Keuskupan ini adalah bagian dari provinsi gerejawi Fort-de-France, di wilayah gerejawi Antillen, dan bertetangga di barat laut keuskupan Saint John-Basseterre dan di tenggara, Keuskupan Roseau.
Sekitar enam puluh imam aktif di keuskupan dan melayani beberapa gereja, di antaranya Gereja Saint Martin de Tours (Saint-Martin-de-Tours)[39] di Marigot, Gereja Maria Bintang Laut (Église de Marie Etoile de la Mer)[40] di Grand Case dan Gereja Saint Martin di Quartier d'Orléans ("Église de Saint-Martin").[41]
Sebagai bagian dari Prancis, mata uang resmi Saint Martin adalah euro, meskipun Dolar AS juga diterima secara luas. Pariwisata adalah kegiatan ekonomi utama dengan lebih dari satu juta pengunjung setiap tahun, dan sekitar 85% populasi yang bekerja di sektor ini. Sektor utama lainnya adalah industri jasa keuangan. Meskipun terbatas, pertanian dan perikanan juga dilakukan, meskipun sektor ini sangat kecil dan sebagian besar makanan diimpor.
INSEE memperkirakan bahwa PDB nominal Saint Martin berjumlah 581,8 juta euro pada tahun 2014 (US$771,9 juta dengan nilai tukar 2014; US$660,3 juta dengan nilai tukar Februari 2022). Pada tahun yang sama PDB nominal per kapita Saint Martin adalah 16.572 euro (US$21.987 dengan nilai tukar 2014; US$18.806 dengan nilai tukar Februari 2022), yang hanya setengah dari PDB per kapita Prancis Metropolitan pada tahun 2014, dan 79% dari PDB per kapita Guadeloupe.[43] Sebagai perbandingan, PDB nominal per kapita di sisi Belanda, Sint Maarten, adalah US$33.536 pada tahun 2014.[44]
^ abDutch officials: Irma damaged or destroyed 70 percent of St. Maarten homes, leaving island vulnerable to Jose's approach. The Washington Post 9 September 2017. [1] Accessed 9 September 2017
^ abKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama cia
^"French Caribbean voters reject change". Caribbean Net News. 9 December 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 March 2009. Diakses tanggal 9 February 2007. However voters on the two tiny French dependencies of Saint-Barthelemy and Saint-Martin, which have been administratively attached to Guadeloupe, approved the referendum and are set to acquire the new status of "overseas collectivity".Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Frantz Gumbs elected new president of Collectivité". The Daily Herald. 8 August 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 July 2011. Diakses tanggal 17 August 2008. Frantz Gumbs, formerly president of Union Pour le Progrès (UPP) party, swept into power as new president of the Collectivité at an extraordinary meeting of the Territorial Council on Thursday after winning the 23-councillor vote with a clear majority over Marthe Ogoundélé-Tessi.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Klomp, Ank. "Saint Martin: Communal Identities on a Divided Caribbean Island." In: Niedermüller, Peter and Bjarne Stoklund (editors). Journal of European Ethnology Volume 30:2, 2000: Borders and Borderlands: An Anthropological Perspective. Museum Tusculanum Press, 2000. ISBN8772896779, 9788772896779. Start: p. 73. CITED: p. 80.