Piala Thomas dan Uber 2008 adalah penyelenggaraan bersama turnamen bulu tangkis Piala Thomas dan Piala Uber. Kompetisi ini menjadi edisi ke-25 Piala Thomas dan edisi ke-22 Piala Uber. Putaran final turnamen ini diselenggarakan di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia, sejak tanggal 11 hingga 18 Mei 2008. 12 tim putra dan 12 tim putri berpartisipasi pada putaran final.
Tiongkok kembali berhasil mengawinkan gelar Piala Thomas dan Piala Uber. Dalam Piala Thomas, Tiongkok meraih gelar ketujuh setelah mengalahkan Korea Selatan pada pertandingan final. Tuan rumah Indonesia dan Malaysia sama-sama kalah dari lawannya masing-masing dalam pertandingan semifinal. Sementara dalam Piala Uber, Tiongkok meraih gelar kesebelas setelah mengalahkan tuan rumah Indonesia pada pertandingan final. Jerman dan Korea Selatan sama-sama kalah dari lawannya masing-masing dalam pertandingan semifinal.
Dua belas negara untuk masing-masing Piala Thomas dan Piala Uber dari lima benua berpartisipasi pada putaran final. Terdapat 8 negara yang lolos baik untuk Piala Thomas maupun Piala Uber, sehingga total terdapat 16 negara yang turut serta. Juara bertahan Tiongkok dan tuan rumah Indonesia lolos otomatis tanpa bermain dalam babak kualifikasi.
Pengundian berlangsung pada 12 Maret 2008 pada pukul 15.00 UTC+7. Pengundian ini disiarkan langsung oleh Trans TV selaku media penyiaran resmi. Pengudian didasarkan pada daftar unggulan menurut Peringkat Dunia tanggal 28 Februari 2008.[4][5] Empat tim unggulan teratas berada pada pot pertama, diikuti oleh empat tim berikutnya pada pot kedua, dan empat tim terbawah ditempatkan pada pot ketiga.
Kontroversi muncul ketika penjadwalan tidak adil memaksa beberapa tim untuk bermain dua kali sehari. Sebagian besar tim tidak senang dengan keputusan Federasi Bulu Tangkis Dunia, termasuk tim Piala Uber Indonesia yang mengancam keluar dari turnamen karena urusan penjadwalan. Hal tersebut memaksa penyelenggara untuk mengubah jadwal.[6]
Kontroversi lain dalam turnamen adalah keputusan dari tim Piala Thomas Korea untuk menyia-nyiakan kedua pertandingan babak grup mereka untuk mendapatkan lawan yang lebih mudah dalam babak gugur. Mereka kalah 4–1 dalam kedua pertandingan grup melawan Inggris dan Malaysia, serta segera mengakui mereka bermain kehilangan gaya permainan.[7][8] Namun, manajer Korea Selatan membantah kesalahan apapun pada mereka dan menyalahkan pada format pertandingan.[9] Kontroversi ini memaksa BWF untuk menguji kembali aturan dan format untuk turnamen mendatang.[10]