Daerah ini adalah salah satu tunas peradaban karena ia merupakan tempat munculnya pertanian setelah manusia memulai proses pembersihan dan peralihan vegetasi alami untuk menumbuhkan tanaman-tanaman pertanian. Sebagai hasilnya, peradaban terdahulu manusia, seperti Sumeria, muncul di Mesopotamia.[3] Di daerah ini muncul beberapa perkembangan teknologi seperti perkembangan pertanian, penggunaan irigasi, serta penciptaan aksara, roda, dan kaca. Kebanyakan perkembangan tersebut muncul di daerah Mesopotamia.
Istilah
Istilah berbahasa Inggris fertile crescent, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi hilal subur atau bulan sabit subur, diperkenalkan oleh seorang arkeolog bernama James Henri Breasted dalam kedua karyanya, Outlines of European History (1914) dan Ancient Times, A History of the Early World (1916).[4][5][6][7][8][9]
Biodiversitas dan iklim
Hilal Subur termasuk ke dalam iklim yang beragam. Perubahan-perubahan iklim yang terjadi juga mendorong evolusi berbagai tumbuhan semusim tipe "r" yang memproduksi lebih banyak biji edibel daripada tumbuhan menahun tipe "K". Daerah ini juga memiliki tingkat elevasi yang sangat jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini mendorong tumbuhnya banyak jenis tanaman edibel yang dapat dijadikan bahan percobaan bagi para peradaban awal. Lebih penting daripada itu, Hilal Subur juga tempat tumbuhnya delapan jenis tanaman hasil pertanian zaman Neolitikum, yang banyak digunakan dalam pertanian terdahulu. Kedelapan tanaman tersebut adalah gandum emmer, einkorn, jali, flaks, kacang arab, kacang tanah, lentil, dan ervil. Di daerah ini juga terdapat empat dari kelima spesies binatang ternak yang paling penting, yaitu sapi, kambing, domba, dan babi. Spesies kelima, yaitu kuda, hidup tidak jauh dari tempat ini.[10] Sejumlah besar flora yang tumbuh di Hilal Subur dapat melakukan penyerbukan sendiri, tetapi juga dapat diserbuk secara terbuka.[10] Tanaman-tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri tersebut adalah salah satu keunggulan daerah ini karena tidak memerlukan tanaman lain untuk berkembang biak.[10]
Sejarah
Selain banyak situs dengan peninggalan jenazah dan budaya dari manusia pramodern dan awal (misalnya di goa Tabun dan Es Skhul di Israel), masyarakat pemburu-pengumpul zaman Pleistosen akhir, serta pemburu-pengumpul semimenetap dari zaman Epipaleolitik (kaum Natufia), daerah Hilal Subur juga dikenal mengandung situs-situs yang berhubungan dengan awal mula pertanian. Pendudukan bertani Neolitikum yang pertama diketahui (disebut sebagai Neolitikum Prakeramik A) yang berasal dari sekitar tahun 9000 SM terdapat di Hilal Subur, termasuk situs-situs yang teramat kuno seperti Göbekli Tepe, Chogha Golan dan Tell es-Sultan.
Di daerah ini pula, selain di Mesopotamia (nama Yunani untuk daerah "antara sungai" karena terdapat di antara sungai Tigris dan Efrat di bagian timur Hilal Subur) juga terdapat masyarakat kompleks awal, yang muncul pada masa selanjutnya, yaitu zaman Perunggu. Terdapat pula bukti bahwa sejak awal di daerah ini sudah muncul aksara dan perkembangan masyarakat hierarkis tingkat negara. Kedua perkembangan ini menyebabkan daerah ini dijuluki sebagai "tunas peradaban".
