Pada Rumah Balai Bini, tubuh bangunan induk memakai atap perisai yang disebut Atap Gajah, sedangkan sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/lessenaardak yang disebut Atap Anjung Pisang Sasikat.
Tipe
Tipe 1 (Syamsiar Seman)
Menurut Tim Muskala Depdikbud Kalsel yang pernah mengadakan penelitian Balai Bini menyatakan bahwa:
Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah adat Balai Bini ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang dari depan ke belakang yang ditutupi pada bagian depannya dengan menggunakan atap perisai yang dalam bahasa Banjar disebut Atap Gajah. Atap perisai ini menutupi mulai ruang Surambi Pamedangan hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya. Bentuk bangunan pokok ini biasa dinamakan Rumah Gajah.
Dalam perkembangannya kemudian Rumah Gajah yang berbentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan ruangan hanya pada salah satu sisi bangunan pada samping kiri atau samping kanan bangunan atau kedua-duanya baik sisi kiri maupun kanan secara simetris dan posisinya agak ke belakang. Kedua ruangan ini berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi. Ruang tambahan ini disebut anjung. Kedua buah anjung ini ditutup dengan atap sengkuap yang disebut Atap Pisang Sasikat, bentuk inilah yang dinamakan Rumah Balai Bini. Dalam perkembangannya selanjutnya di belakang Anjung Kanan dan Anjung Kiwa yang beratap sengkuap Pisang Sasikat ini selanjutnya disumbi (disambung) lagi dengan atap jurai luar (jurai laki) sehingga ruangan tambahan ini dinamakan Anjung Jurai Kanan dan Anjung Jurai Kiwa.
Perkembangan Rumah Balai Bini lebih lanjut terdapat pada atap sengkuap Sindang Langit (atap emper depan) yang ditambahi Jurai Luar yang melebar ke atap emper samping kanan maupun kiri bangunan yang menyatu dengan atap anjung kanan dan atap anjung kiwa disertai penambahan tiang-tiang emper.
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang:
Surambi Muka merupakan emper depan rumah dilengkapi dengan tangga berjenjang dalam jumlah ganjil misalnya tiga atau lima trap untuk menaiki Surambi Sambutan.[2]
Surambi Sambutan (Ambin) merupakan teras terbuka dikelilingi railings yang disebut Kandang Rasi dilengkapi dengan tangga berjenjang dalam jumlah ganjil misalnya tiga atau lima trap untuk menaiki Surambi Pamedangan.[3]
Pamedangan (paseban/palatar dalam) merupakan ruang setengah terbuka dikelilingi railings yang disebut Kandang Rasi.
Pada Surambi Sambutan terdapat 4 buah pilar yang menyangga atap emper depan memakai atap sengkuap yang dalam bahasa Banjar disebut Atap Sindang Langit. Keempat pilar ini dapat pula diganti dengan konsol.
Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.
Rumah Ba'anjung Balai Bini dengan empat buah pilar menopang atap Sindang Langit pada emper depan di Desa Pamangkih
Tipe 2
Dari literatur diperoleh keterangan rumah adat Balai Bini beratap seperti joglo dengan tambahan atap sindang langit untuk atap surambinya (1).
Kalau diperhatikan ini Balai Bini Tipe 2 merupakan pengembangan Balai Bini Tipe 1 di mana terjadi perluasan dinding dari anjung ke arah depan sedangkan serambi pamedangan tambah melebar ke kiri dan kanan sehingga membentuk bangunan beratap limas (bahasa Jawa: limasan lawakan).
Ciri-cirinya:
Atapbangunan memakai atap perisai/atap limas yang menyerupai joglo dalam posisi membujur yang menutupi mulai serambi pamedangan sampai ke belakang.
Terdapat 6 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar: karbil) yang memakai atap sengkuap (atap sindang langit) pada serambi sambutan.
Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.