Rumah induk yang memanjang dari muka ke belakang memakai atap pelana (bahasa Banjar: atap balai laki) kemudian ditambahkan suatu atap limas dalam posisi melintang yang menutupi sekaligus ruang Palidangan beserta kedua buah anjungnya. Posisi nok (pamuung/wuwungan) atap limas yang menghalang/melintang ini biasanya lebih tinggi daripada posisi nok atap pelana pada atap muka yang membujur menutupi ruang Paluaran (ruang tamu).
Hal ini merupakan suatu simbol bentuk Cacak Burung. Simbol Cacak Burung adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif), karena denah bangunan ini berbentuk + (tanda tambah), maka dinamakan pula rumah Cacak Burung.
Ciri-ciri
Ciri-cirinya:
Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah adat Rumah Cacak Burung ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan yang ditutupi dengan menggunakan atap pelana, sehingga terlihat tebar layar yang dalam bahasa Banjar disebut Tawing Layar. Atap pelana ini menutupi mulai ruang Surambi Pamedangan hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya.
Dalam perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan ruangan pada salah satu sisi bangunan pada samping kiri atau kanan bangunan atau kedua-duanya baik sisi kiri maupun kanan secara simetris dan posisinya agak ke belakang. Kedua ruangan ini berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi. Ruang tambahan ini disebut anjung. Kedua anjung ini ditutup dengan atap perisai membentuk atap limas dalam posisi melintang sehingga kedua ruang anjung tersebut menjadi bentuk Ambin Sayup.[2][3]
Bentuk bangunan ukurannya umumnya sama dengan rumah Balai Bini.
Pada Surambi Sambutan (teras) terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar: karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit.
Pada dinding sisi depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 pintu masuk (lawang hadapan), di sebelah pintu masuk tersebut terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.
Pada dinding tengah (Tawing Halat) terdapat 2 pintu.
Sayap bangunan (anjung) memakai atap perisai (bahasa Banjar: atap gajah).
Pada ambang atas Pamedangan memakai bentuk gerbang melengkung (Kandang Rasi Atas).
Pada dinding sisi depan yang dinamakan Tawing Hadapan kadang-kadang terdapat lebih dari 1 pintu masuk (lawang hadapan) tetapi jendela depan biasanya dihilangkan.
Kadang-kadang 4 (empat) buah tiang penyangga emper depan (bahasa Banjar: karbil) yang terdapat pada Surambi Sambutan diganti model konsol.
Contoh:
Rumah Cacak Burung di Tunggul Irang, Martapura pemilik H. Basum.
Ruang
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang