Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Kucing singapura di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel)
Singapura adalah salah satu ras kucing terkecil, dan terkenal karena mata dan telinga yang besar, bulu berwarna cokelat bintik-bintik dan ekor tumpul. Dilaporkan bahwa ada tiga ekor "kucing tiriskan" yang diimpor dari Singapura pada tahun 1970. Kemudian, hal itu telah terungkapkan bahwa, kucing ini awalnya dikirim ke Singapura dari Amerika Serikat sebelum kucing ini diekspor kembali ke Amerika Serikat. Penyelidikan yang dilakukan oleh Cat Fanciers' Association (CFA) telah menyimpulkan bahwa, Singapura adalah ras kucing yang alami.
Sejarah
Fondasi
Pada tahun 1975, setelah sempat bekerja di Singapura, Tommy dan Hal Meadow kembali ke Amerika Serikat dengan membawa tiga kucing lokal berwarna cokelat berbintik-bintik. Di antaraketiga kucing tersebut, terdapat sepasang kucing jantan dan betina dan seekor kucing betina yang masih muda. Kemudian, kucing-kucing tersebut digunakan untuk mengembangkan ras Singapura. Ras ini namanya diambil dari kata dalam bahasa Melayu, yaitu "Singapura". Pada tahun 1981, ada peternak kucing yang mengunjungi Singapura, dan secara kebetulan ia mengunjungi Society for the Prevention of Cruelty to Animals(SPCA) untuk mencocokkan ciri fisik ras Singapura (dengan pengecualian ekor) pada kucing yang ia pinjam di SPCA. Kucing itu kemudian diimpor ke Amerika Serikat dan diadopsi ke dalam program pengembiakkan.[1]
Singapura kemudian diterima untuk pendaftaran oleh CFA pada tahun 1982, dan diberikan status kejuaraan pada tahun 1988. Pada tahun ini juga, ada peternak kucing pernah menemukan ras Singapura dengan warna bulu solid, yang disebabkan oleh gen resesif untuk warna solid. Agar Singapura dapat berkembang biak dengan benar, banyak peternak kucing memilih untuk melakukan tes perkawinan dengan tujuan agar dapat menentukan dan menghapuskan program pembiakannya dengan gen resesif.[2] Ditemukan bahwa dua dari tiga kucing dari yayasan kucing membawa gen ini.[3]
Kontroversi
Pada tahun 1987, peternak kucingAmerika bernama Jerry Mayes menemukan kertas impor yang mengungkapkan bahwa tiga kucing yayasan benar-benar dibawa ke Singapura dari Amerika Serikat pada tahun 1974. Lucy Koh, seorang teman Mayes, melakukan upaya untuk memperbaiki sejarah Singapura yang pernah disampaikan oleh Meadow, tetapi hal itu relatif tidak dihiraukan hingga tahun 1990, ketika Singapore Tourist and Promotion Board (sekarang Singapore Tourism Board) memulai kampanye untuk menggunakan kucing Singapura sebagai maskot nasional. Seorang wartawan bernama Sandra Davie telah memberitahu tentang perbedaan dan menerbitkan sebuah artikel tentang hal itu di koran nasional The Straits Times.[4]
Karena Singapura terdaftar sebagai ras Abyssinian dalam sertifikat impor,[3] dan karena Meadow telah menjadi peternak kucing ras Abyssinian, Burmese, dan Siamese,[1] beberapa orang telah menduga bahwa Singapura merupakan persilangan ras Burmese/Abyssinian, dan bahkan hal tersebut telah dideskripsikan oleh hakim CFA.[3] Adanya kemiripan sejumlah hasil persilangan Burmese/Abyssinian dengan Singapura, serta ukuran tubuh Singapura yang kecil itu, yang jarang terjadi pada ras kucing alami, menambahkan lebih banyak keraguan cerita dari Meadow.[5]
CFA menyelidiki kejadian tersebut sesuai permintaan dari klub ras kucing Singapura. Dalam penyelidikan tersebut, Hal Meadow mengatakan kepada dewan penyelidikan bahwa, ketiga ekor kucing tersebut adalah cucu dari keempat ekor kucing lokal yang ia kirim kembali ke Amerika Serikat selama perjalanan sebelumnya sensitif terhadap bisnis ke Singapura pada tahun 1971,[1] bertentangan dengan sebelumnya Meadow telah mengklaim asal yayasan kucing tersebut. Rupanya Tommy Meadow berbohong tentang hal itu untuk menyembunyikan perjalanan rahasia.[5] CFA tidak menemukan kesalahan dan kemudian status Singapura berubah menjadi sebagai ras alami.
