Penggambaran budaya kucing dan hubungannya dengan manusia sudah terjalin selama 9.500 tahun. Kucing telah menjadi figur sejarah banyak bangsa, mulai dari menjadi subjek legenda hingga subjek favorit bagi para seniman dan penulis.
Sejarah terawal
Kucing awalnya dijinakkan karena mereka bisa memburu tikus yang akan memakan biji-bijian yang tersimpan dan melindungi toko makanan. Situasi ini akan menguntungkan bagi kedua spesies, yang mana kucing akan mendapatkan sumber mangsa karena keandalannya dan manusia akan mendapatkan solusi pengendalian hama tanpa susah payah. Aturan yang saling menguntungkan ini memulai hubungan antara kucing dan manusia yang berlanjut hingga kini.
Sementara sejarah hubungan manusia dengan kucing yang sebenarnya masih kurang jelas, sebuah situs kuburan dangkal yang ditemukan pada tahun 1983 di Siprus, yang berasal dari tahun 7500 SM, selama periode Neolitikum, menyimpan kerangka manusia, yang dikuburkan secara seremonial dengan peralatan batu, segumpal oksida besi, dan segenggam kerang. Dalam kuburan mungilnya yang berukuran 40 sentimeter (18 inci) dari kuburan manusia adalah kuburan seekor kucing berumur delapan bulan dengan tubuhnya yang menghadap ke arah barat seperti pada kerangka manusia. Kucing ini bukanlah kucing yang asli dari Siprus. Kuburan ini adalah bukti bahwa kucing pernah dijinakkan saat manusia mendirikan pemukiman pertama di Timur Tengah yang dikenal sebagai Hilal Subur.[1]
Tiongkok
Kucing yang disukai sebagai hewan peliharaan selama Dinasti Song Tiongkok adalah kucing berambut panjang karena pandai menangkap tikus dan kucing dengan bulu kuning dan putih yang disebut sebagai 'kucing singa' yang dinilai hanya bisa sebagai hewan peliharaan yang lucu.[2][3] Kucing-kucing di sana biasa dimanjakan dengan barang yang dibeli dari pasar seperti "sarang kucing" dan sering diberi makan ikan yang diiklankan di pasaran khusus kucing.[2][3]
Cerita rakyat klasik
Ahli esai Yunani, Plutarch, mengaitkan kucing dengan kebersihan, karena bau yang tak wajar bisa membuat kucing marah.[4] Pliny mengaitkan mereka dengan kegairahan.[5]Aesop dengan tipu daya dan kelicikan.[6]
Abad pertengahan
Viking memanfaatkan kucing sebagai penangkap tikus dan menganggapnya sebagai teman.
Seorang Raja Wales pada abad pertengahan, Hywel Dda (yang Baik) mengeluarkan undang-undang yang mengilegalkan pembunuhan atau penyiksaan terhadap kucing.[7]
Di Ypres, pada abad pertengahan, kucing dimanfaatkan pada bulan-bulan musim dingin untuk mengendalikan serangga yang memakan wol yang tersimpan di lantai atas Aula Kain (Lakenhall). Pada awal pemanasan musim semi, setelah wol itu terjual, kucing-kucing itu akan dilempar keluar dari atas menara belfry ke bawah alun-alun kota, yang konon melambangkan "pembunuhan para akademisi yang jahat". Kattenstoet (parade kucing) saat ini, dilaksanakan dengan pengiringan lemparan kucing penjaga wol dari atas rumah.