Di daerah ini pula muncul perpustakaan-perpustakaan pertama di dunia, sekitar 4.500 tahun yang lalu. Dua perpustakaan tertua yang diketahui berada di Nibru (di Sumer) dan Ebla (di Suriah), keduanya dari sekitar tahun 2500 SM.[11]
Sungai Tigris dan Efrat berhulu di Pegunungan Taurus, yang kini terletak di dalam negara Turki. Para petani di Mesopotamia selatan harus melindungi sawah mereka dari banjir setiap tahunnya dan dengan demikian mereka membangun tanggul.[12]
Pertanian awal
Genus pohon ficus tak berbiji, yang diperkirakan sudah ada sejak zaman prasejarah, ditemukan di Gilgal I di Lembah Yordania. Dengan demikian, genus pohon tersebut diperkirakan sudah ditanam di daerah itu sejak 11.400 tahun yang lalu.[13] Di Suriah, sereal sudah digunakan sebagai tanaman panen sejak kira-kira 9.000 tahun yang lalu.[14] Kucing kecil (Felis silvestris) juga dijinakkan di daerah ini.[15]Legum seperti kacang, lentil dan kacang arab juga pertama kali ditumbuhkan di daerah ini.
Analisis modern[16][17] yang membandingkan 24 pengukuran kraniofasial menunjukkan tingkat keberagaman manusia yang tinggi dalam daerah Hilal Subur pada masa pra-Neolitikum, Neolitikum, dan zaman Perunggu.[16] Analisis ini mendukung anggapan bahwa terdapat beberapa jenis masyarakat manusia yang menduduki daerah ini pada masa-masa tersebut.[16][18][19][20][21][22][23] Sebaliknya, pada masa yang sama, di daerah Basque dan Kepulauan Canaria, anggapan tersebut sama sekali tidak berdasar karena berbagai penelitian menunjukkan bahwa masyarakat kuno di daerah itu "jelas-jelas terhubung dengan orang Eropa modern". Selain itu, meskipun ada beberapa ilmuwan yang berpendapat lain, tidak ada bukti penelitian yang menunjukkan pengaruh Cro-Magnon.[16]
Penelitian-penelitian yang ada juga menunjukkan bahwa terjadi suatu difusi: masyarakat beragam yang tinggal di daerah Hilal Subur ini kemudian banyak bermigrasi ke daerah lain. Pada awalnya, mereka berpindah dari Timur Dekat: ke arah barat menuju Eropa dan Afrika Utara, arah utara menuju Krimea dan arah timur laut menuju Mongolia.[16] Sepanjang perjalanan, kelompok-kelompok ini masih menjaga kebiasaan bertani dan mengembangkan keluarga dengan masyarakat pemburu-pengumpul yang mereka temui. Pandangan ini didukung oleh penelitian-penelitian genetis[24][25][26][27][28] dan arkeologis.[16][29][30][31][32][33]
Sebagai hasilnya, masyarakat pemburu-pengumpul yang mereka temui sepanjang jalan tersebut mengambil pula kebiasaan bertani para pengembara terdahulu tersebut. Pandangan ini bertolak belakang dengan argumen yang menyatakan bahwa perkembangan pertanian disebabkan oleh pertukaran pengetahuan yang terjadi dari daerah Hilal Subur. Pendapat yang kini didukung banyak bukti adalah bahwa penyebaran pertanian terjadi sebagai hasil dari migrasi, ditambah dengan perkawinan dengan masyarakat lokal yang ditemukan masyarakat eks-Hilal Subur.[16]
Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak semua orang Eropa modern memiliki kedekatan genetis dengan penduduk Hilal Subur zaman Neolitikum dan Perunggu. Ikatan genetis terdekat para penduduk daerah ini adalah dengan orang-orang Eropa Selatan. Studi yang sama menunjukkan bahwa seluruh orang Eropa modern masih berkerabat dekat.[16]
Bahasa
Secara linguistik, daerah Hilal Subur amat memiliki keberagaman yang kaya. Dalam sejarah, rumpun bahasa Semit adalah yang paling banyak digunakan di daerah-daerah yang kini dikenal sebagai Irak, Suriah, Yordania, Lebanon, Israel, Palestina, Semenanjung Sinai, serta beberapa daerah kecil di timur daya Turki dan barat laut Iran. Bahasa Sumeria adalah suatu bahasa isolat yang digunakan di Irak. Di daerah timur dan utara yang lebih bergunung, dapat ditemukan bahasa-bahasa isolat yang kurang lebih tidak berhubungan satu sama lain, termasuk bahasa Elam, bahasa Guti, dan bahasa Kass di Iran; serta bahasa Hatti, bahasa Kaski, dan rumpun bahasa Hurri-Urartu di Turki. Kedekatan bahasa-bahasa ini serta masa kemunculannya masih menjadi perdebatan para ilmuwan, suatu masalah yang sulit dicari penyelesaiannya karena tidak ada bukti tertulis dari masa paling awal zaman prasejarah.