Penelitian terbaru pada tahun 2007, berdasarkan DNA kucing menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan genetik antara Singapura dan Burmese,[6] dan hal itu telah menambahkan dukungan terhadap pernyataan bahwa Singapura bukan ras kucing alami.
Di Singapura
Singapore Tourist Promotion and Board (STPB) memberikan keputusan untuk menggunakan ras Singapura (diiklankan dengan nama Kucinta) sebagai maskot pariwisata setelah CFA menyimpulkan penyelidikan. Nama "Kucinta" merupakan penggabungan dari kata-kata bahasa Melayu, yaitu "Kucing" dan "Cinta" dan diambil dari entri yang menang dalam kompetisi penamaan. Patung kucing ini dapat ditemukan di tepi Sungai Singapura.[5]
Pada tahun 2004, Kebun Binatang Singapura menyelenggarakan pameran ras kucing Singapura dalam perayaan bangsa, yaitu Hari Nasional ke-39. Terdapat empat ekor kucing Singapura yang digunakan dalam pameran tersebut, dan kucing-kucing itu merupakan kucing pinjaman yang dipinjamkan oleh pemiliknya untuk acara tersebut.[7]
Deskripsi
Singapura adalah kucing berotot dan merupakan salah satu kucing terkecil di dunia, dengan bulu yang sangat pendek dan halus. Pola bulu ras ini adalah ticked tabby. Warna yang diakui oleh pendaftaran kucing hanya satu warna, yaitu sepia agouti. Singapura betina yang telah dewasa secara penuh biasanya beratnya dapat mencapai 5-6 kg, sedangkan jantan dapat mencapai 6-8 kg. Telinganya besar dan sedikit meruncing, dengan mata yang besar berbentuk seperti almond adalah karakteristik ras ini. Ekornya ramping, sedikit lebih pendek dari panjang tubuhnya dan memiliki ujung yang tumpul.[8][9]
Menurut CFA, Singapura adalah kucing yang aktif, penasaran dan lucu.[9] Singapura adalah kucing yang penyayang dan senang berinteraksi dengan manusia. Kucing ini memiliki kecenderungan untuk menaiki dan duduk di tempat-tempat yang tinggi, untuk memungkinkannya melihat lebih dari sekitarnya.[2]
Di Inggris, seekor Singapura berkualitas baik memiliki harga £ 300-400 atau $ 506-674 USD (sekitar 5.8-7.8 juta rupiah), sementara kucing yang berkualitas uji coba dapat mencapai harga £ 600 atau $ 1.011 USD (sekitar 11.7 juta).[10]
Kesehatan
Singapura dapat terkena penyakit inersia uteri, yaitu ketidakmampuan kucing betina untuk mendorong janin keluar karena otot-otot yang lemah.[2] Seekor kucing betina yang menderita penyakit ini mungkin memerlukan operasi caesar untuk membantu proses persalinan.[3] Masalah lain yang mempengaruhi ras ini adalah pyruvate kinase deficiency, yang menyebabkan anemia hemolitik. Gejala umum penyakit ini meliputi kelesuan, diare, kurangnya nafsu makan, turunnya kualitas bulu (bulu mudah rontok), penurunan berat badan dan penyakit kuning.[11]
Referensi
^ abc(Inggris) Cathie McHenry. The Singapura (Maret 1996). www.cfainc.org. Diakses 27 Mei 2014.
^ abc(Inggris) Nicki Ruetz. The Singapura (April/May 2006). www.cfainc.org. Diakses 27 Mei 2014.