Penggambaran pada abad Renaisans dan Victoria
Kucing menjadi karakter populer dan simpatik dalam kisah rakyat seperti Puss in Boots.[8]
Ada satu cerita rakyat Britania Raya yang mana seekor kucing memiliki peran heroik. Cerita ini adalah kisah tentang Dick Whittington dan Kucingnya, yang pernah ditampilkan dalam banyak bentuk karya panggung, termasuk drama, komedi musikal, dan pantomim. Kisah ini bercerita tentang seorang anak laki-laki malang pada abad ke-14 yang diangkat dari kehidupan nyata Richard Whittington yang menjadi pedagang kaya dan akhirnya menjadi penguasa wali kota London karena kemampuannya memanfaatkan kucingnya. Tidak ada bukti sejarah bahwa Whittington pernah memiliki seekor kucing, tetapi berbeda dalam ceritanya. Dikisahkan Dick Whittington, seorang anak yatim yang malang, mendapatkan pekerjaan di rumah besar milik Tn. Fitzwarren, seorang pedagang kaya yang dermawan. Kamar kecilnya yang penuh dengan tikus membuat Dick membeli seekor kucing untuk mengusir tikus-tikus itu. Suatu hari, Tn. Fitzwarren mengharuskan para pelayannya untuk mengirimkan sesuatu ke dalam kapalnya yang akan berangkat dalam perjalanan yang jauh ke sebuah pelabuhan untuk ditukarkan dengan emas. Karena hanya satu-satunya yang Dick punya, dengan terpaksa dan rasa sedihnya, ia mengirimkan kucingnya. Di sebuah istana kerajaan yang jauh itu, kucing Dick telah dibeli dan menjadi pahlawan dengan mengusir serangga yang sangat menyusahkan dari istana kerajaan itu. Ketika kapal Tn. Fitzwarren kembali, kapal itu penuh dengan kekayaan. Dick telah menjadi orang kaya. Dia bergabung dengan Tn. Fitzwarren dalam bisnisnya dan menikahi putrinya, Alice, dan lambat laun ia menjadi penguasa wali kota London.[9]
Jepang
Dulu, penduduk pulau Tashirojima membudidayakan ulat sutera untuk dijadikan sutra dan kucing dijadikan penjaga agar populasi tikus bisa turun (karena tikus adalah pemangsa alami ulat sutera). Perikanan menggunakan jaring tetap masih populer di pulau ini setelah zaman Edo dan nelayan dari daerah lain sering datang dan tinggal di pulau ini untuk semalaman. Kucing akan pergi ke penginapan tempat para nelayan menginap dan mencari makanan sisaan. Seiring waktu, para nelayan mengembangkan kegemarannya terhadap kucing. Suatu hari, ketika para nelayan mengumpulkan batu untuk digunakan dengan pada jaring-jaring tetapnya, sebuah batu liar jatuh dan menewaskan salah satu kucing itu. Para nelayan merasa kasihan dengan kehilangan kucing itu, lalu mereka menguburnya dan mengabadikannya di lokasi ini di pulau ini.
Rusia
Banyak kucing yang pernah menjagaMuseum Ermitáž/Istana Musim Dingin secara terus menerus, sejak masa pemerintahan Kaisar Yelizaveta, saat dia memperkenalkan di Kazan, Tatarstan mengenai lima hewan pembasmi untuk masalah mengendalikan hewan pengerat di istana tersebut.[10] Kucing-kucing menjalani kehidupan yang dimanjakan oleh pemiliknya dan bahkan memiliki pelayan khusus sampai Revolusi Oktober, setelah itu mereka dirawat oleh para sukarelawan. Sekarang, mereka kembali dirawat oleh para karyawan.
Budaya modern
Kucing juga tampil menonjol dalam budaya modern. Misalnya, seekor kucing bernama Mimsey yang digunakan oleh MTM Enterprises sebagai maskot dan film mereka, seperti dalam logo mereka yang menampilkan tipuan dari singa MGM.[11] Hingga 1990[update] Pada tahun 1990, kucing adalah subjek yang paling populer yang digambarkan pada barang hadiah, seperti tatakan gelas, serbet, perhiasan, dan buku pesanan. Diperkirakan ada 1.000 toko di Amerika Serikat yang tidak menjual apa-apa, kecuali barang-barang yang berhubungan dengan kucing.[12]
Di Internet, kucing sering sering muncul sebagai meme dan humor lainnya. Pada media sosial, orang sering memosting gambar kucing mereka sendiri.
(Inggris) Gernet, Jacques (1962). Daily Life in China on the Eve of the Mongol Invasion, 1250–1276. Translated by H.M. Wright. Stanford: Stanford University Press. ISBN0-8047-0720-0.
(Inggris) Dodge, Alleine (1949). Nine lives: an exhibition of the cat in history and art, New York: Cooper Union Museum for the Arts of Decoration, archive.org