SLB Negeri Cicendo Bandung merupakan sekolah luar biasa negeri yang terletak di Kota Bandung. Menjadi sekolah negeri sejak tahun 2009.[2]
Sejarah
Perkumpulan Penyelenggaraan Pengajaran kepada anak-anak Tuli Bisu di Indonesia didirikan pada tanggal 3 Januari 1930 atas inisiatif Ny. C. M. Roelfsema Wesselink istri Dokter H. L. Roelfsema, seorang ahli THT di Indonesia. Di kediamannya di Jalan. Riau No. 20 Bandung, ia mendirikan sekolah dan asrama yang pertama dengan jumlah murid 6 orang. Kemudian ia pindah ke Oude Hosfitalweg No. 27 Bandung. Ia kemudian mendatangkan 2 (dua) orang guru ahli dari Belanda, yaitu Tuan D. W. Bloemink dan Nona E. Gudberg. D. W. Bloemink kemudian diangkat menjadi Direktur. Berkat kebijakan KAR Bosscha yang menyerahkan uang sebesar ƒ50.000 kepada Dewan Kota Praja Bandung pada waktu itu, maka pendirian gedung sekolah dan asrama di atas sebidang tanah di desa Cicendo, distrik Bandung, Keresidenan Priangan dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Anna C. Van Wassenoar, istri dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda, B.C. de Jonge pada tanggal 6 Mei 1933.[3]
Pada tanggal 18 Desember 1933, gedung sekolah dan asrama selesai dibangun dan di buka secara resmi, dengan jumlah murid 26 orang diantaranya 6 orang tinggal di luar asrama.
Pada tahun 1942 – 1945 gedung sekolah dan asrama dipergunakan oleh tentara Jepang (selama Perang Dunia II) dan setelah perang berakhir, lembaga pendidikan sekolah dan asrama dipergunakan untuk klinik bersalin. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1949 gedung sekolah dan asrama dikembalikan kepada perkumpulan, sehingga sekolah dan asrama bisa diselenggarakan sebagaimana mestinya dan Kementerian pendidikan dan pengajaran mendatangkan guru ahli dari Belanda, yaitu Jivan Dooran dan disusul oleh Van Derbeek pada tahun 1949. Jivan Dooran diangkat menjadi Direktur Lembaga LPATB (Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu) pada tahun 1950. Kemudian diteruskan oleh Vander Beek pada bulan Oktober 1951.[4]
Pada September 1952, lembaga ini diresmikan sebagai Sekolah Rakyat Latihan Luar Biasa. Pada tahun 1954, Departemen Pendidikan menetapkan lembaga pendidikan untuk para penyandang cacat di Indonesia dinamakan Sekolah Luar Biasa (SLB). SLB B Cicendo Bandung berstatus swasta, yaitu milik P3ATR yang juga ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi sekolah latihan SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa).
Setelah Tn. Van Der Beek pulang ke negeri Belanda, yang menjadi kepala sekolah adalah Saleh Bratawidjaya, BA hingga pensiun pada tahun 1956.[3]
Kepengurusan P3ATR pada awalnya diketuai oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, namun setelah perkumpulan diserahkan kepada Republik Indonesia, Ketua/Direktur P3ATR dipegang oleh Gubernur Jawa Barat. Direktur pertama perkumpulan setelah diserahkan kepada Republik Indonesia adalah R. Moch. Sanusi Hardjadinata, seterusnya secara tradisi yang menjadi ketua/direktur P3ATR langsung dipegang oleh Gubernur. Akan tetapi pada waktu Gubernur Jawa Barat dijabat oleh Solihin GP, tradisi ini berubah karena pada waktu itu Solihin GP tidak bersedia menjadi ketua/Direktur, maka ia menunjuk Irawan Sarpingi (Direktur Taksi 4848) sebagai ketua P3ATR sampai jabatan Gubernur selesai. Kemudian Gubernur Aang Kunaefi menunjuk Ir. Encon Padmakusumah menjadi ketua P3ATR. Pada waktu Yogie S. Memet menjadi Gubernur, ia menunjuk R. H. Gartina Dindadipura sebagai ketua P3ATR hingga SLB – B P3ATR berubah nama menjadi YP3ATR.
Hasil Penelitian Relawan VHO berkebangsaan Belanda, Tn. Frend menyimpulkan bahwa pelayanan pembelajaran di SLB – B YP3ATR Cicendo Bandung, tidak bisa digabungkan antara Penyandang Tuna Rungu murni dengan Tuna Rungu Plus (Tuna Rungu Plus gangguan lain). Maka pada tahun 1996 SLB – B YP3ATR dijadikan 2 sekolah SLB, yaitu SLB – B I YP3ATR yang melayani pendidikan Tuna Rungu Murni dan SLB-B II YP3ATR melayani pendidikan Tuna Rungu Plus gangguan lain.
Lembaga ini beberapa kali melakukan perubahan nama, mulai dari SLB P3ATB (Perkumpulan Penyelenggaraan Pengajaran Anak Tuli Bisu) kemudian berubah menjadi LPATB (Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu) kemudian berubah lagi menjadi P3ATR (Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran Anak Tuna Rungu) dan terakhir berubah menjadi YP3ATR (Yayasan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran Anak Tuna Rungu).
Dengan memperhatikan dan melihat Sejarah SLB B Cicendo yang sangat bersejarah dan mempertahankan cita-cita luhur para pendiri SLB B Cicendo Bandung, maka keluarga Sekolah serta tokoh masyarakat di Kota Bandung memandang perlu SLB B Cicendo Bandung dipertahankan keberadaannya dan ditingkatkan layanan pendidikannya, dengan cara SLB B.I dan SLB B.II YP3ATR/P3ATR dikelola oleh Pemerintah. Dengan perjuangan yang panjang dan kebersamaan yang tinggi SLB B.I dan SLB B.II YP3ATR / P3ATR Cicendo Bandung atas dasar pengkajian dari berbagai pihak yang berkompeten dan Rekomendasi dari Gubernur Jawa Barat, dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Terhitung Mulai Tanggal 2 Januari 2009 SLB B.I dan B.II YP3ATR/P3ATR beralih status menjadi sekolah negeri dan berganti nama menjadi SLB Negeri Cicendo Kota Bandung dan diresmikan pada tanggal 26 Februari 2009 oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.[4]
Referensi