Bukti yang ada menunjukkan bahwa pada milenia ketiga SM, hingga milenia kedua, beberapa kelompok bahasa sudah ada di daerah ini. Misalnya:[34][35][36][37][38][39]
Bahasa proto-Efrat: sebuah bahasa non-Semit yang sebelumnya diperkirakan merupakan bahasa substratum masyarakat yang memperkenalkan pertanian ke Irak bagian selatan pada Periode Ubaid Awal (5300–4700 SM)
^Breasted, James Henry (1914). "Earliest man, the Orient, Greece, and Rome"(PDF). Dalam Robinson, James Harvey; Breasted, James Henry; Beard, Charles A. Outlines of European history, Vol. 1. Boston: Ginn. hlm. 56–57. "The Ancient Orient" map is inserted between pages 56 and 57.
^Kuklick, Bruce (1996). "Essay on methods and sources". Puritans in Babylon: the ancient Near East and American intellectual life, 1880–1930. Princeton: Princeton University Press. hlm. 241. ISBN978-0-691-02582-7. Textbooks...The true texts brought all of these strands together, the most important being James Henry Breasted, Ancient Times: A History of the Early World (Boston, 1916), but a predecessor, George Stephen Goodspeed, A History of the Ancient World (New York, 1904), is outstanding. Goodspeed, who taught at Chicago with Breasted, antedated him in the conception of a 'crescent' of civilization.
^Ricaut, F. X.; Waelkens, M. (Aug 2008). "Cranial Discrete Traits in a Byzantine Population and Eastern Mediterranean Population Movements". Human Biology. 80 (5): 535–564. doi:10.3378/1534-6617-80.5.535. PMID19341322.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Barker, G. (2002). Bellwood, P.; Renfrew, C., ed. Transitions to farming and pastoralism in North Africa. Examining the Farming/Language Dispersal Hypothesis. hlm. 151–161.
^Bar-Yosef O (1987), "Pleistocene connections between Africa and SouthWest Asia: an archaeological perspective", The African Archaeological Review; Chapter 5, pp 29–38
^M. Zvelebil, in Hunters in Transition: Mesolithic Societies and the Transition to Farming, M. Zvelebil (editor), Cambridge University Press: Cambridge, UK (1986) pp. 5–15, 167–188.
^P. Bellwood, First Farmers: The Origins of Agricultural Societies, Blackwell: Malden, MA (2005).
Anderson, Clifford Norman. The Fertile Crescent: Travels In the Footsteps of Ancient Science. 2d ed., rev. Fort Lauderdale: Sylvester Press, 1972.
Deckers, Katleen. Holocene Landscapes Through Time In the Fertile Crescent. Turnhout: Brepols, 2011.
Ephʻal, Israel. The Ancient Arabs: Nomads On the Borders of the Fertile Crescent 9th–5th Centuries B.C. Jerusalem: Magnes Press, 1982.
Kajzer, Małgorzata, Łukasz Miszk, and Maciej Wacławik. The Land of Fertility I: South-East Mediterranean Since the Bronze Age to the Muslim Conquest. Newcastle upon Tyne, UK: Cambridge Scholars Publishing, 2016.
Kozłowski, Stefan Karol. The Eastern Wing of the Fertile Crescent: Late Prehistory of Greater Mesopotamian Lithic Industries. Oxford: Archaeopress, 1999.
Thomas, Alexander R. The Evolution of the Ancient City: Urban Theory and the Archaeology of the Fertile Crescent. Lanham: Lexington Books/Rowman & Littlefield Publishers, 2010.